Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Selasa, 16 April 2019
AS Tidak Ingin Tergesa-gesa Tarik Pasukan dari Afghanistan
KABUL
- Amerika Serikat (AS) tidak ingin tergesa-gesa melakukan penarikan
pasukan dari Afghanistan. Hal itu dikatakan oleh seorang anggota
parlemen AS dari Partai Demokrat di Kabul, Aghanistan, di tengah desakan
yang berkelanjutan untuk mengakhiri perang.
Senator Jeanne
Shaheen, anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat yang berpengaruh yang
mengawasi militer AS, juga menekankan bahwa perempuan harus mendapat
tempat di meja perundingan karena AS berusaha untuk bernegosiasi dengan
Taliban.
Presiden Donald Trump tahun lalu mengatakan kepada
penasihatnya bahwa ia ingin memangkas sekitar 14.000 pasukan Amerika di
Afghanistan hingga setengahnya. Hal ini memicu kecaman bahwa ia ingin
mempercepat penarikan pasukan.
"Apa
yang kami dengar di sini adalah bahwa apa pun penyelesaian yang
dinegosiasikan untuk mengakhiri konflik, itu dilakukan dengan cara yang
sangat disengaja, yang memastikan semua pihak dapat berpartisipasi dalam
transisi, dan tidak boleh ada penarikan (pasukan) secara tiba-tiba dari
Afghanistan," kata Shaheen kepada wartawan di kedutaan besar AS.
Rekan-rekan Kongres setuju, katanya, menambahkan pemerintah juga setuju.
"Ada
posisi yang disengaja yang mungkin tidak selalu tercermin dalam tweet
yang datang dari Gedung Putih," katanya, merujuk pada kegemaran Trump
untuk merilis pesan kebijakan luar negeri yang tidak terduga seperti
dikutip dari AFP, Senin (15/4/2019).
Shaheen yang juga duduk di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, dan satu-satunya wanita di panel.
Ia
mengatakan sangat penting bagi perempuan untuk dilibatkan dalam
pembicaraan dengan Taliban, yang rezimnya mencabik-cabik gagasan Barat
tentang hak-hak perempuan dan mengeksekusi perempuan karena tuduhan
perzinahan.
"Apa yang kita ketahui dari data adalah bahwa ketika
wanita terlibat, ada sekitar 35 persen kemungkinan lebih besar bahwa
negosiasi itu akan bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama," ulas
Shaheen.
"Sangat penting bahwa apa pun yang keluar dari negosiasi
damai apa pun, yang kami dukung memiliki wanita di meja perundingan,"
imbuhnya.
Putaran
pembicaraan damai baru diperkirakan akan berlangsung akhir bulan ini
antara para pemimpin politik Afghanistan, termasuk beberapa pejabat dari
pemerintah Kabul, dan Taliban di Ibu Kota Qatar, Doha.
Taliban
telah lama menolak untuk berbicara secara resmi dengan Kabul, menjuluki
pemerintah Afghanistan sebagai "boneka" Barat, dan gerilyawan telah
bersikeras bahwa pejabat pemerintah hanya hadir dalam kapasitas pribadi.
Susunan delegasi belum diumumkan, tetapi daftar awal dilaporkan hanya memiliki dua peserta perempuan.