Jumat, 09 Oktober 2015

Vietnam dan Malaysia Mengancam Produk Indonesia


KOMPAS.com/Sakina Rakhma Diah S Proses pembuatan tekstil polyester yang berbahan dasar benang sintetis di pabrik PT Trisula Textile Industries, Cimahi, Jawa Barat, Selasa (28/10/2014).

JAKARTA, CB - Pelaku industri manufaktur Indonesia mulai ketar-ketir menyaksikan 12 negara yang bergabung dalam zona perdagangan bebas Trans Pacific Partnership (TPP). Betapa tidak, di antara negara yang bergabung itu terdapat Malaysia dan Vietnam yang berpotensi mengambil porsi ekspor Indonesia ke negara TPP yang lain.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian Ismy mengatakan, jenis produk manufaktur yang dihasilkan Malaysia dan Vietnam hampir sama dengan Indonesia. "Bisa saja produk dari Vietnam dan Malaysia menggusur produk Indonesia ke negara anggota TPP seperti  di pasar Amerika Serikat (AS)," kata Ernovian kepada Kontan,  Rabu (7/10).
Sebagaimana diketahui, negara yang bergabung dalam blok dagang baru ini adalah AS, Kanada, Jepang, Australia, Brunei, Cile, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam. “Mereka bergabung dan sama-sama memberikan kemudahan akses pasar," kata Ernovian.
Semula API berharap pemerintah bisa bergabung dalam blok dagang baru tersebut. Dengan bergabungnya Indonesia, maka ekspor dari Indonesia diharapkan bisa naik.
Mengacu data API, tahun lalu ekspor TPT tercatat 12 miliar dollar AS dengan porsi terbesar ke wilayah AS sebesar 36 persen, Eropa 16 persen, Jepang 7 persen, Asia Tenggara 7 persen, dan Timur Tengah 23 persen.
Senada dengan Ernovian, kekhawatiran serupa juga dilontarkan oleh Eddy Widjanarko, Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo). Ia bilang, dampak terbentuknya blok dagang baru itu akan terasa dalam jangka panjang. "Pesanan sepatu ke Vietnam akan naik, sedangkan Indonesia akan stagnan," kata Eddy pada Kontan, Rabu (7/10/2015).
Eddy berharap Indonesia mau bergabung dalam TPP tersebut, karena bisa membuka peluang ekspor sepatu Indonesia naik ke negara anggota TPP. Mengacu data Kementerian Perindustrian, ekspor industri alas kaki tahun 2014 tercatat 4,11 miliar dollar AS atau tumbuh 6,44 persen dari periode tahun sebelumnya senilai 3,86 miliar dollar AS. Adapun negara tujuan ekspor antara lain Amerika Serikat, Belgia, Jerman, Inggris dan Jepang.
Bentuk blok baruUntuk menghadapi persaingan ini, Ernovian berharap pemerintah bergabung dengan blok dagang Eropa dan Turki. "Indonesia harus cepat bikin free trade agreement dengan Turki dan Eropa, ini juga bagus mendongkrak ekspor kita," tegas Ernovian.
Pendapat yang tak jauh berbeda disampaikan pula oleh Fitri Ratnasari Hartono, Direktur PT Pan Brothers Tbk (PBRX). Fitri bilang, Indonesia mesti menghadapinya dengan membentuk blok dagang baru dengan Eropa. "Kalau bergabung dengan Eropa masih memungkinkan. Karena sudah ada pembicaraan dengan pemerintah Indonesia," harap Fitri.
Jika tak bergabung dengan perdagangan bebas, Fitri khawatir produk dari Indonesia kalah bersaing dengan negara lain yang telah duluan bergabung dalam TPP. Ada kekhawatiran, pasar tekstil Indonesia di AS dan Jepang diambil alih produsen tekstil dari negara anggota TPP lainnya. "Dari sisi tekstil saja, kita bisa kalah," ujar Fitri pada Kontan, Rabu (7/10/2015).
Tak hanya dari tekstil dan sepatu saja, ada banyak produk manufaktur Indonesia yang akan kesulitan bersaing di negara TPT. Diantaranya adalah ban, otomotif dan elektronik. Sebagaimana diketahui, beberapa industri di Indonesia mengekspor ban ke AS dan negara anggota TPP lain seperti Jepang. Begitu juga dengan komponen otomotif, Indonesia juga ekspor ke beberapa negara TPP.
Sementara pada produk elektronik, Indonesia juga telah melakukan ekspor ke beberapa negara anggota TPP seperti Singapura, AS dan juga Jepang. Namun terkait blok dagang baru ini, Santo Kadarusman, Public Relation and Marketing Event Manager Polytron PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) belum mau berkomentar. "Saya belum tahu soal itu," ujar Santo pada Rabu (7/10/2015).
Credit  KOMPAS.com