CB, MELBOURNE -- Manusia modern kemungkinan hanyalah satu di antara banyak spesies manusia dalam versi nyata dari Planet of the Apes.
Para ilmuwan evolusi percaya, penemuan-penemuan terbaru menulis ulang kisah asal-usul manusia setelah mengungkap spesies manusia baru dan bukti yang mengejutkan dari perilaku kompleks. Mereka mengatakan, setidaknya empat spesies manusia lainnya bertahan bersama manusia modern dan dua dari mereka, Neanderthal dan Denisovans, kawin dengan manusia modern.
Spesies manusia kuno lainnya yang juga diyakini ada pada saat yang sama adalah 'hobbit' yang ditemukan di Indonesia, dan orang-orang ‘Red Deer Cave’ (gua rusa merah) dari Cina barat daya.
"Ini revolusioner dan memabukkan. Ini mengubah narasi cerita evolusi manusia dengan sangat, sangat cepat, " kata Darren Curnoe, Associate Professor antropologi biologis dan arkeologi di Universitas New South Wales.
Associate Professor Darren memimpin tim yang menemukan jasad golongan ‘Red Deer’.
Para ilmuwan evolusi percaya, penemuan-penemuan terbaru menulis ulang kisah asal-usul manusia setelah mengungkap spesies manusia baru dan bukti yang mengejutkan dari perilaku kompleks. Mereka mengatakan, setidaknya empat spesies manusia lainnya bertahan bersama manusia modern dan dua dari mereka, Neanderthal dan Denisovans, kawin dengan manusia modern.
Spesies manusia kuno lainnya yang juga diyakini ada pada saat yang sama adalah 'hobbit' yang ditemukan di Indonesia, dan orang-orang ‘Red Deer Cave’ (gua rusa merah) dari Cina barat daya.
"Ini revolusioner dan memabukkan. Ini mengubah narasi cerita evolusi manusia dengan sangat, sangat cepat, " kata Darren Curnoe, Associate Professor antropologi biologis dan arkeologi di Universitas New South Wales.
Associate Professor Darren memimpin tim yang menemukan jasad golongan ‘Red Deer’.
Sementara mereka tampaknya menyerupai nenek moyang manusia yang lebih kuno dari dua juta tahun lalu, tulang-tulang mereka berasal dari masa 13.000 tahun yang lalu.
Sekarang diyakini manusia modern, atau Homo sapiens, muncul di Afrika sekitar 200 ribu tahun yang lalu dan bermigrasi ke seluruh dunia dalam beberapa gelombang, menetap pertama di Asia dan ke selatan sejauh Australia sebelum akhirnya sampai ke Eropa sekitar 40.000 tahun yang lalu.
Associate Professor Darren mengatakan, di saat ekspedisi arkeologi baru fokus pada Asia, ada kemungkinan lebih banyak spesies akan teridentifikasi.
"Asia telah diabaikan oleh para arkeolog, tapi tempat itu merupakan sebuah kuali evolusioner," sebutnya.
Gelombang baru temuan arkeologis ini, dikombinasikan dengan metode baru ekstraksi DNA kuno, tengah menantang kepercayaan tradisional tentang apa artinya menjadi manusia, khususnya, gagasan Homo sapiens secara intrinsik lebih cerdas dan lebih canggih daripada spesies manusia lainnya.
Sekarang telah terungkap spesies pra-manusia menggunakan alat-alat batu 3 juta tahun yang lalu dan manusia purba seperti Homo erectus mungkin telah membuat ukiran dan terlibat dalam beberapa praktik penguburan lebih dari 400.000 tahun yang lalu.
Associate Professor Darren mengatakan, spesies Neanderthal memiliki otak dengan ukuran yang sama atau bahkan sedikit lebih besar dari manusia modern. Bukti menunjukkan, mereka menggunakan api dan senjata berburu canggih, mengubur mayat mereka, mengenakan perhiasan dan merawat mereka yang lemah dan tua.
"Beberapa bukti ini dan interpretasinya begitu kontroversial dan masih diperdebatkan. Tapi saya pikir, ada cukup bukti baru bahwa kita harus keluar dari gagasan bahwa kita lebih unggul, bahwa kita lebih cerdas atau canggih dari spesies manusia lainnya,” jelasnya.
Ia menyambung, "Mungkin ada alasan yang lebih disengaja mengapa kita masih di sini dan mereka tidak, karena mereka semua pergi dan kita dibiarkan sendirian.”
"Mungkin saja kita menggunakan DNA yang mereka teruskan kepada kita dengan lebih baik. Kita mungkin memiliki keuntungan tak lazim yang memungkinkan kita untuk bertahan hidup dan berkembang," terangnya.
Pengujian genetik telah menunjukkan bahwa manusia non-Afrika membawa hingga 4 persen dari DNA Neanderthal, sementara Penduduk Asli Australia dan Papua Niugini membawa hingga 6 persen dari DNA ‘Denisova hominin’ (homo sapiens altai).
Diyakini Neanderthal mungkin telah mewariskan rambut merah dan kekebalan tubuh yang lebih baik.
‘Denisova hominin’ diyakini juga telah mewariskan kekebalan yang lebih baik serta memberikan gen yang ditemukan di Tibet untuk bertahan dari ketinggian tinggi.
Credit REPUBLIKA.CO.ID