Upaya diplomatik untuk perlucutan nuklir tidak menghentikan Korut.
CB,
SEOUL -- Laporan Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB) mengatakan, Korea
Utara (Korut) tetap memproduksi bahan untuk penggunaan senjata nuklir
pada 2018. Hal itu dilakukan meskipun pada tiga bulan di 2018 terdapat
diplomasi yang intens untuk denuklirisasi semenanjung Korea.
Harian Korea
Cholsunilbo
edisi Selasa (12/3) mengutip laporan Komite Sanksi Dewan Keamanan PBB
tentang Korut melaporkan, Pyongyang terus memproduksi bahan baku untuk
senjata nuklir tahun lalu, meskipun ada upaya diplomatik dengan Korea
Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) untuk menghentikan upaya
nuklir Korut.
"Reaktor Yongbyon 5 MW telah beroperasi
normal sejak Desember 2015, meskipun untuk sementara waktu menangguhkan
operasinya selama beberapa hari pada Februari, Maret, dan April pada
2018," kata Harian
Cholsunilbo seperti dilansir
Anadolu Agency, Kamis (14/3).
Negara anggota PBB mengumumkan bahwa operasi reaktor tersebut sudah ditangguhkan dari September hingga Oktober 2018.
"Komite
itu mengatakan, organisasi dan individu yang menyelidik di Asia yang
diam-diam memasok sentrifugal bagi Korut yang memperkaya uranium untuk
senjata nuklir," harian Korea itu menambahkan.
Laporan
terbaru ini muncul setelah Korut dilaporkan memulihkan peluncuran roket
Dongchang-ri. Komite PBB juga mengatakan, bahwa Korut mengumpulkan rudal
di pabrik sipil atau fasilitas non-militer yang tampaknya untuk menjaga
terhadap serangan yang ditargetkan terhadap fasilitas nuklir dan rudal
resmi.
Sebelumnya, AS dan Korut gagal mencapai kesepakatan
untuk melakukan denuklirisasi semenanjung Korea bahkan setelah Donald
Trump dan Kim Jong-un bertemu dua kali.