Seorang tentara menjaga gereja St.Theresa di Sri Lanka. (Foto: REUTERS/Dinuka Liyanawatte)
Jakarta, CB -- Kerumunan massa telah melukai hingga mengakibatkan seorang pria muslim di Sri Lanka meninggal
dunia. Korban meninggal ini merupakan yang pertama kali terjadi meski
jam malam telah diberlakukan pemerintah sebagai respons kerusuhan
anti-muslim di tiga distrik di bagian utara ibu kota.
Kerusuhan anti-muslim itu terjadi setelah serangkaian tragedi bom terjadi di sejumlah gereja dan hotel pada Hari Paskah. Pengeboman itu, yang diklaim kelompok militan ISIS, telah menewaskan lebih dari 200 orang.
Muslim yang tewas merupakan pria berusia 45 tahun. Dia meninggal setelah masuk ke rumah sakit di distrik Puttalam ketika kerusuhan dimulai pada Minggu (12/5). Informasi ini didapat AFP dari kepolisian setempat.
Kerusuhan anti-muslim itu terjadi setelah serangkaian tragedi bom terjadi di sejumlah gereja dan hotel pada Hari Paskah. Pengeboman itu, yang diklaim kelompok militan ISIS, telah menewaskan lebih dari 200 orang.
Muslim yang tewas merupakan pria berusia 45 tahun. Dia meninggal setelah masuk ke rumah sakit di distrik Puttalam ketika kerusuhan dimulai pada Minggu (12/5). Informasi ini didapat AFP dari kepolisian setempat.
"Massa telah menyerang dia dengan benda tajam dan alat tukang. Ini adalah kematian pertama dari kerusuhan," kata pihak berwenang.
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe sebelumnya sudah mengatakan jam malam dideklarasikan guna mencegah kelompok tidak dikenal mengacaukan negara dengan mengatur kekerasan komunal.
"Di beberapa tempat di provinsi barat laut, kelompok ini sudah menciptakan masalah, merusak fasilitas. Polisi dan kesatuan keamanan telah menangani situasi, tetapi kelompok ini terus bikin ulah," ucap Wickremesinghe di siaran televisi.
Dalam siaran televisi yang lain, Kepala Kepolisian Chandana Wickramaratne, mengingatkan polisi akan mengambil tindakan tegas terhadap para perusuh. Dia bilang polisi telah diberi perintah untuk menggunakan kekuatan maksimum.
Polisi mengatakan kerusuhan yang terjadi saat muslim melakukan puasa di bulan Ramadan itu telah melakukan aksi sporadis seperti melempar batu serta membakar toko, sepeda motor, dan mobil milik muslim.
Pada Senin (13/5), otoritas Sri Lanka telah melarang Facebook, WhatsApp, dan media sosial lainnya. Hal itu dilakukan setelah pengeboman di Hari Paskah.
"Saya meminta semua warga negara untuk tetap tenang dan tidak terbawa oleh informasi palsu," kata Wickremesinghe di Twitter yang tidak masuk dalam media sosial terlarang.
Credit cnnindonesia.com