WASHINGTON
- Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menuturkan, pihaknya
akan menghentikan bantuan ke El Salvador, Guatemala dan Honduras, yang
secara kolektif dikenal sebagai "Segitiga Utara". Keputusan ini diambil
setelah Presiden AS, Donald Trump mengecam negara-negara Amerika Tengah
karena ruitn "mengirim" migran ke AS.
"Kami sedang menjalankan
arahan Presiden dan mengakhiri tahun fiskal 2017 dan 2018 program
bantuan asing untuk Segitiga Utara," kata Kementerian Luar Negeri AS
dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Minggu (31/3).
Kementerian
Luar Negeri mengatakan akan melibatkan Kongres dalam prosesnya.
Penghentian bantuan ini sendiri memang akan memerlukan persetujuan
anggota parlemen untuk dapat disahkan.
Trump
pada hari Jumat mengatakan, ketiga negara itu telah "mengatur" karavan
para migran untuk mengekspornya ke AS. Gelombang pencari suaka dari tiga
negara telah berusaha untuk memasuki AS di perbatasan selatan dalam
beberapa hari terakhir.
“Kami memberi mereka USD 500 juta. Kami
membayar mereka sejumlah besar uang, dan kami tidak membayar mereka lagi
karena mereka belum melakukan sesuatu untuk kami," kata Trump.
Pemimpin
AS itu juga mengancam untuk menutup perbatasan dengan Meksiko, jika
Meksiko tidak menghentikan imigran dari mencapai AS, sebuah langkah yang
dapat mengganggu jutaan orang dan miliaran dolar dalam perdagangan.
CB, San Salvador – Presiden terpilih El Salvador,
Nayib Bukele, berbicara lewat sambungan telepon dengan penasehat
keamanan nasional Amerika Serikat, John Bolton, mengenai Cina.
Bolton mengatakan dia meminta kerja sama pemerintah El Salvador untuk menghadapi ekspansi Cina yang bersifat predator.
Bukele mengatakan pemerintahannya akan menjadi mitra kuat bagi Amerika Serikat.
“Amerika Serikat bakal menemukan El Salvador bukan hanya sekutu tapi
juga teman,” kata Bukele lewat cuitan di Twitter seperti dilansir Reuters pada 14 Februari 2019.
Sebelum
ini, hubungan Washington dengan El Salvador mengalami kemunduran. Saat
itu, pemerintahan kiri Faribundi Marti, yang diusung Partai Front
Pembebasan Nasional dan merupakan partai gerakan gerilya, memilih
bekerja sama dengan Cina dengan mengorbankan Taiwan pada Agustus 2018.
Bolton mengkritik manfaat yang diterima El Salvador setelah bekerja sama dengan Cina.
“Kami
mendiskusikan cara memperkuat pertemanan El Salvador dan AS dan
berkolaborasi untuk mengembalikan demokrasi di Venezuela dan melawan
praktek predator Cina di kawasan ini,” kata Bolton.
Mengenai
ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Hunying, mengatakan
Cina tidak memiliki kepentingan untuk terlibat dalam kompetisi
geopolitik di kawasan Amerika Latin. Hubungannya dengan El Salvador
selama ini bersifat saling menguntungkan.
“Kritik
AS terhadap kerja sama Amerika Latin dan Cina sangat tidak berdasar dan
irasional,” kata Hua Hunying kepada media seperti dilansir Reuters.
Sebelum
ini, El Salvador mendapat bantuan proyek sosial senilai US$150 juta
atau sekitar Rp2.1 triliun dan bantuan beras 3000 triliun untuk warga
yagn terkena kekeringan. Seorang pembantu Bukele mengatakan Presiden
terpilih sedang mengevaluasi nilai kerja sama dengan Cina.
“Terkait
isu Cina dan Taiwan, kami harus mempelajarinya dan mencari
keseimbangan. Apa yang terbaik bagi negara dan bukan untuk partai
politik,” kata Federico Anliker, orang dekat Presiden El Salvador Bukele, seperti dilansir South China Morning Post.
Imigran Amerika Tengah, berada di dalam
karavan melewati Meksiko, perjalanan dengan kereta terbuka untuk kargo
setelah berhenti di jalur kereta, negara bagian Hidalgo, Meksiko, Sabtu
(14/4/2018). (REUTERS/Edgard Garrido)
San Salvador (CB) - Sedikit-dikitnya 150 wargaEl Salvador berangkat pada Minggu dari negara miskin mereka di Amerika Tengah menuju Amerika Serikat.
Mereka mengabaikan kemungkinan penolakan di perbatasan AS-Meksiko,
tempat sebagian besar kafilah lebih besar orang-orang Honduras terhenti
berhari-hari.
Dengan dijaga polisi, pria, wanita dan anak-anak dari kafilah itu
berkumpul berbaris melalui jalanan San Salvador dengan bus menuju
Guatemala, penuh dengan ransel berat, air dan pengetahuan tentang
perjalanan berat 4.300 kilometer ke perbatasan AS.
Kelompok dari El Salvador itu setidak-tidaknya kafilah keempat yang
berangkat sejak pergerakan besar pertama di Honduras, negara
tetangganya, yang berangkat pada 13 Oktober dari kota utara San Pedro
Sula, yang penuh kejahatan.
Kafilah itu dengan cepat menjadi ribuan orang saat bergerak ke utara
dalam perjalanan 50 kilometer sehari. Banyak anggotanya masih berjalan
pada Minggu melalui Meksiko menuju perbatasan AS, tempat ratusan
pendatang awal menunggu menyeberang sejak pekan lalu.
Menjelang pemilihan sela anggota kongres AS pada 6 November, Presiden
Donald Trump mencela kafilah besar itu sebagai "serbuan", yang mengancam
keamanan Amerika Serikat. Trump kemudian mengirim ribuan tentara ke
perbatasan dengan Meksiko.
Trump belum secara terbuka memusatkan perhatian pada kafilah itu sejak pemilihan tersebut.
Karena terilhami sorotan umum tentang kafilah lebih besar, warga
Salvador menggalang diri di jejaring gaul dan ajang WhatsApp untuk
meluncurkan upaya terkini tersebut.
Di antara mereka terdapat Manuel Umana, petani berusia 53 tahun dari
kota San Pedro Masahuat, yang menyatakan memutuskan bergabung dengan
kafilah pada Minggu itu untuk lari dari MS-13, gerombolan penjahat keji,
yang menguasai sebagian besar El Salvador dan Honduras tetangganya.
"Kami sudah diancam gerombolan di tempat kami tinggal," kata Umana,
menunjuk bekas luka di wajahnya, yang dikatakannya akibat anggota
gerombolan tersebut pada lima tahun lalu. "Kami tidak bisa lagi hidup
dengan mereka," katanya.
Alasan itu digemakan puluhan pengungsi di kafilah awal, yang mengatakan
kepada Reuters bahwa mereka meninggalkan rumah karena lari dari
kekerasan, korupsi dan ketidakamanan ekonomi.
El Salvador dan Honduras bersaing dalam angka tertinggi pembunuhan di
dunia, kata angka resmi. Kedua negara itu berada di antara yang
termiskin di Amerika.
"Ini sangat berbahaya tapi kami tidak memiliki pilihan. Kami bertekad
melakukan yang perlu kami lakukan," kata Umana, sebelum pergi dengan
kafilah dari pusat ibu kota Salvador, Plaza Salvador del Mundo.
Jauh ke utara pada Minggu, di kota Tijuana, yang berbatasan dengan
California, ratusan orang dari kafilah lebih besar bersiap menghadapi
unjuk rasa, yang direncanakan dilakukan warga setempat Meksiko, baik
yang mendukung maupun menentang mereka.
Sedikit di seberang perbatasan utara, hampir 6.000 tentara AS beberapa
hari belakangan memasang kawat berduri untuk menghalangi orang-orang
memasuki wilayah AS secara gelap.
Pejabat imigrasi AS melarang puluhan pengungsi lewat, yang dalam
beberapa hari belakangan membentuk antrean teratur untuk masuk melalui
pelabuhan masuk San Ysidro, titik yang menghubungkan Meksiko dengan San
Diego.
CB, Jakarta - Taiwan
memutuskan hubungan diplomatik dengan El Salvador pada Selasa
bertepatan dengan penandatangan pembentukan hubungan diplomatik antara
El Salvador dan Cina.
Pemutusan hubungan diplomatik
Taiwan dan El Salvador menjadikan Taiwan diakui sebagai negara berdaulat
oleh hanya 17 negara berkembang. Sementara Cina melalui Menteri Luar
Negerinya, Wang Yi, mengumumkan bahwa pemerintahannya telah menjalin
hubungan dengan El Salvador.
"Sejarah
akan membuktikan bahwa membangun hubungan diplomatik dengan CIna
sepenuhnya sesuai dengan kepentingan fundamental dan jangka panjang
negara dan rakyat El Salvador," kata Wang, seperti dilaporkan Associated
Press, 21 Agustus 2018.
Taiwan memisahkan diri dari Cina
daratan di tengah perang saudara tahun 1949, dan Cina, yang menganggap
Taiwan sebagai wilayahnya, berkampanye terus untuk mengisolasi pulau itu
secara global. Kampanye ini memutuskan hubungan dengan pemerintah
Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, segera setelah ia menjabat pada 2016 dan
telah terus meningkatkan tekanan diplomatik dan ekonomi.
Menteri
Luar Negeri El Salvador Carlos Castaneda (kiri), dan Menteri Luar
Negeri Cina , Wang Yi, berjabat tangan pada upacara penandatanganan
untuk menandai pembentukan hubungan diplomatik antara kedua negara di
Wisma Negara Diaoyutai di Beijing Selasa, 21 Agustus 2018. (Foto AP /
Mark Schiefelbein)
Awal tahun ini, negara Burkina
Faso di Afrika Barat dan Republik Dominika memutuskan hubungan dengan
Taiwan dan melanjutkan atau menjalin hubungan diplomatik dengan Cina.
Menteri
Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, pada Selasa 21 Agustus, mengutuk apa
yang disebutnya kampanye Cina untuk memikat sekutu-sekutu Taiwan dengan
janji-janji bantuan keuangan dan investasi besar.
Taiwan
bersedia mempertimbangkan untuk bekerjasama dengan sekutunya dalam
pendidikan, pertanian atau bahkan prakarsa infrastruktur, kata Wu,
tetapi menolak untuk bersaing dengan Cina dalam membeli dukungan
diplomatik.
Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu.[REUTERS]
Dilansir
dari Reuters, Wu mengatakan El Salvador telah terus menerus meminta
dukungan pendanaan besar-besaran sejak tahun lalu untuk pengembangan
pelabuhan, tetapi Taiwan tidak dapat membantu dengan proyek yang tidak
sesuai setelah penilaian.
"Tekanan dari Cina hanya akan membuat Taiwan lebih bertekad untuk melanjutkan jalan demokrasi dan kebebasan kami," katanya.
"Perilaku
Cina yang tidak sopan dan tidak masuk akal pasti akan berdampak negatif
terhadap hubungan lintas selat. Ini juga bukan sikap negara yang
bertanggung jawab harus berperilaku."
Cina menganggap Taiwan
sebagai provinsi pelabuhan dari Cina, tidak memenuhi syarat untuk
hubungan negara-ke-negara, dan tidak pernah berniat melepas pulau itu di
luar kendalinya.
"Saya yakin bahwa orang-orang El
Salvador akan merasakan kehangatan dan persahabatan dari orang-orang
Cina dan mendapatkan manfaat nyata dari kerjasama dengan Cina," kata
Menlu Cina.