Penanaman pohon persahabatan inin dilakukan bersama pejabat tinggi Rusia.
CB,
LONDON— Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus,
M Wahid Supriyadi melakukan penanam pohon persahabatan di kompleks
proyek pembangunan masjid di Dagestan yang dinamakan dengan Muhammad
SAW. Sedangkan Pusat Studi Islam dinamakan sesuai nama Nabi Isa AS yang
diharapkan akan menjadi terbesar di kawasan Eropa.
Penanaman
pohon persahabatan dilakukan bersama Menteri Kebijakan Nasional dan
Agama Muslimov dan anggota Komite Hubungan Luar Negeri Federasi Rusia,
Gadjimurad Omarov. Demikian Kepala Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, Adiguna
Wijaya kepada
Antara London, Ahad (31/3).
Kompleks yang terdiri dari masjid, pusat studi dan museum
perkembangan Islam menempati lahan seluas 35 hektaer diproyeksikan akan
dapat menampung 22 ribu orang, dengan luas bangunan 30 ribu meter
persegi. Pendanaan pembangunan kompleks masjid ini sepenuhnya atas dana
swadaya masyarakat.
“Semoga pohon persahabatan ini dapat menjadi penanda kedekatan perasaan dan keakraban warga kedua bangsa”, kata Wahid.
Sebelumnya
Dubes RI bertemu dan berdialog dengan Mufti Republik Dagestan, Akhmad
Abdulaev, di Kompleks Masjid Juma Makhachkala yang merupakan masjid yang
tidak hanya terbesar di Rusia tetapi juga di Eropa, dengan kapasitas
daya tampung hingga 17 ribu orang.
Abdulaev yang
telah menjabat selama 20 tahun ini menyambut dengan penuh haru dan suka
cita atas kunjungan Dubes Wahid karena baru pertama kalinya Dubes
Indonesia datang ke masjid ini.
Dubes didampingi
Minister Counsellor Ekonomi Indonesia, Edi Suharto, Minister Counsellor
Pensosbud, Adiguna Wijaya dan Sekretaris I, Bustan Jufri.
“Satu
kali melihat langsung jauh lebih baik dan bermakna dari pada seribu
kali mendengar”, demikian disampaikan Mufti Abdulaev yang menekankan
betapa bermaknanya kunjungan Dubes Wahid bagi masyarakat Muslim
Dagestan.
Dalam
kunjungan ke Dagestan, Dubes Wahid sempat melakukan blusukan ke pasar
tradisional, guna melihat kehidupan langsung sehari-hari masyarakat
Dagestan karena selama ini negara bagian ini sering dikonotasikan
sebagai daerah rawan.
Kunjungan dubes menarik
perhatian para pedagang dan tanpa diduga, setelah mengetahui yang datang
dari Indonesia, banyak dari pedagang memberikan oleh-oleh untuk dibawa
ke Moskow, seperti madu, buah lokal, bumbu dari kacang-kacangan.
“Wah
saya terpaksa harus menambah tas untuk membawa oleh-oleh ini”, ujar
Dubes Wahid kepada Kepala Badan Investasi dan Bisnis Republik Dagestan,
Gadji Gasanov, yang turut mendampingi Wahid.
Dubes
dan delegasi berkesempatan pula mengunjungi museum sejarah dan
arsitektur Dagestan serta melakukan audiensi di Universitas Negeri
Dagestan dengan rektor, dosen dan perwakilan mahasiswa.
Rektor
Murtazali Rabadanov menyambut antusias kunjungan Dubes Wahid dan
menyatakan keinginan pihaknya untuk menjalin kerja sama pendidikan
tinggi dengan Indonesia.
Universitas yang didirikan
pada 1931 ini memiliki lima fakultas dan 17 jurusan serta 10 kampus.
Terdapat sekitar 15 ribu mahasiswa menuntut ilmu di sini, 2.000 di
antaranya adalah mahasiswa asing. Saat ini universitas tersebut telah
menjalin kerja sama dengan 50 universitas di seluruh dunia.
Dubes
Wahid mengapresiasi penerimaan yang sangat baik dan penuh keramahan
serta berharap kunjungan ini dapat menjadi momen pembuka kesempatan
kerja sama pendidikan tinggi dan ilmu pengetahuan selanjutnya.
Makhachkala
adalah ibu kota Republik Dagestan merupakan salah satu negara bagian.
Federasi Rusia di kawasan Kaukasia Utara. Federasi Rusia memiliki 85
subyek federal (negara bagian) dan 22 di antaranya diberi nama Republik
karena mayoritas penduduknya bukan dari etnis Rusia.
Populasi
Dagestan sekitar 3 juta jiwa dengan 95 persen penduduknya beragama
Islam, sementara sekitar 727 ribu orang menetap di Makhachkala.
Wilayah
Dagestan memiliki 70 kilometer bagian pesisir di Laut Kaspia dan
berbatasan dengan Georgia serta Azerbaijan dan berseberangan dengan
Kazakhstan.
Republik Dagestan merupakan salah satu
wilayah di Federasi Rusia dengan tingkat keberagaman etnis dan budaya
yang sangat tinggi.