JAKARTA. Nilai cadangan devisa (cadev) Indonesia semakin membesar. Hingga akhir September 2016, cadev tercatat US$ 115,7 miliar, lebih tinggi dibandingkan posisi akhir Agustus 2016 sejumlah US$113,5 miliar.
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Arbonas Hutabara menyampaikan, peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan cadangan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa migas, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Dia juga menyampaikan, posisi cadangan devisa ini dapat membiayai 8,9 bulan impor atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Arbonas menilai, cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Deputi Gunernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara mengatakan, posisi cadev Indonesia trennya terus meningkat. Hal ini dipicu oleh arus modal asing yang terus masuk sejak awal tahun 2016. "Cadangan Devisa trennya terus membaik. Intinya kalau ada captal inflow, maka Bank Indonesia akan terus memperkuat cadangan devisa," tuturnya.
Menurutnya, capital inflow lebih banyak karena sentimen pelaku pasar. Pasalnya realisasi komitemen repatriasi dimungkinkan akan deras mengalir akhir tahun. Ini sesuai dengan undang-undang amnesti pajak paling lambat repatriasi 31 Desember 2016. "Jadi capital inflow dari tax amnesty masih kita tunggu realisasinya. Tapi capital inflow yang di luar tax amnesty masih masuk," jelasnya.
Mirza menyampaikan, secara tahun berjalan (year to date) aliran modal dari luar yang masuk ke Indonesia telah menembus Rp 165 triliun. Ini meningkat dibandingkan capital inflow sepanjang tahun lalu yang ada pada kisaran Rp 55 triliun. Sedangkan jumlah repatriasi hingga saat ini yaitu Rp 137 triliun.
Credit Kontan.co.id