CB, Jakarta - Jurnalis
televisi Bulgaria, Viktoria Marinova, menjadi jurnalis ketiga yang
dibunuh di Uni Eropa sepanjang tahun 2018 dan yang keempat sejak awal
tahun 2017.
Mayat Viktoria, yang berusia 30 tahun itu ditemukan dibuang di dekat Sungai Danube di kota Ruse, Bulgaria utara, pada Sabtu 6 Oktober. Polisi mengatakan dia telah dipukuli, diperkosa dan dicekik, seperti dilaporkan USA Today, 8 Oktober 2018.
Tidak diketahui apakah pembunuhan Viktoria Marinova terkait dengan pekerjaan jurnalismenya. Penyelidik masih mencoba melacak saksi potensial dan menetapkan motif untuk pembunuhannya. Namun, media Bulgaria melaporkan bahwa Viktoria Marinova baru-baru ini mewawancarai jurnalis Rumania yang sedang menyelidiki politisi dan pengusaha atas dugaan korupsi dana Uni Eropa.
Viktoria Marinova [Facebook/Viktoria Marinova]
Episode pertama, yang ditayangkan pada 30 September, melakukan wawancara dengan jurnalis investigasi Dimitar Stoyanov dari situs Bivol.bg dan Attila Biro dari Romanian Rise Project, seperti dilansir dari Sky News.
Wawancara tersebut tentang penyelidikan dugaan penipuan yang melibatkan dana Uni Eropa yang terkait dengan pengusaha besar dan politisi.
"Ini tentang perkosaan dan pembunuhan," kata Menteri Dalam Negeri Mladen Marinov, tampaknya menyimpulkan tidak ada bukti yang menunjukkan pembunuhan itu terkait dengan karya jurnalisme Marinova.
Potongan gambar dari video saat Viktoria Marinova membawakan program current affair yang mewawancarai jurnalis investgasi Dimitar Stoyanov [Facebook/Viktoria Marinova]
Marinova bekerja untuk stasiun TV lokal kecil yang disebut TVN di mana ia mempresentasikan dua program current affair untuk investigasi.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa, sebuah organisasi antar-pemerintah, menyerukan penyelidikan menyeluruh atas perkosaan dan pembunuhannya, dan mencatat kecenderungan meningkatnya serangan terhadap jurnalis perempuan.
Sebelumnya jurnalis investigasi Malta, Daphne Caruana Galizia, tewas dalam sebuah bom mobil pada Oktober tahun lalu. Dia telah mengerjakan apa yang disebut Panama Papers, membocorkan dokumen yang mengungkapkan informasi keuangan tentang rekening lepas pantai para pejabat papan atas.
Daphne Caruana Galizia menjalankan sebuah blog yang sangat populer dimana dia terus-menerus menyoroti kasus-kasus dugaan korupsi tingkat tinggi oleh para politisi dari berbagai partai. REUTERS
Jurnalis investigasi Slovakia Jan Kuciak dan pacarnya ditembak mati pada Februari tahun ini. Kuciak sedang menyelidiki penipuan pajak. Jurnalis freelance Swedia, Kim Wall, dibunuh dalam kasus mengerikan di Denmark tahun lalu oleh penemu asal Denmark, Peter Madsen. Wall tewas dan dimutilasi setelah naik kapal selam Madsen untuk melakukan wawancara.
Bulgaria menempati peringkat 111 dari 180 negara dalam indeks kebebasan pers dunia tahun ini, menurut peringkat yang dirilis Reporters Without Borders. Peringkat kebebasan pers Bulgaria tercatat paling rendah dibanding negara anggota Uni Eropa lainnya.Di seluruh dunia, setidaknya 48 jurnalis tewas melakukan pekerjaannya pada tahun 2018, menurut Committee to Protect Journalists, sebuah organisasi yang mempromosikan kebebasan pers.
Mayat Viktoria, yang berusia 30 tahun itu ditemukan dibuang di dekat Sungai Danube di kota Ruse, Bulgaria utara, pada Sabtu 6 Oktober. Polisi mengatakan dia telah dipukuli, diperkosa dan dicekik, seperti dilaporkan USA Today, 8 Oktober 2018.
Tidak diketahui apakah pembunuhan Viktoria Marinova terkait dengan pekerjaan jurnalismenya. Penyelidik masih mencoba melacak saksi potensial dan menetapkan motif untuk pembunuhannya. Namun, media Bulgaria melaporkan bahwa Viktoria Marinova baru-baru ini mewawancarai jurnalis Rumania yang sedang menyelidiki politisi dan pengusaha atas dugaan korupsi dana Uni Eropa.
Viktoria Marinova [Facebook/Viktoria Marinova]
Episode pertama, yang ditayangkan pada 30 September, melakukan wawancara dengan jurnalis investigasi Dimitar Stoyanov dari situs Bivol.bg dan Attila Biro dari Romanian Rise Project, seperti dilansir dari Sky News.
Wawancara tersebut tentang penyelidikan dugaan penipuan yang melibatkan dana Uni Eropa yang terkait dengan pengusaha besar dan politisi.
"Ini tentang perkosaan dan pembunuhan," kata Menteri Dalam Negeri Mladen Marinov, tampaknya menyimpulkan tidak ada bukti yang menunjukkan pembunuhan itu terkait dengan karya jurnalisme Marinova.
Potongan gambar dari video saat Viktoria Marinova membawakan program current affair yang mewawancarai jurnalis investgasi Dimitar Stoyanov [Facebook/Viktoria Marinova]
Marinova bekerja untuk stasiun TV lokal kecil yang disebut TVN di mana ia mempresentasikan dua program current affair untuk investigasi.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa, sebuah organisasi antar-pemerintah, menyerukan penyelidikan menyeluruh atas perkosaan dan pembunuhannya, dan mencatat kecenderungan meningkatnya serangan terhadap jurnalis perempuan.
Sebelumnya jurnalis investigasi Malta, Daphne Caruana Galizia, tewas dalam sebuah bom mobil pada Oktober tahun lalu. Dia telah mengerjakan apa yang disebut Panama Papers, membocorkan dokumen yang mengungkapkan informasi keuangan tentang rekening lepas pantai para pejabat papan atas.
Daphne Caruana Galizia menjalankan sebuah blog yang sangat populer dimana dia terus-menerus menyoroti kasus-kasus dugaan korupsi tingkat tinggi oleh para politisi dari berbagai partai. REUTERS
Jurnalis investigasi Slovakia Jan Kuciak dan pacarnya ditembak mati pada Februari tahun ini. Kuciak sedang menyelidiki penipuan pajak. Jurnalis freelance Swedia, Kim Wall, dibunuh dalam kasus mengerikan di Denmark tahun lalu oleh penemu asal Denmark, Peter Madsen. Wall tewas dan dimutilasi setelah naik kapal selam Madsen untuk melakukan wawancara.
Bulgaria menempati peringkat 111 dari 180 negara dalam indeks kebebasan pers dunia tahun ini, menurut peringkat yang dirilis Reporters Without Borders. Peringkat kebebasan pers Bulgaria tercatat paling rendah dibanding negara anggota Uni Eropa lainnya.Di seluruh dunia, setidaknya 48 jurnalis tewas melakukan pekerjaannya pada tahun 2018, menurut Committee to Protect Journalists, sebuah organisasi yang mempromosikan kebebasan pers.
Credit tempo.co