Selasa, 17 Mei 2016

JK: Bela Negara Bukan Cuma Soal Perang


   Kader bela negara mengikuti upacara pembukaan pelatihan bela negara di Badiklat KeMenhan, Jakarta, Kamis (22/10).  (Republika/Wihdan)
Kader bela negara mengikuti upacara pembukaan pelatihan bela negara di Badiklat KeMenhan, Jakarta, Kamis (22/10). (Republika/Wihdan)
 
CB, BOJONEGORO -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan sikap bela negara bukan hanya menyangkut perang melawan musuh melainkan memperkuat bangsa Indonesia dari segala hal.

"Bela negara tidak berarti hanya untuk berperang, tetapi lebih luas dari itu, yakni bagaimana memperkuat bangsa ini dari segala hal yang penting," kata Wapres di Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (17/5).

Wapres mengemukakan hal itu saat menghadiri Apel Bela Negara dengan tema Tekad Bela Negara dengan Karya dan Revolusi Mental di lapangan Stadion Letjen H Soedirman Bojonegoro. Menurut Wapres, penguatan di bidang ekonomi menjadi salah satu bentuk perwujudan bela negara. Hal itu dapat dilakukan dengan menciptakan kedaulatan pangan lokal di masing-masing daerah. Selain ekonomi, pendidikan juga menjadi bentuk lain dalam penguatan bela negara.

"Tidak ada negara yang kuat membela diri apabila (tingkat) pendidikan (masyarakat) tidak tinggi dan tidak baik. Ekonomi juga harus kuat karena tidak ada negara yang kuat dan dihormati apabila masyarakatnya tidak mampu, kekurangan makanan, dan sebagainya," jelasnya.

Lebih lanjut Wapres menjelaskan, suatu negara dapat maju jika dapat menggabungkan kekuatan sumber daya alam dan manusia untuk memakmurkan masyarakat. Sinergi keduanya akan dapat terwujud jika memiliki kepemimpinan yang baik.
Dalam Apel tersebut hadir pula Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, serta Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Apel Bela Negara diikuti oleh 15.000 peserta yang terdiri atas jajaran TNI, Polri, Satlinmas, pelajar, mahasiswa, guru, pegawai negeri sipil, dan anggota organisasi kemasyarakatan di Bojonegoro.

Kegiatan apel bela negara dimulai dengan senam merah putih oleh 800 siswa, pembacaan ikrar bela negara, serta pembacaan deklarasi yang berisi tujuh poin, yakni Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Energi, Ramah HAM, Revolusi Mental, Ketahanan Bencana, Sustainable Development Goals dan Open Government Partnership.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID