Meski demikian, hasil penelitian itu tidak mengakhiri teka-teki besar tentang identitas "The Hobbit". Spesies manusia itu tetap belum bisa dipastikan.
Manusia kerdil dari Flores ditemukan pada tahun 2003. Arkeolog Pusat Arkeologi Nasional (Arkenas) berperan besar dalam penemuannya. EW Saptomo dari Arkenas menjadi salah satu arkeolog dunia paling berpengaruh berkat temuan itu.
Awalnya, manusia yang diperkirakan memiliki tinggi hanya 1,1 meter itu dinyatakan sebagai Homo floresiensis. Namun, segera setelah penemuan di jurnal Nature dirilis, identitasnya menjadi kontroversi.
Sejumlah ilmuwan menganggap bahwa "The Hobbit" merupakan anggota spesies Homo erectus. Hanya saja, "The Hobbit" mengalami isolasi dan evolusi sehingga mengecil.
Sementara itu, ilmuwan lain menganggap, manusia yang bobotnya diperkirakan 25 kilogram itu adalah Homo floresiensis, benar-benar spesies baru.
Satu kelompok ilmuwan lain menyatakan, manusia kerdil itu sebenarnya adalah manusia (Homo sapiens). Namun, jenis itu memiliki otak yang kecil, hanya sebesar anggur.
Antoine Balzeau, ilmuwan dari Natural History Museum Perancis, meneliti ulang tulang belulang "The Hobbit". Dia bekerja sama dengan Philippe Charlier, ahli misteri medis kuno dari Paris Descartes University.
Menggunakan teknologi pemindaian tinggi, Balzeau dan Charlier menganalisis tulang tengkorak manusia yang ditemukan di Liang Bua, Flores, itu.
"Sejauh ini, kami mendasarkan kesimpulan pada gambar yang belum banyak dilihat sebelumnya," kata Balzeau seperti dikutip Telegraph, Selasa (16/2/2016).
Balzeau mengatakan, ada banyak informasi yang terdapat pada setiap lapisan tulang tengkorak. Namun, dia mengatakan, "Tak ada karakteristik dari spesies kita."
Meskipun menemukan tanda-tanda adanya penyakit, Balzeau dan Charlier tak menemukan tanda penyakit itu berhubungan dengan kelainan genetik yang menyebabkan kekerdilan.
Hasil riset ini berhasil mengeliminasi satu kemungkinan tentang identitas "The Hobbit". Kini, pilihannya hanya apakah "The Hobbit" adalah Homo erectus atau memang Homo floresiensis. Yang jelas, dia bukan Homo sapiens.
Credit KOMPAS.com