Di bawah kepemimpinan Kim Jong Un,
Badan Antariksa Korea Utara menyatakan pada bulan lalu bahwa Pyongyang
sedang membangun satelit baru dan bersiap meluncurkannya dengan
menggunakan roket jarak jauh. (Reuters/KCNA)
Pemimpin Komando Utara dan Komando Pertahanan Udara AS, Laksamana Bill Gortney, pada Rabu (7/10), menyatakan dia setuju dengan penilaian intelijen AS bahwa Korea Utara memiliki senjata nuklir, serta kemampuan untuk memperkecil ukuran bom dan menempatkannya pada roket yang dapat diluncurkan hingga ke AS.
"Kami menilai mereka memiliki kemampuan untuk mencapai tanah air dengan senjata nuklir dari roket," kata Gortney dalam acara yang diselenggarakan oleh lembaga think tank Atlantic Council.
Gortney memaparkan bahwa sangat sulit memprediksi perilaku pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, tetapi militer AS siap merespon jika Korut meluncurkan senjata nuklir.
"Kami siap untuk (serangan itu), dan kami siap 24 jam sehari jika dia cukup bodoh untuk menembakkan sesuatu kepada kami," kata Gortney.
"Saya cukup yakin bahwa kita akan menghalau berapa banyak pun (senjata nuklir) yang akan ditembakkan," ujar Gortney.
Badan Antariksa Korea Utara menyatakan pada bulan lalu bahwa Pyongyang sedang membangun satelit baru dan bersiap meluncurkannya dengan menggunakan roket jarak jauh. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan rudal balistik di negara tertutup tersebut telah mengalami kemajuan.
Korea Utara mengklaim bahwa peluncuran roket tersebut merupakan bagian dari program ruang angkasa yang sah, yang bertujuan untuk menempatkan satelit ke orbit. Meski demikian, Korut kerap meluncurkan tes rudal meskipun mendapat sanksi dan peringatan internasional.
Maret lalu, Badan Pertahanan Rudal AS menyatakan Korea Utara akan dapat meluncurkan rudal balistik antarbenua pada tahun ini.
Pada Rabu (7/10), Gortney menyatakan militer AS tengah berinvestasi untuk memodernisasi sistem pertahanan rudal saat ini. Gortney menambahkan sensor dan radar baru agar dapat mengidentifikasi potensi peluncuran rudal dengan lebih akurat, serta menurunkan biaya yang diperlukan untuk mempertahankan diri dari serangan rudal.
Gortney memperingatkan gagalnya Kongres AS untuk meloloskan anggaran untuk tahun fiskal 2016, atau diberlakukan kembali pemotongan anggaran wajib, dapat berpengaruh terhadap jumlah dana yang dibutuhkan untuk upaya pertahanan militer tersebut.
Credit CNN Indonesia