Selasa, 10 Juli 2018

Perang Dagang AS - UE, Merkel Minta Trump Cegah Konflik Meluas


Sejumlah pemimpin negara G7 seperti Kanselir Jerman, Angela Merkel, dan Presiden AS, Donald Trump, terlihat berkumpul di sela-sela KTT yang digelar di Quebec, Canada, pada 9 Juni 2018. Jesco Denzel-EPA-EFE/Shutterstock
Sejumlah pemimpin negara G7 seperti Kanselir Jerman, Angela Merkel, dan Presiden AS, Donald Trump, terlihat berkumpul di sela-sela KTT yang digelar di Quebec, Canada, pada 9 Juni 2018. Jesco Denzel-EPA-EFE/Shutterstock

CB, Bonn – Kanselir Jerman, Angela Merkel, memperingatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk tidak memulai perang dagang besar-besaran seperti ancamannya dengan mengenakan tarif tinggi untuk impor mobil dari kawasan Uni Eropa.
Merkel mengatakan saat ini kedua pihak telah terlibat dalam konflik perdagangan, yang dipicu kebijakan Trump mengenakan tarif impor 25 persen dan 10 persen untuk impor baja dan alumunium dari UE.

“Jadi penting untuk mencegah konflik ini menjadi perang sebenarnya,” kata Merkel seperti dilansir media Jerman, The Local, Rabu, 4 Juli 2018.
Merkel mengatakan ini setelah Trump menyebut Uni Eropa mungkin sama buruknya dengan Cina dalam praktek perdagangan. Trump menyebut kemungkinan mengenakan tarif impor 20 persen untuk semua impor mobil dari UE untuk mencukur surplus perdagangan yang dinikmati UE selama ini setiap tahunnya.
Merkel menyebut surplus yang disebut Trump itu terlihat karena sektor jasa tidak dihitung. “Jika Anda memasukkan jasa seperti jasa digital, maka neraca perdagangan kedua negara menunjukkan AS surplus terhadap EU,” kata Merkel.
Secara terpisah, Presiden UE, Donald Tusk, mengatakan Eropa harus bersiap menghadapi skenario terburuk dalam perdagangan internasional terkait perang dagang ini.

Presiden AS Donald Trump hadir dalam KTT G7 di kota Charlevoix La Malbaie, Quebec, Kanada, 8 Juni , 2018. REUTERS/Christinne Muschi
“Dalam konteks ketegangan perdagangan yang meningkat, penting untuk mempertahankan dan memperdalam sistem perdagangan multilateral berdasarkan aturan main,” kata Tusk dalam pernyataan kepada parlemen UE pada Selasa, 3 Juli 2018.
Para pejabat UE menyebut kebijakan tarif Trump sebagai praktek proteksionisme murni untuk melindungi industri domestik AS dari persaingan global. UE telah melayangkan pengaduan resmi soal ini keWorld Trade Organization pada akhir Juni 2018.
Selain mengadu ke WTO, UE juga akan menggelar pertemuan puncak pada pertengahan Juli 2018 di Cina untuk menyamakan langkah menghadapi kebijakan tarif Trump. Seperti dilansir Reuters, seorang pejabat UE mengatakan Cina mengajak kedua pihak membentuk blok bersama untuk menghadapi AS di WTO.
“Tapi kami menolaknya,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya itu. Alih-alih, UE menawarkan kerja sama berupa pernyataan sikap bahwa UE dan Cina sama-sama mendukung sistem perdagangan multilateral. Keduanya juga disebut bakal membentuk grup kerja bersama untuk merumuskan langkah modernisasi WTO.
Selain langkah gugatan ini, UE juga bisa membalas tindakan AS dengan mengenakan tarif tinggi untuk produk ikon dan pertanian AS, yang sensitif secara politik bagi basis pendukung Trump.
“Targetnya bakal kombinasi dua kategori produk impor ini,” kata Gregor Irwin, kepala ekonomi Global Counsel, sebuah lembaga think tank bidang ekonomi, seperti dilansir CNN.
Ross Denton, seorang ahli perdagangan global yang juga mitra di konsultan hukum Baker McKenzie, mengatakan UE bisa menyasar impor produk dari manufaktur pesawat Boeing, yang merupakan ekspor terbesar AS. “Ini karena Boeing juga berkompetisi langsung dengan Airbus dari Eropa,” kata dia.
Menurut catatan UE, 28 negara di kawasan ini mengalami surplus perdagangan 113 miliar Euro pada 2016 atau sekitar Rp1900 triliun. AS mencatat defisitnya dengan UE pada tahun yang sama sekitar US$147 miliar atau sekitar Rp2100 triliun.
Untuk sektor otomotif, UE mencatat surplus dari AS sekitar 36 miliar Euro atau sekitar Rp602 triliun. Ini didominasi penjualan mobil mewah dari Jerman dan Inggris. Trump ingin surplus perdagangan ini menurun.




Credit  tempo.co