Selasa, 02 Februari 2016

NASA Bikin Modem Pengirim Data dengan Sinyal Cahaya




NASA Bikin Modem Pengirim Data dengan Sinyal Cahaya  
Badan antariksa Amerika Serikat, NASA, membuat modem untuk mengirim data komunikasi yang berbasis cahaya. (REUTERS/James Lawler Duggan)
 
Jakarta, CB -- Badan antariksa Amerika Serikat, NASa, sedang mengembangkan modem yang dapat mengirim data memanfaatkan cahaya untuk membantu komunikasi yang lebih cepat antara Bumi dengan stasiun ruang angkasa internasional (International Space Station/ISS).

Perangkat modem ini dijuluki ILLUMA yang merupakan singkatan dari Integrated LCRD LEO (Low-Earth Orbit) User Modem and Amplifier, yang ukurannya sebesar ponsel. Ia dijadwalkan diuji di ISS pada tahun 2020 yang merupakan bagian dari proyek Laser Communications Relay Demonstration (LCRD).

Dengan sistem laser ini, NASA mengatakan bisa mengubah secara dramatis komunikasi jarak jauh yang selama ini memanfaatkan frekuensi radio. Badan antariksa itu mengklaim kecepatan transmisi data dengan modem berbasis sinyal cahaya bisa lebih cepat antara 10 sampai 100 kali lipat dibandingkan komunikasi dengan sinyal radio.

Ini bukan pertama kalinya NASA bereksprimen dalam komunikasi laser. Pada 2013, lembaga ini mencapai kecepatan unduh dan unggah tercepat dari orbit bulan dengan kecepatan masing-masing 622 Mbps dan 20 Mbps melalui perangkat Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer (LADEE).

Pemimpin pengembangan produk ILLUMA di NASA, Mike Krainak berkata, teknologi ini bakal dimanfaatkan untuk semua jenis misi NASA dan diharap bisa menciptakan efisiensi dalam hal komunikasi.

"Teknologi ini akan menyederhanakan desain sistem optik. Ini akan mengurangi ukuran dan kekuatan konsumsi perangkat optik, dan meningkatkan keandalan, sambil memungkinkan fungsi baru dari biaya yang lebih rendah," ujar Krainak.

Diharapkan, teknologi modem berbasis cahaya ini tidak hanya menguntungkan NASA dalam hal transmisi data, tetapi juga berguna untuk operator satelit yang melakukan komunikasi antara satelit di ruang angkasa dan stasiun Bumi.



Credit  CNN Indonesia