Credit republika.co.id
Tampilkan postingan dengan label BOSNIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BOSNIA. Tampilkan semua postingan
Jumat, 14 Desember 2018
Senin, 08 Oktober 2018
Pemimpin Nasionalis Menangkan Kursi Kepresidenan Bosnia
Suasana Kota Bosnia. (Anadolu Agency/Mustafa Öztürk).
Dikutip dari Reuters, Partainya mengatakan perhitungan itu berdasarkan dari 72 persen suara yang telah dihitung dalam pemilihan langsung.
Juru bicara partai Radovan Kovacevic juga mengatakan bahwa Zeljka Cvijanovic, seorang kandidat Presiden Republik Serbia otonom Bosnia, unggul atas para pesaingnya dengan perolehan 55 persen suara. Hal itu berdasarkan pada 17,6 persen suara yang telah dihitung.
Seperti dikutip dari AFP, Warga Bosnia menghadapi pemilihan suara pada Minggu (7/10), untuk memilih pemimpin yang akan mengarahkan masa depan bangsa Balkan yang terpecah karena perbedaan etnis.
Ketika daftar keterpurukan ekonomi yang dihadapi negara cukup panjang, banyak pemilih mengaku telah kehilangan kepercayaan pada kalangan politik yang dianggap menggerakkan paham nasionalis untuk tetap berkuasa.
Sistem politik Negeri Balkan yang cukup kompleks merupakan peninggalan dari konflik perbedaan etnis yang berlangsung pada 1992-1995 lalu. Negara tersebut terpisah oleh tiga kekuatan, yakni dari kelompok Muslim Bosnia, Serbia, dan Kroasia.
Pertempuran menyebabkan 100 ribu orang tewas dan menelantarkan jutaan orang. Tak hanya tu, ekonomi dan infrastruktur negarapun turut remuk redam.
Credit cnnindonesia.com
Selasa, 10 Juli 2018
Ribuan Orang Napak Tilas Peringati Pembantaian Srebrenica
Ilustrasi Peringatan Pembantaian Srebrenica. (REUTERS/Dado Ruvic)
Dilansir kantor berita Turki, Anadolu, aksi tersebut diikuti lebih dari 6.000 peserta yang menempuh jarak total 100 kilometer dalam tiga hari.
Aksi yang digelar sejak 13 tahun terakhir tersebut diikuti berbagai kalangan. Namun ada pula yang baru pertama kali mengikutinya.
Peserta berjalan sejauh 35 kilometer setiap hari hingga berakhir di titik akhir. Yakni pemakaman di Potocari, sebuah desa di Bosnia-Herzegovina timur.
Di sana para peserta mengikuti upacara doa mengenang 35 korban genosida.
Sepanjang perjalanan, peserta mendengarkan kisah-kisah suram pembantaian dari para korban yang selamat. Jalur tersebut merupakan jalan yang sama digunakan warga Bosnia ketika melarikan dari pembantaian di Srebrenica. Jalan antara Srebrenica menuju Tuzla itu kerap disebut sebagai "Jalan Kematian".
Mario Dolquier dari Belgia, yang baru pertama kali ikut mengaku diberitahu soal napak tilas itu saat berkunjung ke Monumen Pemakaman Potocari di Srebrenica.
"Saya berpartisipasi untuk pertama kalinya dalam pawai ini," kata Dolquier seperti dikutip Anadolu Agency.
Kadir Suljic, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun dari kota Gradacac Bosnia, mengatakan meski baru pertama kali, dia mengaku bangga bisa mengikuti napak tilas untuk mengenang para korban genosida di Srebrenica.
Panitia penyelenggara mengatakan bahwa pawai perdamaian itu telah menjadi "aktivitas global."
Sejak 2005. ribuan orang mengikuti 'Mars Mira' atau Pawai Perdamaian, napak tilas melintasi hutan-hutan yang digunakan etnis muslim Bosniak untuk menyelamatkan diri dari pembantaian di Srebrenica tersebut.
Selama Perang Bosnia, Srebrenica dikepung oleh pasukan Serbia antara 1992 dan 1995. Saat itu, milisi Serbia mencoba merebut wilayah dari Muslim Bosnia dan Kroasia untuk membentuk negara mereka sendiri.
Pada 1993 Dewan Keamanan PBB telah menyatakan Srebrenica sebagai "daerah aman".
Namun, pasukan Serbia yang dipimpin oleh Jenderal Ratko Mladic yang sekarang menghadapi tuduhan genosida di Den Haag menyerbu zona PBB meskipun kehadiran sekitar 450 Belanda tentara yang ditugaskan untuk melindungi warga sipil yang tidak bersalah sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB.
Pasukan Belanda gagal bertindak ketika pasukan Serbia menduduki daerah itu, hingga menewaskan sekitar 2.000 pria dan anak laki-laki.
Sekitar 15.000 pria Srebrenica melarikan diri ke pegunungan di sekitarnya tetapi pasukan Serbia memburu dan membantai 6.000 dari mereka di hutan.
Sebanyak 6.504 korban dimakamkan di Peringatan Genosida Srebrenica di Potocari.
Credit cnnindonesia.com
Sabtu, 28 April 2018
Seorang Jenderal Muslim Ditangkap, Aib Perang Bosnia Diusik Lagi
Penangkapan selusin pejabat termasuk Jenderal Atif Dudakovic berlangsung hari Jumat. Selusin pejabat tersebut ditangkap atas tuduhan melakukan kejahatan perang.
Meski memicu kemarahan para politisi Muslim Bosnia, pihak Serbia justru menganggap penangkapan itu terlalu sedikit dan sudah terlambat.
Dudakovic, 64, merupakan komandan Korps ke-5 dari Tentara Muslim Bosnia di daerah kantong Bihac selama Perang Bosnia 1992-1995. Pasukannya bertempur melawan Serbia Bosnia serta faksi Muslim Bosnia yang mencari otonomi dari pemerintah di Sarajevo.
Sebagian besar Muslim Bosnia menganggap jenderal itu sebagai pahlawan karena mengalahkan kaum otonom.
Dia dan 11 pejabat lainnya kini menghadapi dakwaan kejahatan perang terhadap warga sipil dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
"Dakwaan terkait dengan kematian beberapa ratus warga sipil Serbia Bosnia dan tawanan perang pada 1995, serta kejahatan perang terhadap warga sipil (Muslim Bosnia) yang setia pada otonomi Bosnia Barat pada 1994," kata kantor jaksa penuntut dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Washington Post, semalam (27/4/2018).
Perdana Menteri Bosnia Denis Zvizdic membela Dudakovic dan jenderal-jenderal lain yang ditangkap."(Mereka) identik dengan pertahanan Bosnia yang terhormat dan heroik ketidakbersalahan mereka pasti akan terbukti," kata Zvizdic.
Bakir Izetbegovic, politisi Muslim Bosnia dari presiden tripartit negara itu, menyebut penangkapan itu sebagai penghinaan yang tidak perlu bagi orang-orang yang telah bekerja sama dengan penyelidik selama bertahun-tahun.
Sedangkan Presiden Republik Serbia Bosnia, Milorad Dodik, mengatakan penyelidikan panjang adalah bagian dari masalah.
"Seandainya penangkapan ini terjadi tepat setelah publik diperlihatkan rekaman di mana dapat terlihat dengan jelas bagaimana Dudakovic memberi perintah untuk kejahatan, saya akan percaya pada niat baik dari pengadilan Bosnia," katanya.
"Seperti itu, saya pikir penangkapan itu datang terlambat," katanya lagi.
Dodik, perdana menteri saat itu dari Republik Serbia, adalah salah satu pejabat yang merekomendasikan Dudakovic dikenai tuduhan kejahatan perang sejak lebih dari satu dekade lalu. Rekomendasi darinya muncul setelah ada rekaman yang menunjukkan jenderal tersebut memerintahkan bawahannya untuk mengeksekusi dua tahanan di tempat di mana mereka ditangkap, dan memuji orang-orang yang menjalankan tugas itu.
Credit sindonews.com
Jumat, 23 Maret 2018
Kamis, 30 November 2017
Jenderal Pembantai Muslim Bosnia Tenggak Racun di Sidang Den Haag
DEN HAAG
- Komandan perang pasukan Kroasia Bosnia, Jenderal Slobodan Praljak,
tewas setelah menenggak racun di persidangan yang dipimpin hakim
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Den Haag, Rabu (29/11/2017). Aksi
itu terjadi setelah hakim menolak banding jenderal yang dituduh sebagai
penjahat perang dan penanggung jawab atas pembantaian terhadap Muslim
Bosnia.
Praljak mengajukan banding atas vonis 20 tahun penjara yang dijatuhkan pengadilan sebelumnya dengan tuduhan serupa.
Stasiun televisi Kroasia mengutip sumber yang dekat dengan Praljak yang mengatakan bahwa terdakwa meninggal di sebuah rumah sakit di Den Haag, tak lama setelah meminum racun.
Hakim banding di pengadilan kejahatan perang Yugoslavia menjatuhkan hukuman terhadap enam orang Kroasia Bosnia. Mereka dinyatakan bersalah melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama tahun 1990-an dalam putusan pengadilan terakhir sebelum ditutup bulan depan.
Setelah hakim mengonfirmasi vonis, Praljak, 72, mengayunkan gelas berisi cairan dan berkata; "Saya hanya minum racun.” “Saya bukan penjahat perang, saya menentang keyakinan ini,” ujarnya.
Hakim ketua langsung menunda sidang dan meminta dokter, ambulans dan paramedis pergi ke ruang sidang.
”Mantan kepala markas besar Dewan Pertahanan Kroasia, Jenderal Slobodan Praljak, meninggal di sebuah rumah sakit di Den Haag setelah dia minum racun di ruang sidang setelah Pengadilan Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia mengonfirmasi hukuman 20 tahun atas kejahatan perang,” bunyi laporan stasiun televisi Kroasia.
Praljak mengajukan banding atas vonis 20 tahun penjara yang dijatuhkan pengadilan sebelumnya dengan tuduhan serupa.
Stasiun televisi Kroasia mengutip sumber yang dekat dengan Praljak yang mengatakan bahwa terdakwa meninggal di sebuah rumah sakit di Den Haag, tak lama setelah meminum racun.
Hakim banding di pengadilan kejahatan perang Yugoslavia menjatuhkan hukuman terhadap enam orang Kroasia Bosnia. Mereka dinyatakan bersalah melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama tahun 1990-an dalam putusan pengadilan terakhir sebelum ditutup bulan depan.
Setelah hakim mengonfirmasi vonis, Praljak, 72, mengayunkan gelas berisi cairan dan berkata; "Saya hanya minum racun.” “Saya bukan penjahat perang, saya menentang keyakinan ini,” ujarnya.
Hakim ketua langsung menunda sidang dan meminta dokter, ambulans dan paramedis pergi ke ruang sidang.
”Mantan kepala markas besar Dewan Pertahanan Kroasia, Jenderal Slobodan Praljak, meninggal di sebuah rumah sakit di Den Haag setelah dia minum racun di ruang sidang setelah Pengadilan Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia mengonfirmasi hukuman 20 tahun atas kejahatan perang,” bunyi laporan stasiun televisi Kroasia.
Credit sindonews.com
Rabu, 22 November 2017
Pembantai Muslim Bosnia Hadapi Vonis Seumur Hidup
Mladic dituding bertanggung jawab atas kematian lebih dari 11 ribu
orang Bosnia. Saat peristiwa memilukan itu terjadi, pria berusia 74
tahun ini menjabat sebagai panglima angkatan bersenjata Serbia.
Jaksa penuntut umum menuntutnya dengan hukuman seumur hidup. Pengacara Mladic berpendapat tanggung jawab Mladic atas pembunuhan dan pembersihan etnis warga sipil oleh pasukan Serbia dan paramiliter sekutu tidak pernah terbukti dan dia seharusnya mendapat tidak lebih dari 15 tahun penjara jika terbukti bersalah.
Pada 11 Juli 1995, para tentara Serbia yang dipimpin Ratko Mladic menyerbu kompleks pengungsian safe area PBB yang dihuni kaum Muslim Bosnia di Srebrenica. Saat itu, kompleks tersebut diawasi pasukan penjaga perdamaian PBB tetapi dengan jumlah personel yang tidak mencukupi.
Keluarga korban pembantaian mengenang bagaimana tindakan Mladic seusai hari nahas itu, 12 Juli 1995.
"Dia memberikan cokelat dan manisan kepada anak-anak kami, selagi kamera (wartawan asing) merekam. Dia juga mengatakan, kalian tidak perlu takut," kata Munira Subasic, perwakilan dari komunitas Para Ibu Srebrenica, Rabu (22/11).
Namun, setelah para wartawan pergi, dia segera memerintahkan anak buahnya membunuh keluarga kami, memperkosa perempuan kami, dan akhirnya mengusir kami dari Srebrenica sehingga dia bebas membersihkan kota itu.
Pembantaian Srerenica adalah genosida terburuk di Eropa sejak usainya Perang Dunia II. Komisi pelacakan orang hilang (ICMP) telah dibentuk untuk mencari jasad korban pembantaian Srebrenica. Sejauh ini, ada 6.900 jasad korban yang berhasil teridentifikasi melalui tes DNA.
Pengadilan atas Mladic berlangsung empat tahun lamanya. Hal itu karena kondisi kesehatan Mladic yang menurun sehingga menyita banyak waktu. Kasus Mladic ini merupakan kasus yang terakhir di luar banding yang dihadapkan pada Pengadilan PBB atas Penjahat Perang Yugoslavia (ICTY) di Den Haag, Belanda.
Bosnia Herzegovina merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim di Semenanjung Balkan. Negara ini merupakan pecahan dari Yugoslavia yang bubar pada 1992.
Jaksa penuntut umum menuntutnya dengan hukuman seumur hidup. Pengacara Mladic berpendapat tanggung jawab Mladic atas pembunuhan dan pembersihan etnis warga sipil oleh pasukan Serbia dan paramiliter sekutu tidak pernah terbukti dan dia seharusnya mendapat tidak lebih dari 15 tahun penjara jika terbukti bersalah.
Pada 11 Juli 1995, para tentara Serbia yang dipimpin Ratko Mladic menyerbu kompleks pengungsian safe area PBB yang dihuni kaum Muslim Bosnia di Srebrenica. Saat itu, kompleks tersebut diawasi pasukan penjaga perdamaian PBB tetapi dengan jumlah personel yang tidak mencukupi.
Keluarga korban pembantaian mengenang bagaimana tindakan Mladic seusai hari nahas itu, 12 Juli 1995.
"Dia memberikan cokelat dan manisan kepada anak-anak kami, selagi kamera (wartawan asing) merekam. Dia juga mengatakan, kalian tidak perlu takut," kata Munira Subasic, perwakilan dari komunitas Para Ibu Srebrenica, Rabu (22/11).
Namun, setelah para wartawan pergi, dia segera memerintahkan anak buahnya membunuh keluarga kami, memperkosa perempuan kami, dan akhirnya mengusir kami dari Srebrenica sehingga dia bebas membersihkan kota itu.
Pembantaian Srerenica adalah genosida terburuk di Eropa sejak usainya Perang Dunia II. Komisi pelacakan orang hilang (ICMP) telah dibentuk untuk mencari jasad korban pembantaian Srebrenica. Sejauh ini, ada 6.900 jasad korban yang berhasil teridentifikasi melalui tes DNA.
Pengadilan atas Mladic berlangsung empat tahun lamanya. Hal itu karena kondisi kesehatan Mladic yang menurun sehingga menyita banyak waktu. Kasus Mladic ini merupakan kasus yang terakhir di luar banding yang dihadapkan pada Pengadilan PBB atas Penjahat Perang Yugoslavia (ICTY) di Den Haag, Belanda.
Bosnia Herzegovina merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim di Semenanjung Balkan. Negara ini merupakan pecahan dari Yugoslavia yang bubar pada 1992.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
Jumat, 08 September 2017
Forensik Selidiki Jurang Lokasi Pembantaian Muslim Bosnia
Jasad-jasad korban perang
Bosnia-Serbia pada dekade 1990an. Foto diambil pada 17 Februari 1993 di
dekat Sarajevo. (AFP PHOTO / GABRIEL BOUYS)
Jakarta, CB --
Tim pakar forensik melakukan penyelidikan atas sebuah jurang di
Bosnia tengah untuk mencari jasad muslim Bosnia dan Kroasia yang
dibantai pasukan Serbia pada awal perang 1992-1995, Kamis (7/9).
Seperti dikutip dari Reuters, penyelidikan itu dimulai beberapa jam setelah pengadilan perang Bosnia memerintahkan penggalian di Gunung Vlasic yang disebut sebagai tempat sekitar 160-220 tawanan perang ditembak mati pada 21 Agustus 1992.
Pada Agustus 1992 silam disebutkan para tawanan perang itu bakal dilepas
dari pusat penahanan di dekat kota Prijedor. Namun, di tengah jalan
mereka diturunkan dari bus dan dibariskan di tepi jurang untuk kemudian
ditembaki. Dari ratusan tawanan perang tersebut, hanya sedikit yang
selamat dari aksi yang kemudian disebut sebagai Pembantaian Tebing
Koricani.
Pembantaian itu merupakan bagian dari pembersihan etnis Bosnia muslim dan Kroasia.
Koordinator wilayah Komisi untuk Orang-orang Hilang, Amor Masovic menduga lokasi jurang yang tengah diselidiki in isebagai pemakaman massal kedua yang dibuat untuk menyembunyikan kejahatan perang.
Sebelas mantan polisi Bosnia-Serbia sudah dijatuhi vonis oleh pengadilan kejahatan perang bentukan PBB yang berbasis di Den Haag, Belanda dan di Bosnia.
Mengutip dari kantor berita AFP, pada awal pekan ini, jaksa
Serbia menyatakan telah menjatuhi hukuman kepada lima orang yang
menyiksa dan membunuh 20 sipil, sebagian besar muslim Serbia, selama
perang dengan negara tetangga, Bosnia.
Mereka yang bagian dari paramiliter Serbia itu dijatuhi hukuman akibat tindakan pada 27 Februari 1993. Saat itu mereka menghentikan kereta di perbatasan desa Strpci serta menarik 20 penumpang—yang sebagian besar muslim. Para tahanan itu dibawa ke Visegrad, disiksa, dan dibunuh. Jasadnya disebut dibuang di sungai Drina.
Perang Bosnia yang berlangsung kurun waktu 1992-1995 telah menewaskan hingga 100 ribu orang,
Seperti dikutip dari Reuters, penyelidikan itu dimulai beberapa jam setelah pengadilan perang Bosnia memerintahkan penggalian di Gunung Vlasic yang disebut sebagai tempat sekitar 160-220 tawanan perang ditembak mati pada 21 Agustus 1992.
Pembantaian itu merupakan bagian dari pembersihan etnis Bosnia muslim dan Kroasia.
Koordinator wilayah Komisi untuk Orang-orang Hilang, Amor Masovic menduga lokasi jurang yang tengah diselidiki in isebagai pemakaman massal kedua yang dibuat untuk menyembunyikan kejahatan perang.
Sebelas mantan polisi Bosnia-Serbia sudah dijatuhi vonis oleh pengadilan kejahatan perang bentukan PBB yang berbasis di Den Haag, Belanda dan di Bosnia.
Mereka yang bagian dari paramiliter Serbia itu dijatuhi hukuman akibat tindakan pada 27 Februari 1993. Saat itu mereka menghentikan kereta di perbatasan desa Strpci serta menarik 20 penumpang—yang sebagian besar muslim. Para tahanan itu dibawa ke Visegrad, disiksa, dan dibunuh. Jasadnya disebut dibuang di sungai Drina.
Perang Bosnia yang berlangsung kurun waktu 1992-1995 telah menewaskan hingga 100 ribu orang,
Credit cnnindonesia.com
Langganan:
Postingan (Atom)