Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Selasa, 14 Mei 2019
Diprotes Soal Perang Yaman, Kapal Saudi Batal Memuat Senjata Prancis
PARIS
- Sebuah kapal Arab Saudi yang akan memuat senjata di pelabuhan Prancis
utara pada hari Jumat berlayar menuju ke Spanyol tanpa membawa muatan
senjata tersebut. Reaksi kapal itu muncul sehari setelah kelompok hak
asasi manusia (HAM) berusaha untuk mencegah kapal itu memuat senjata
sebagai protes atas perang di Yaman.
Kelompok HAM Prancis, ACAT,
mengajukan gugatan di pengadilan untuk menolak penjualan senjata Paris
kepada Riyadh. Namun, gugatan itu ditolak hakim pengadilan.
ACAT
yang kecewa dengan putusan hakim berargumen pengiriman kargo senjata
tersebut melanggar perjanjian PBB karena senjata tersebut digunakan
untuk melawan warga sipil di Yaman.
Meski
putusan hakim Prancis mengizinkan kapal Bahri-Yanbu milik Saudi memuat
kargo senjata, namun data pelacakan kepal menunjukkan kargo itu batal
dimuat.
Kejadian itu mempermalukan Presiden Emmanuel Macron, yang pada hari Kamis membela penjualan senjata Prancis kepada Arab Saudi.
Riyadh
memimpin Koalisi Arab pro-pemerintah Yaman dalam perang saudara selama
empat tahun terakhir yang menghancurkan negara tersebut. Puluhan ribu
orang tewas dan banyak penduduk di ambang kelaparan.
Macron
mengatakan Riyadh, yang ia sebut sekutu kunci dalam perang melawan
terorisme, telah meyakinkannya bahwa senjata yang akan dimuat kapal
tidak digunakan untuk melawan warga sipil.
Seorang pejabat yang
bekerja untuk Jean-Paul Lecoq, anggota parlemen oposisi Komunis untuk
kota pelabuhan Le Havre, mengonfirmasi bahwa kapal Saudi itu telah pergi
tanpa kargo senjata.
"Ini pelajaran bagi eksekutif," katanya kepada Reuters,
yang dilansir Sabtu (11/5/2019). "Itu tidak bisa lagi memberikan
pernyataan hambar yang mengatakan 'jangan khawatir, kami punya jaminan'.
Itu tidak lagi berfungsi."
Kedutaan Saudi di Prancis tidak berkomentar atas kejadian tersebut.
Langkah ACAT itu dilakukan setelah situs investigasi online, Disclose,
menerbitkan bocoran data intelijen militer yang menunjukkan senjata
yang dijual oleh Prancis ke Arab Saudi, termasuk tank dan sistem rudal
berpemandu laser, digunakan terhadap warga sipil di Yaman.
Namun, Menteri Keuangan Bruno Le Maire pada hari Jumat mengklaim bahwa Paris mematuhi aturan terkait penjualan senjata.
Prancis
yang menjadi salah satu pemasok senjata utama Arab Saudi, menghadapi
tekanan publik dalam negeri untuk meninjau kembali hubungan perdagangan
itu karena dampak kemanusiaan akibat perang di Yaman.
ACAT
berpendapat bahwa pemuatan senjata pada kapal Saudi bertentangan dengan
Perjanjian Perdagangan Senjata PBB, yang mengatakan satu negara tidak
dapat mengotorisasi pemindahan senjata jika negara itu tahu bahwa
senjata itu dapat digunakan untuk melakukan kejahatan perang atau
menargetkan warga sipil.
Para pejabat PBB menyatakan semua pihak dalam konflik Yaman diduga telah melakukan kejahatan perang.
Pemerintah Prancis menolak memberikan rincian tentang otorisasi penjualan senjata itu, yang disebut situs Disclose termasuk delapan meriam howitzer Caesar.