Jumat, 09 Oktober 2015

Kekerasan di Israel Meluas, Netanyahu Batal Kunjungi Jerman

Kekerasan di Israel Meluas, Netanyahu Batal Kunjungi Jerman

Pemuda Palestina mengenakan penutup wajah saat bentrok dengan pasukan Israel di Issawiya, Yerusalem, 5 Oktober 2015. Netanyahu mengatakan penghancuran rumah-rumah pejuang Palestina akan dipercepat, pasukan keamanan di Yerusalem dan Tepi Barat akan diperkuat, dan penahanan para pejuang tanpa pengadilan akan diperluas. REUTERS/Ammar Awad
 
CB, Yerusalem - Meskipun pasukan keamanan Israel melakukan tindakan tegas untuk menekan gelombang serangan warga Palestina terhadap petugas keamanan, hinga Rabu, 7 Oktober 2015, kekerasan di Yerusalem tidak menunjukkan tanda-tanda reda. Bahkan kian merebak ke seluruh wilayah Yerusalem, Tepi Barat, serta kawasan Tel Aviv.

Kisruh berdarah di dalam negeri tersebut membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membatalkan lawatan satu harinya ke Jerman yang direncanakan dilakukan pada Kamis, 8 Oktober 2015. Kantor Netanyahu dalam pernyataannya kepada media  mengatakan,"Beliau tetap berada di Israel untuk memantau situasi dari dekat."

Di kota tua Yerusalem pada Rabu pagi, 7 Otober 2015, waktu setempat, seorang perempuan muda Palestina menusuk dan meluaki seorang pria Israel. "Selanjutnya perempuan itu ditembak dengan senjata pribadi korban menyebabkan dia luka-luka," kata polisi Israel.

Polisi mengatakan, pelaku penyerangan berusia 18 tahun dari Yerusalem Timur. Dia dan pria korban serangan dilarikan ke rumah sakit Israel di dalam kota.

Beberapa jam terakhir, di Kota Kiryat Gat -sebuah kawasan di Israel yang dikenal senyap- seorang pemuda Palestina menusuk tentara Israel di dalam sebuah bus. Pelaku sempat melukai tentara Israel dan merebut senjatanya. Pemuda tersebut diidentifikasi oleh polisi bernama Amjad Jundi, berusia 20 tahun, dari Kota Yata, Tepi Barat. Menurut polisi dan warga setempat, usai melakukan serangan, dia turun dari bus dan memaksa masuk ke dalam sebuah apartemen milik warga Israel.

"Polisi datang dan menembak pemuda tersebut setelah dia mengarahkan senapan hasil curiannya ke petugas keamanan," ujar polisi. "Jundi tak bisa menggunakan senjata itu karena dia melepaskan peluru senapan."

Beragam kekerasan itu membuat Netanyahu mendapatkan tekanan berat untuk mengendalikan Israel dari berbagai kekerasan, terutama dari kelompok sayap kanan koalisi pemerintahannya.

Dia berada di New York pekan lalu untuk berpidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyusul serangan pria Palestina terhadap sepasang warga Israel saat keduanya mengendarai kendaraan di Tepi Barat bersama empat anaknya. Serangan berikutnya adalah ketika warga Palestina menusuk dua warga Yahudi di kota tua.

"Kami masih menghadapi gelombang serangan teroris," kata Netanyahu usai mengadakan pertemuan dengan para pejabat keamanan Israel di markas kepolisian Yerusalem.

"Kami akan mengambil tindakan keras melawan teroris, perusuh, dan provokator," ucapnya. "Kami telah memperkuat pasukan keamanan serta menggunakan segala cara dan metode guna berperang melawan terorisme." Dia menambahkan, "Warga sipil berada di garis depan menghadapi terorisme, namun mereka juga harus waspada."

Kekerasan terus bergolak hingga Rabu, 7 Oktober 2015, antara pengunjuk rasa Palestina melawan pasukan keamanan Israel di daerah pendudukan Tepi Barat. Pada bentrok tersebut, sedikitnya dua warga Palestina tewas, termasuk bocah berusia 13 tahun.

Credit  TEMPO.CO