CB, Jakarta - Presiden Donald Trump kembali menyerang media dengan meramalkan New York Times akan hilang dalam enam tahun.
Serangan Trump terhadap New York Times dalam serangkaian tweet pada hari Sabtu, karena laporan New York Times yang terkait kebijakan imigrasi Trump.
Dikutip dari Fox News, 14 April 2019, dalam unggahan Twitter pertamanya, Trump mengecam koran itu karena cerita tentang ancaman pemerintahannya untuk melepaskan migran ke "kota suaka" sebagai pembalasan terhadap Demokrat.
"Cerita New York Times Sanctuary Cities / Immigration hari ini sengaja disalahkan pada hampir setiap fakta," tulis presiden.
"Mereka tidak pernah menelepon untuk memeriksa kebenaran. Sumber mereka seringkali bahkan tidak ada, sebuah penipuan. Mereka toh akan berbohong & menipu mungkin untuk membuat saya terlihat buruk. Dalam 6 tahun mereka akan hilang..."
Maggie Haberman, reporter New York Times untuk Gedung membantah tuduhan Trump bahwa surat kabar itu tidak pernah meminta konfirmasi sumber untuk komentar.
"POTUS benar-benar harus memeriksa dengan tim persnya lebih sering, atau mereka dengan dia. NYT mengirim email tiga kali untuk komentar dan kantor pers berdasarkan bukti penerimaan email," tweet Maggie.
Trump telah berulang kali menyarankan untuk melepaskan migran ke "kota suaka."
Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan kepada Fox News, bahwa ide untuk membebaskan tahanan imigran ke jalan-jalan kota suaka telah ditolak, dan diskusi lebih lanjut soal ini sudah diakhiri.
Slogan Kampanye The New York Times "The Truth".[www.inma.org]
Kicauan Trump selanjutnya mengatakan New York Times "memohon" pelanggannya untuk permintaan maaf atas liputan pemilu 2016 yang menyudutkannya.
Tweet itu merujuk pada edisi November 2016 dari penerbit New York Times, Arthur O. Sulzberger yang menjanjikan para pembaca akan "merefleksikan" pada liputannya dan "mendedikasikan kembali dirinya untuk melaporkan pada Amerika dan dunia secara jujur."
"...Ketika saya memenangkan Pemilihan Umum pada tahun 2016, para @nytimes harus memohon maaf kepada pelanggan mereka yang melarikan diri karena mereka begitu buruk dalam Pemilihan Umum (dan saya). Mereka tidak memiliki petunjuk, itu menyedihkan. Mereka bahkan meminta maaf kepada saya. Tetapi sekarang mereka bahkan lebih buruk, benar-benar pelaporan yang korup!," tulis Trump.
The New York Times menolak meminta maaf kepada Donald Trump.
Trump kemudian membantah laporan New York Times lain yang mengklaim bahwa ia mengarahkan pejabat sementara Menteri Keamanan Dalam Negeri Kevin McAleenan untuk menutup perbatasan AS-Meksiko dan menawarkan maaf jika semuanya berakhir buruk.
"Saya tidak pernah menawarkan Grasi kepada Pejabat Keamanan Dalam Negeri, tidak pernah memerintahkan siapa pun untuk menutup Perbatasan Selatan kami (walaupun saya memiliki hak absolut untuk melakukannya, dan mungkin jika Meksiko tidak menangkap para ilegal yang datang ke Perbatasan kami), dan saya tidak frustrasi. Ini semua Berita Palsu & Korup!" kicau Donald Trump merujuk laporan New York Times.
Serangan Trump terhadap New York Times dalam serangkaian tweet pada hari Sabtu, karena laporan New York Times yang terkait kebijakan imigrasi Trump.
Dikutip dari Fox News, 14 April 2019, dalam unggahan Twitter pertamanya, Trump mengecam koran itu karena cerita tentang ancaman pemerintahannya untuk melepaskan migran ke "kota suaka" sebagai pembalasan terhadap Demokrat.
"Cerita New York Times Sanctuary Cities / Immigration hari ini sengaja disalahkan pada hampir setiap fakta," tulis presiden.
"Mereka tidak pernah menelepon untuk memeriksa kebenaran. Sumber mereka seringkali bahkan tidak ada, sebuah penipuan. Mereka toh akan berbohong & menipu mungkin untuk membuat saya terlihat buruk. Dalam 6 tahun mereka akan hilang..."
Maggie Haberman, reporter New York Times untuk Gedung membantah tuduhan Trump bahwa surat kabar itu tidak pernah meminta konfirmasi sumber untuk komentar.
"POTUS benar-benar harus memeriksa dengan tim persnya lebih sering, atau mereka dengan dia. NYT mengirim email tiga kali untuk komentar dan kantor pers berdasarkan bukti penerimaan email," tweet Maggie.
Trump telah berulang kali menyarankan untuk melepaskan migran ke "kota suaka."
Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan kepada Fox News, bahwa ide untuk membebaskan tahanan imigran ke jalan-jalan kota suaka telah ditolak, dan diskusi lebih lanjut soal ini sudah diakhiri.
Slogan Kampanye The New York Times "The Truth".[www.inma.org]
Kicauan Trump selanjutnya mengatakan New York Times "memohon" pelanggannya untuk permintaan maaf atas liputan pemilu 2016 yang menyudutkannya.
Tweet itu merujuk pada edisi November 2016 dari penerbit New York Times, Arthur O. Sulzberger yang menjanjikan para pembaca akan "merefleksikan" pada liputannya dan "mendedikasikan kembali dirinya untuk melaporkan pada Amerika dan dunia secara jujur."
"...Ketika saya memenangkan Pemilihan Umum pada tahun 2016, para @nytimes harus memohon maaf kepada pelanggan mereka yang melarikan diri karena mereka begitu buruk dalam Pemilihan Umum (dan saya). Mereka tidak memiliki petunjuk, itu menyedihkan. Mereka bahkan meminta maaf kepada saya. Tetapi sekarang mereka bahkan lebih buruk, benar-benar pelaporan yang korup!," tulis Trump.
The New York Times menolak meminta maaf kepada Donald Trump.
Trump kemudian membantah laporan New York Times lain yang mengklaim bahwa ia mengarahkan pejabat sementara Menteri Keamanan Dalam Negeri Kevin McAleenan untuk menutup perbatasan AS-Meksiko dan menawarkan maaf jika semuanya berakhir buruk.
"Saya tidak pernah menawarkan Grasi kepada Pejabat Keamanan Dalam Negeri, tidak pernah memerintahkan siapa pun untuk menutup Perbatasan Selatan kami (walaupun saya memiliki hak absolut untuk melakukannya, dan mungkin jika Meksiko tidak menangkap para ilegal yang datang ke Perbatasan kami), dan saya tidak frustrasi. Ini semua Berita Palsu & Korup!" kicau Donald Trump merujuk laporan New York Times.
Credit tempo.co