Jumat, 13 Mei 2016

Vietnam Sambut Upaya Percepatan Pencabutan Embargo Senjata AS


Vietnam Sambut Upaya Percepatan Pencabutan Embargo Senjata AS  
Menurut Vietnam, pencabutan embargo senjata dari Amerika Serikat mencerminkan kepercayaan antara Washington dan Hanoi usai Perang Vietnam. (Reuters/Kham)
 
Jakarta, CB -- Vietnam akan menyambut percepatan pencabutan embargo senjata dari Amerika Serikat. Menurut Kementerian Luar Negeri Vietnam, langkah ini mencerminkan kepercayaan antara kedua negara, dan sebagai pengakuan dari Vietnam akan kebutuhannya memperkuat sektor pertahanan.

Permintaan Vietnam agar AS mencabut embargo senjata yang sudah diterapkan selama tiga dekade ini diluncurkan menjelang kunjungan Presiden AS Barack Obama ke Hanoi pekan depan. Di Washington sendiri, perdebatan pencabutan embargo senjata kepada Vietnam terus bergulir.


Embargo senjata merupakan sanksi yang diterapkan sejak Perang Vietnam berakhir. Amerika Serikat belum mengindikasikan akan menghapus embargo, namun sudah memberikan keringanan sejak 2014 lalu.

AS menyatakan penghapusan embago senjata kepada Vietnam akan bergantung dari catatan penegakan HAM di negara komunis itu.

"Kami menyambut percepatan Amerika Serikat untuk sepenuhnya mengangkat larangan penjualan senjata ke Vietnam," bunyi pernyataan Kemenlu Vietnam pada Kamis (13/5), dikutip dari Reuters.

"Hal ini konsisten dengan tren perkembangan kemitraan komprehensif, menunjukkan kepercayaan antara kedua negara," bunyi pernyataan itu.

Pencabutan embargo akan menandai kemajuan yang besar dalam hubungan Washington-Hanoi dalam 21 tahun setelah upaya normalisasi dimulai.

Kemenlu Vietnam juga menyatakan menyambut baik "banyak suara yang mendukung" penghapusan embargo di Amerika Serikat.

Hubungan AS dengan Vietnam kian membaik sejak 2014, di tengah memburuknya hubungan Vietnam dan China akibat sengketa teritorial terhadap Kepulauan Spratly dan Paracels di Laut China Selatan.

Pekan ini, Vietnam menggelar simposium pertahanan yang dihadiri oleh sejumlah produsen senjata papan atas AS, termasuk Boeing dan Lockheed Martin.

Acara yang digelar dengan minim publikasi ini dinilai sebagai salah satu upaya Vietnam memperkuat pertahanannya, menyusul sejumlah tindakan agresif militer China di Laut China Selatan.

Vietnam telah melakukan pembicaraan dengan sejumlah produsen senjata Barat dan AS dalam upaya untuk meningkatkan armada militernya, mulai dari jet tempur, helikopter hingga pesawat patroli maritim. Rusia hingga kini masih menjadi negara pemasok senjata terbesar untuk Vietnam.

Namun, Kemenlu Vietnam menyatakan pihaknya tidak berniat membentuk aliansi militer "terhadap negara-negara lain," dan menegaskan kebijakannya adalah untuk pertahanan diri.

"Pengadaan alutsista oleh Vietnam dari negara-negara mitra benar-benar normal, sesuai dengan kebijakan pertahanan perdamaian," katanya.

"Kami tidak bersekutu atau berhubungan secara militer dengan negara manapun ataupun melawan negara lain," bunyi pernyataan Kemenlu Vietnam.


Credit  CNN Indonesia