Selasa, 10 Juli 2018

Presiden Polandia Desak Ukraina Mengakui Genosida di Volhynia


Presiden Polandia Andrzej Duda berbicara saat pengumuman undang-undang Mahkamah Agung di Istana Presiden di Warsawa, Polandia, 24 Juli 2017.[REUTERS/Kacper Pempel]
Presiden Polandia Andrzej Duda berbicara saat pengumuman undang-undang Mahkamah Agung di Istana Presiden di Warsawa, Polandia, 24 Juli 2017.[REUTERS/Kacper Pempel]

CB, Jakarta - Presiden Polandia, Andrzej Duda, mengatakan Ukraina harus mengakui pembunuhan massal terhadap orang Polandia oleh nasionalis Ukraina pada 1940-an sebagai tindakan pembersihan etnis.
Pada Minggu 8 Juli, Duda mengunjungi Ukraina untuk memperingati 75 tahun pembantaian Volhynia, pembunuhan massal warga Polandia oleh nasionalis radikal Ukraina di Ukraina barat. Pembantaian yang dilakukan oleh UPA, sayap militan dari Organisasi Nasionalis Ukraina (OUN) Stepan Bandera, adalah bagian dari aksi pembersihan etnis yang lebih besar oleh Nazi Jerman dan sekutu-sekutunya, tetapi sejarawan menganggap peristiwa ini merupakan episode yang berbeda dari konflik Ukraina-Polandia.

"Hari ini adalah hari yang menyedihkan bagi banyak keluarga Polandia, yang pada tahun 1942-1944 kehilangan orang yang mereka cintai di Volhynia. Diperkirakan 100.000 orang Polandia dibunuh di sini. Bukan tentara, tapi orang biasa. Petani, yang mengolah tanah, seluruh keluarga, perempuan, anak-anak, dan orang tua," kata Duda saat berkunjung ke Ukraina, seperti dilaporkan Russia Today, 9 Juli 2018.Duda mengatakan pembunuhan itu adalah pembersihan etnis yang diperintahkan oleh OUN dan bertujuan untuk membersihkan wilayah Polandia, dan Ukraina harus mengakui kebenaran ini demi memulihkan hubungan Ukraina-Polandia.

Korban pembantaian yang dilakukan oleh UPA di desa Lipniki, Polandia, 1943.[wikipedia]
Perbedaan pendapat tentang kejahatan masa perang adalah masalah pelik bagi Polandia dan Ukraina. Banyak warga Ukraina yang menganggap Stepan Bandera sebagai pahlawan nasional dan cenderung mengabaikan kekejaman yang dilakukan oleh nasionalis Ukraina.
Lembaga Peringatan Nasional Ukraina menegaskan bahwa pembunuhan di Volhynia dan Galicia Timur merupakan peristiwa yang tragis, meskipun dibenarkan, penganiayaan orang Ukraina terhadap orang Polandia tidak berbeda dengan pembunuhan orang-orang Ukraina oleh milisi Polandia selama perang.
Terkait masalah ini, Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, akhir pekan kemarin berkunjung ke Polandia untuk mengenang para korban pembantaian Sahryn pada Maret 1944, yang dilakukan oleh milisi Polandia, termasuk pasukan pemberontak Armia Krajowa dan sekutu mereka dari Bataliony Chlopskie.

Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, berlutut di hadapan monumen korban tragedi Volhynia, Juli 2016.[thenews.pl]
“Untuk mengenang korban tak bersalah di Sahryn, saya meminta Anda semua, Ukraina dan Polandia, untuk pengampunannya sebagai sesama umat Kristen. Pengampunan sesama dan bukan balas dendam dari konflik di antara orang-orang kita," kata Poroshenko di desa Sahryn, Polandia, Minggu, 8 Juli, seperti dilansir dari Interfax.
Duda juga berbicara tentang pengampunan dan rekonsiliasi, tetapi tercatat bahwa perbedaan dalam jumlah korban di pihak Polandia dan Ukraina selama konflik sangat jauh. Dia mengatakan diperkirakan 5.000 warga sipil dibunuh oleh milisi Polandia sebagai pembalasan atas tindakan dari Nasionalis Ukraina.

Ketika peringatan tragedi semakin dekat, Ukraina berusaha untuk menegosiasikan peringatan bersama dengan Polandia, yang menolak tawaran itu.Ketegangan antara Polandia dan Ukraina telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, ketika sentimen nasionalis tumbuh di kedua negara. Ketegangan ditandai oleh beberapa insiden di kedua sisi perbatasan, termasuk vandalisasi monumen, nyanyian permusuhan selama demonstrasi, dan dalam satu kasus serangan roket terhadap konsulat Polandia di Ukraina, yang menimbulkan korban luka atau jiwa.




Credit  tempo.co