Jakarta, CB -- Turki mempertimbangkan untuk menunda penerimaan sistem pertahanan rudal dari Rusia karena didesak Amerika Serikat.
Seorang
sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Turki mempertimbangkan penundaan
ini setelah AS melayangkan permintaan resmi agar Ankara menunda
penerimaan sistem tersebut.
Reuters sendiri belum dapat mendapatkan konfirmasi resmi dari pemerintah Turki terkait kabar pertimbangan penundaan ini.
Namun
pekan lalu, Fahrettin Altun selaku juru bicara Presiden Turki, Recep
Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa pembelian sistem pertahanan rudal S-400
dari Rusia sudah disepakati.
Pejabat AS menganggap
pembelian sistem pertahanan rudal ini "sangat problematik" karena dapat
berdampak pada program kerja sama kedua negara.
AS dan
negara-negara anggota NATO khawatir sistem radar dalam S-400 dapat
melacak jet F-35 sehingga nantinya akan sulit menghindari senjata Rusia.
Ankara sendiri sudah mendesak AS untuk membentuk kelompok kerja yang
bertugas meneliti risiko bahaya S-400 pada F-35. Namun, AS menolak
pembentukan pokja tersebut.
Selisih pendapat ini merupakan
perseteruan teranyar antara AS dn Turki. Sebelumnya, kedua negara sudah
beberapa kali bersitegang.
Sejumlah isu yang sempat memanaskan
hubungan kedua negara adalah permintaan ekstradisi Fethullah Gulen dari
AS, perbedaan kebijakan di Timur Tengah, hingga sanksi atas Iran.
Imigran Muslim Uighur yang berhasil melarikan
diri dari China ke Turki perlahan membangun hidup. Meski sulit, mereka
merasa lebih bebas dan nyaman di Turki. (Reuters/Murad Sezer)
Jakarta, CB -- Setelah berjuang kabur dari persekusi di China, sejumlah imigran Muslim Uighur yang berhasil melarikan diri ke Turki kini perlahan membangun hidup. Meski sulit, mereka merasa lebih bebas dan nyaman di Turki.
Sejumlah
Muslim Uighur terlihat berbondong-bondong beribadah di mesjid Emine
Inanc. Tak tak sedikit dari mereka bahkan memenuhi jalanan untuk ikut
beribadah.
"Kami merasa lebih nyaman dibandingkan ketika kami
berada di negara asal kami," ujar Abudureyimu, salah satu warga Uighur
yang melarikan diri ke Turki sejak 2014 lalu.
"Saya bisa melaksanakan kewajiban agama dan berbicara menggunakan bahasa asli saya dengan bebas."
Meskipun begitu, Abudureyimu masih dihantui trauma akan penganiayaan dan penumpasan yang menargetkan Uighur di China.
Diperkirakan
sekitar satu juta Muslim Uighur ditahan di kamp-kamp di mana mereka
dipaksa belajar paham komunisme. Hingga kini, ia sendiri tak mengetahui
keberadaan keluarganya, masih hidup atau tidak.
Namun,
Abudureyime meyakini bahwa pihak China masih menahan keluarganya di kamp
Xinjiang. Abudureyime khawatir keadaan keluarganya akan lebih parah
jika aparat mengetahui ia kabur.
Turki sendiri mengecam pendirian kamp-kamp konsentrasi untuk menampung
Muslim Uighur tersebut. Turki menuding China melakukan operasi militer
guna menumpas "identitas etnis, agama, dan budaya masyarakat Turki
Uighur di daerahnya."
Pemerintah Turki meyakini ratusan ribu orang Uighur menjadi target "penyiksaan dan pencucian otak" saat berada di dalam kamp.
Guna
menunjukkan solidaritas terhadap Muslim Uighur, Turki pun mengizinkan
para imigran itu masuk ke negaranya. Di sana, pemerintah juga menjamin
keamanan para Muslim Uighur.
Sejumlah warga Uighur yang tinggal di Turki juga menggagas kampanye #MeTooUyghur yang disebarkan melalui sosial media.
Ratusan
warga turun ke jalanan dan mendesak pemerintah China untuk merilis
bukti video bahwa kerabat mereka yang hilang tersebut masih hidup.
Masyarakat Uighur ingin agar pihak China bertanggung jawab atas hilangnya kontak mereka dengan sanak saudaranya.
Petugas bekerja di salah satu lokasi
serangan bom mobil di kota Reyhanli, provinsi Hatay, Turki, di dekat
perbatasan Turki-Suriah, Minggu (12/5). Dua bom mobil menewaskan 43
orang dan melukai banyak orang di kota dekat perbatasan itu Sabtu
kemarin dan pemerintah Turki menduga adanya keterlibatan Suriah.
Serangan bom ini meningkatkan kekhawatiran bahwa perang sipil Suriah
mulai merembet ke negara-negara tetangga meskipun langkah-langkah
diplomatik telah diperbarui untuk mengakhiri perang selama dua tahun
yang telah menewaskan 70.000. Dua ledakan bom merobek jalan-jalan yang
ramai di dekat distrik perbelanjaan Reyhanli Sabtu sore, menghancurkan
dinding-dinding beton dan mobil-mobil di kota tersebut, yang menjadi
tempat pengungsian ribuan warga Suriah. (REUTERS/Umit Bektas)
Istanbul (CB) - Satu sidang pengadilan di Turki pada Senin
menjatuhkan hukuman 53 penjara seumur hidup tanpa percobaan terhadap
seorang pria yang pada 2013 merencanakan serangan bom mobil di
perbatasan Suriah dan menewaskan puluhan orang, menurut kantor berita
pemerintah, Anadolu.
Dua bom mobil kembar mengoyak kota perbatasan Reyhanli di provinsi Hatay
pada 11 Mei 2013. Pada saat itu Turki menuduh suatu kelompok yang setia
pada presiden Suriah Basar al-Assad yang melakukan serangan. Damaskus
menampik keterlibatan apa pun.
Yusuf Nazik (34), warga Turki, dihukum penjara seumur hidup tanpa
hukuman percobaan karena mengganggu stabilitas negara dan dihitung untuk
setiap 52 korban jiwa, menurut Anadolu.
Dia juga mendapat hukuman tambahan 5.306 tahun dan enam bulan untuk
berbagai kejahatan termasuk usahanya membunuh 130 orang, menjadi anggota
kelompok teroris bersenjata dan menyimpan bahan peledak tidak sah untuk
organisasi teroris, katanya.
Nazik ditangkap di Suriah, di kawasan yang dikuasai pemerintah di
Latakia, oleh anggota Agen intel Turki (MIT), kata seorang petugas
keamanan Turkis, pada September tahun lalu.
Anadolu melaporkan pada saat itu Nazik mengaku mendapat perintah dari
intel Suriah untuk merencakan serangan di Turki dan mengatur pengiriman
bahan peledak.
Sebanyak 22 orang telah dipenjara awal tahun lalu terkait pengeboman.
Reyhanli merupakan pusat pengungsi Suriah. Setelah pengeboman di kawasan
itu pada 2013, Turki memperketat wilayah perbatasan denga Suriah yang
membentang 900 kilometer.
Turki merupakan pendukung terbesar pemberontah yang melawan pasukan
pemerintahan Suriah dalam konflik selama delapan tahun. Selian itu juga
menampung 3,5 juta pengungsi Suriah.
ANKARA
- Presiden Turki mengutuk pemberontakan di Venezuela yang dipimpin oleh
tokoh oposisi Juan Guaido. Erdogan pun membagikan pengalamannya dengan
mengatakan Turki telah mengalami konsekuensi negatif yang disebabkan
oleh kudeta.
Erdogan, sekutu dari Presiden Venezuela Nicolas
Maduro, mengungkapkan bagaimana Turki secara historis berjuang
menghadapi kudeta dan memperingatkan konsekuensi negatif dari
pemberontakan tersebut. Pernyataan itu muncul setelah video rekaman
kendaraan militer menghantam para demonstran.
"Seluruh dunia
harus menghormati pilihan demokratis rakyat di Venezuela," tulisnya di
Twitter, menambahkan bahwa Turki dengan tegas mengutuk kudeta seperti
dikutip dari Russia Today, Rabu (1/5/2019).
Maduro,
pemimpin dunia pertama yang menyatakan dukungan untuk Erdogan setelah
upaya kudeta Turki pada tahun 2016 gagal, terpilih kembali sebagai
presiden Venezuela pada tahun 2018. Namun beberapa bulan kemudian
pemimpin oposisi yang didukung Amerika Serikat (AS) Juan Guaido menyebut
kepresidenannya tidak sah, dan pada hari Selasa pagi menyatakan ia
memiliki dukungan militer dalam "tahap akhir" dari langkahnya untuk
menggulingkan pemimpin negara itu.
Sekitar 50 negara termasuk AS
dan Brazil, serta beberapa negara Eropa, mengakui Guaido sebagai
presiden sementara negara Amerika Latin itu. Di tengah adegan bentrokan
yang tersebar luas di Caracas pada hari Selasa, Presiden Bolivia Evo
Morales menegaskan kembali dukungannya untuk Maduro, sementara pemimpin
Kolombia Ivan Duque mendesak Venezuela untuk mendukung Guaido. Rusia,
China, dan Iran sebelumnya juga mendukung suksesor Hugo Chavez itu.
Konsulat Turki di Kota Zurich di Swiss
diserang dengan menggunakan bom Molotov pada Senin dini hari, kata
konsul Turki di sana. ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi /pras.
Jenewa, Swiss (CB) - Konsulat Turki di Kota Zurich di Swiss
diserang dengan menggunakan bom Molotov pada Senin dini hari, kata
konsul Turki di sana.
Asiye Nurcan Ipekci mengatakan kepada wartawan Kantor Berita Turki,
Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi, serangan itu
terjadi pada pukul 02.51 waktu setempat (07.52 WIB), tapi tak seorang
pun cedera dan gedung tersebut tidak mengalami kerusakan.
Wanita pejabat itu menambahkan sebelumnya ada serangan terhadap Konsulat
tersebut, tapi serangan yang paling akhir tidak diklaim oleh kelompok
manapun.
Polisi menangkap tiga pemuda sehubungan dengan serangan itu, katanya. Tapi ia tidak memberi perincian lebih lanjut.
Selama dua-setengah tahun belakangan ini, Konsulat Turki telah mengalami enam serangan.
Pada Mei 2017, orang yang mengenakan penutup muka mengotori gedung
Konsulat dengan menggunakan cat dan menuliskan kata-kata "Bunuh Erdogan"
di satu perhentian bus dan satu bangunan.
Pada Januari 2018, satu mobil pejabat di Konsulat itu menjadi sasaran pembakaran.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada
Senin (22/4) mengatakan serangan terhadap pemimpin oposisi Kemal
Kilicdaroglu telah diselidiki secara seksama (Anadolu Agency)
"Peristiwa tersebut diselidiki secara
menyeluruh pada semua tingkat. Kami tak pernah menyetujui kekerasan,"
tambah presiden Turki itu.
Ankara (CB) - Presiden Turki Recep
Tayyip Erdogan pada Senin (22/4) mengatakan serangan terhadap pemimpin
oposisi Kemal Kilicdaroglu telah diselidiki secara seksama.
Enam orang, salah seorang diidentifikasi sebagai Osman Sarigun, diduga
menyerang Kemal Kiricdaroglu, pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP),
pada Ahad (21/4), ketika ia menghadiri pemakaman seorang prajurit Turki.
Saat menggambarkan serangan fisik tersebut sebagai "aksi kekerasan yang
tak bisa diterima", Erdogan mengatakan ia takkan membiarkan siapa pun
mengganggu suasana damai di Turki.
"Sayangnya, sebagian peristiwa yang tak bisa diterima terjadi kemarin,
selama pemakaman seorang prajurit kita yang gugur di Cubuk (kabupaten di
Ankara) dan protes terhadap pemimpin CHP Kemal Kilicdaroglu berubah
menjadi aksi kekerasan," demikian cuitan Erdogan di Twitter, sebagaimana
dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta,
Selasa pagi.
"Peristiwa tersebut diselidiki secara menyeluruh pada semua tingkat.
Kami tak pernah menyetujui kekerasan," tambah presiden Turki itu.
Setelah serangan tersebut, Kilicdaroglu dibawa ke satu rumah yang
berdekatan sampai kendaraan lapis baja dikirim untuk menjemput dia di
bawah perlindungan pasukan keamanan.
Omer Celik, Juru Bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) --yang
berkuasa, mengatakan di dalam satu cuitan, "Partai AK menentang segala
bentuk kekerasan. Prinsip kami dengan keras menolak kekerasan. Tak ada
ruang buat kekerasan di dalam politik yang demokratis."
Sarigun ditangkap pada Senin pagi di Kabupaten Sivrihi, Ankara, kata kantor kejaksaan.
Lima tersangka lagi dibawa ke Komando Polisi Kabupaten Cubuk di Ankara untuk diinterogasi, tambah kantor kejaksaan tersebut.
TRIPOLI
- Tentara Nasional Libya (LNA) loyalis Jenderal Khalifa Haftar
mengungkap keterlibatan kelompok militan al-Nusra dalam pertempuran di
Tripoli. Padahal, kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda itu selama
ini dikenal bertempur di Suriah.
LNA, yang berbasis di wilayah
timur Libya, sedang berupaya menaklukkan wilayah Tripoli yang
dikendalikan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB. GNA
disokong sejumlah kelompok militan di sekitar Tripoli yang oleh LNA
dianggap sebagai kelompok teroris.
Juru bicara LNA, Brigadir
Ahmed al-Mesmari, mengatakan bahwa anggota front al-Nusra dikirim dari
Turki ke Libya untuk bergabung dalam pertempuran di Tripoli. Pernyataan
itu muncul dalam konferensi pada hari Jumat.
"LNA
memerangi negara-negara yang mendukung para teroris," kata al-Mesmari.
"Dan Pemerintah Kesepakatan Nasional mengancam para diplomat dan duta
besar untuk kudeta terhadap LNA," ujarnya.
Al-Mesmari juga
mengatakan sebanyak 14 teroris bersenjata telah tewas ketika melakukan
serangan di pangkalan Tamanhant. Menurutnya, para penyerang gagal
mencapai jantung pangkalan, yang sebenarnya tidak lagi digunakan untuk
tujuan militer.
"Kami berkomitmen pada aturan konflik dan hukum
humaniter," kata al-Mesmari, yang menambahkan bahwa prioritas mereka
terletak pada menjaga kehidupan warga sipil dan properti mereka.
Pihak GNA belum berkomentar terkait klaim keterlibatan kelompok al-Nusra dalam konflik di Ibu Kota Libya tersebut.
Sementara
itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah berbicara melalui
telepon dengan Jenderal Haftar di tengah serangan militer LNA untuk
merebut Tripoli dari GNA.
"Trump
dan Haftar berbicara untuk membahas upaya kontraterorisme yang sedang
berlangsung untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Libya," kata
Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Sabtu (20/4/2019).
Percakapan
telepon itu diketahui berlangsung pada hari Senin lalu. "Trump mengakui
peran penting Field Marshal Haftar dalam memerangi terorisme dan
mengamankan sumber daya minyak Libya, dan keduanya membahas visi bersama
untuk transisi Libya ke sistem politik demokratis yang stabil," lanjut
Gedung Putih.
Tidak jelas mengapa Gedung Putih menunggu beberapa hari untuk mengumumkan adanya percakapan telepon tersebut.
KAIRO
- Mesir menggelar referendum untuk merubah konstitusi yang memungkinkan
Presiden Abdel Fattah al-Sisi tetap menjabat sampai 2030 dan
meningkatkan peran militer yang kuat. Referendum ini digelar selama tiga
hari dimulai pada Sabtu.
Sekelompok orang terlihat membawa
bendera dan mengenakan T-shirt bertuliskan "lakukan hal yang benar" -
semboyan yang terpampang di ribuan poster di seluruh ibu kota menjelang
referendum - sambil berkampanye 'Ya' untuk pemungutan suara.
Sementara
itu sebuah bis bertingkat yang melantunkan musik patriotik
berputar-putar di sekitar tempat pemungutan suara dekat Lapangan Tahrir
di Kairo, episentrum pemberontakan 2011 yang mengakhiri pemerintahan 30
tahun mantan Presiden Hosni Mubarak.
Para
pengamat mengatakan partisipasi pemilih akan menjadi ujian bagi
popularitas Sisi, yang telah dilemahkan oleh langkah-langkah penghematan
sejak 2016. Dia terpilih kembali tahun lalu dengan 97 persen suara,
dengan partisipasi 41 persen.
Untuk diketahui sekitar 61 juta dari hampir 100 juta penduduk Mesir memenuhi syarat untuk memilih.
"Saya
percaya bahwa segala yang dilakukan presiden adalah untuk kebaikan
negara, dan saya percaya bahwa kami ingin pawai berlanjut," kata Mona
Quarashi, kepala LSM pembangunan setempat, sebelum ia memilih di pusat
kota Kairo.
Tetapi seorang penata rambut di pinggiran kota Kairo mengatakan dia tidak memilih.
“Saya tidak dapat berpartisipasi dalam lelucon seperti ini,” kata Zaki Mohamed (45).
“Apakah
masuk akal untuk memiliki referendum tentang Pasal dalam konstitusi
tanpa mempelajari Pasal ini dan untuk kepentingan siapa? Kami telah
bertahun-tahun yang lalu, kembali ke otoritas individu," tuturnya
seperti dikutip dari Reuters, Minggu (21/4/2019).
Jajak
pendapat ditutup pada 19.00 waktu setempat, namun komisi pemilihan
nasional belum memberikan angka resmi untuk jumlah pemilih pada hari
pertama.
Jika disetujui, amandemen akan memperpanjang jangka
waktu Sisi saat ini menjadi enam tahun dari empat dan memungkinkannya
untuk mencalonkan diri lagi untuk jangka waktu enam tahun ketiga pada
2024.
Mereka juga akan memberikan presiden kontrol atas
penunjukan hakim kepala dan jaksa penuntut umum dari sejumlah kandidat.
Mereka akan menugaskan militer untuk melindungi konstitusi dan demokrasi
serta dasar fundamental negara dan sifat sipilnya.
Para
pendukung al-Sisi mengatakan perubahan itu diperlukan untuk memberinya
lebih banyak waktu untuk menyelesaikan proyek-proyek pembangunan besar
dan reformasi ekonomi. Sementara para kritikus mengatakan perubahan itu
akan memusatkan lebih banyak kekuasaan di tangan Sisi dan mengembalikan
Mesir ke model otoriter.
Kelompok oposisi yang kecil namun vokal
meminta para pendukungnya untuk memilih menentang perubahan konstitusi
daripada memboikot referendum seperti yang mereka lakukan dalam
pemilihan presiden.
Mantan kandidat presiden Hamdeen Sabahy dan
Khaled Ali sama-sama memposting foto diri mereka sendiri dengan kertas
suara bertanda 'No.'
Para penentang amandemen mengatakan
perubahan sedang dilakukan tanpa pengawasan publik yang tepat. Namun
para pejabat mengatakan warga Mesir dari semua lapisan masyarakat diberi
kesempatan untuk memperdebatkan amandemen, dan pandangannya
diperhitungkan dalam proposal akhir.
"Ini adalah pukulan
mematikan terakhir setelah semua ambisi yang kami miliki setelah
revolusi 2011," kata Khaled Dawoud, anggota oposisi Gerakan Demokrasi
Sipil.
Sisi
berkuasa setelah menjadi ujung tombak, sebagai menteri pertahanan,
penggulingan Mohamed Mursi dari Ikhwanul Muslimin sebagai presiden pada
2013. Ia terpilih sebagai presiden setahun kemudian dan memenangkan masa
jabatan empat tahun kedua tahun lalu.
Di bawah Sisi, Mesir telah
menyaksikan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat yang menurut
kelompok hak asasi manusia belum pernah terjadi sebelumnya dalam
sejarahnya baru-baru ini. Media dan media sosial dikontrol dengan ketat.
Lina
Khatib, kepala Program Timur Tengah dan Afrika Utara Chatham House,
mengatakan amandemen tersebut membuka jalan untuk perebutan kekuasaan
oleh Sisi.
"Ini memiliki implikasi besar bagi prospek demokrasi
di Mesir dalam jangka menengah dan menyulitkan suara-suara politik
alternatif untuk memperebutkan kekuasaan dalam jangka panjang," ujarnya.
Parlemen
Mesir yang beranggotakan 596 orang, yang didominasi oleh pendukung
Sisi, menyetujui amandemen pada hari Selasa, memberikan suara 531
berbanding 22.
Pemungutan suara pada pukul 07.00 waktu setempat
pada hari Minggu untuk pemilihan suara kedua. Hasilnya diharapkan keluar
dalam waktu lima hari dari hari terakhir pemungutan suara.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar berbicara kepada warga setelah pemimpin oposisi diserang. (Anadolu Agency)
Ankara (CB) - Menteri Pertahanan Turki Hulu Akar pada Ahad
(21/4) menyeru rakyat agar tenang setelah pemimpin partai oposisi utama
diserang selama pemakaman seorang prajurit di Kabupaten Cubuk di Ibu
Kota Turki, Ankara.
Pernyataan Hulu Akar dikeluarkan setelah pemimpin oposisi Partai Rakyat
Republik (CHP) diserang oleh sekelompok orang ketika ia menghadiri
pemakaman seorang prajurit Turki, yang gugur pada Jumat (19/4) bersama
tiga orang lagi, selama operasi terhadap pelaku teror di daerah
perbatasan Turki-Irak.
Setelah serangan tersebut, Kemal Kilicdaroglu dibawa ke satu rumah yang
berdekatan, sampai kendaraan lapis baja dikirim untuk menjemput dia di
bawah perlindungan pasukan keamanan.
Menteri pertahanan Turtki itu menemui Kilicdaroglu di rumah tersebut dan
berbicara dengan warga lokal dengan menggunakan pengeras suara di mobil
polisi, kata Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di
Jakarta, Senin pagi.
"Salah seorang saudara kita gugur. Kami menghadiri pemakamannya dan
melaksanakan tanggung-jawab kami buat dia. Angkatan Bersenjata kita
sekarang telah membuat kehidupan jadi sulit buat pelaku teror ini di
perbukitan dan pegunungan mereka, tempat prajurit ini gugur," kata Akar.
Akar dan Kiridaroglu meninggalkan rumah itu bersama-sama.
Sementara itu, Gubernur Ankara Vasip Sahin mengatakan kepada satu
lembaga penyiaran bahwa tindakan hukum terhadap para penyerang telah
dimulai.
Yuksel Kocaman, Jaksa Penuntut Umum Ankara, mengatakan kepada Anadolu
bahwa penyelidikan dilancarkan terhadap para penyerang dan untuk
memastikan itu adalah perbuatan teror atau perbuatan provokasi.
ANKARA
- Turki melemparkan kecaman keras atas serangkaian serangan bom yang
menghantam Sri Lanka. Serangan yang terjadi saat ibadan Paskah itu
menewaskan setidaknya 156 orang dan melukai ratusan orang lainnya.
Kecaman
disamapaikan mulai dari Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu
hingga Presiden Turki, Tayyip Erdogan. Keduanya dengan tegas menyebut
serangan itu sebagai pengecut dan tidak dapat diterima.
"Tidak
peduli apa motifnya, serangan teror keji di Sri Lanka sama dengan yang
ada di Christchurch, pengecut, biadab dan kejam. Teror tidak memiliki
agama, tidak ada bangsa, tidak ada geografi," kata Cavusoglu melalui
akun Twitternya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (21/4).
Sementara
itu, Erdogan, melalui sebuah pernyataan di akun Twitternya menuturkan
bahwa Ankara mengucapkan duka cita kepada pemerintah dan masyarakat Sri
Lanka atas serangan tersebut.
"Saya mengutuk dengan cara sekuat
mungkin serangan teror Paskah di Sri Lanka. Ini adalah serangan terhadap
seluruh umat manusia. Atas nama orang-orang Turki, saya menyampaikan
belasungkawa kepada keluarga para korban dan orang-orang SriLanka, dan
berharap pemulihan yang cepat bagi yang terluka," ungkapnya.
Sebelumnya
diwartakan, serangan bunuh diri tersebut ternyata telah diketahui oleh
Kepala Polisi Sri Lanka. Ia pun telah mengeluarkan peringatan nasional
10 hari sebelum serangan.
Dalam surat peringatan intelijen yang
diperoleh AFP, Kepala Polisi Sri Lanka Pujuth Jayasundara, mengatakan
pelaku bom bunuh diri berencana untuk melakukan aksinya di gereja-gereja
terkemuka. Peringatan itu dikirimkan kepada perwira tinggi pada 11
April lalu.
"Sebuah
agen intelijen asing telah melaporkan bahwa NTJ (National Thowheeth
Jama'ath) berencana untuk melakukan serangan bunuh diri yang menargetkan
gereja-gereja terkemuka serta komisi tinggi India di Kolombo," bunyi
peringatan itu.
NTJ adalah kelompok Muslim radikal di Sri Lanka
yang menjadi perhatian tahun lalu ketika dikaitkan dengan vandalisasi
patung Buddha.
Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan
jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun
kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow,
Rusia, 9 Mei 2016.
Foto: REUTERS/Grigory Dukor
Turki meyakinkan pembelian s-400 sesuai prosedur.
CB, WASHINGTONG— Turki takkan menanggapi pernyataan yang mempertanyakan statusnya di NATO.
Juru
bicara Presiden Turki, Ibrahim Kalin, membela kebijakan luar negeri
negaranya tersebut mengenai pembelian sistem pertahanan rudal Rusia di
tengah penolakan Amerika serikat.
Dia menyatakan Turki akan terus melakukan tindakan yang akan memperkuat posisinya di persekutuan trans-Atlantik itu.
Ketegangan
antara AS dan Turki telah mencapai titip didih dalam beberapa bulan
belakangan ini, Turki dijadwalkan mulai menerima sistem rudal canggih
permukaan ke udara buatan Rusia S-400.
Washington
menyatakan tindakan itu akan membahayakan peran Turki dalam program jet
tempur buatan AS, F-35, dan dapat menyulut sanksi Kongres.
Selain
itu, pada awal Maret, Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengatakan
pembelian sistem S-400 oleh Turki dapat berpotensi menimbulkan risiko
buat NATO.
"Turki harus memilih. Apakah negara
tersebut mau tetap menjadi mitra penting dalam persekutuan militer yang
paling berhasil dalam sejarah dunia, atau apakah negara itu mau
menanggung resiko keamanan kemitraan itu," kata Pence.
Kalin
menyatakan tak mungkin buat Turki untuk pernyataan semacam itu,
demikian laporan Anadolu, yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu (17/4).
Dia menambahkan tak ada satu negara pun yang akan menentukan status satu negara di NATO tapi semua negara anggota NATO.
"Selain
itu, kami bukan (negara) pengamat di sana. Kami adalah salah satu
anggota. Kami adalah negara yang memiliki hak berbicara dalam semua
keputusan," katanya.
Di dalam pernyataannya, dia kembali mengatakan hubungan Turki dengan Rusia bukan pilihan bagi hubungan dengan AS atau Eropa.
Dia mengatakan sangat normal buat Turki untuk mengembangkan berbagai hubungan di berbagai bidang dalam kebijakan luar negeri.
Setelah
upaya yang berlarut untuk membeli sistem pertahanan udara dari AS tanpa
hasil, Ankara pada 2017 memutuskan untuk membeli sistem buatan Rusia
S-400.
Para pejabat AS menyarankan Turki membeli
sistem rudal Patriot buatan AS dan bukan S-400 dari Moskow, dengan
alasan sistem buatan Rusia takkan cocok dengan sistem NATO dan bisa
mengungkap rahasia F-35 kepada Rusia.
Namun Turki menekankan sistem S-400 takkan disatukan ke dalam operasi NATO dan takkan menimbulkan ancaman buat aliansi tersebut.
Kalin
juga menolak ancaman sanksi dari Washington melalui Countering
America''s Adversaries Throguh Sanctions Act, atau CAATSA, yang disahkan
pada 2017 guna menghadapi Iran, Korea Utara, dan Rusia dan memerangi
pengaruh mereka di seluruh dunia.
Pembicaraan Ankara
yang diumumkan pada Januari 2017 untuk membeli sistem pertahanan rudal
S-400 dilakukan sebeluam CAATSA ditandatangani menjadi peraturan pada
Agustus 2017.
Dia memperingatkan ancaman takkan
berhasil dan akan berbalik. "Turki bukan negara yang membangun hubungan
dengan ancaman semacam itu. (Pembelian) ini adalah keputusan yang
diambil dalam kerangka kerja kedaulatan nasional Turki," kata dia.
MOSKOW - Juru Bicara Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov memuji Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang tetap nekat membeli sistem rudal S-400
Moskow meski ada tekanan dari Amerika Serikat (AS). Menurutnya, Turki
membuktikan diri sebagai negara yang independen dalam bertindak.
"Faktanya,
tidak banyak negara yang bertindak secara independen. Rusia dan Turki
adalah di antara negara-negara tersebut," kata Peskov.
"Tekanan
memang belum pernah terjadi sebelumnya. Kami menyambut posisi Erdogan
yang agak sulit dan tidak kenal kompromi (dalam masalah ini). Kami
percaya bahwa sikap seperti itu akan memungkinkan kami membangun dialog
yang bebas dan berdaulat," lanjut Peskov dalam sebuah program
ditayangkan Rossiya-1 TV, yang dilansir Ahval News, Senin (15/4/2019).
Pernyataan
juru bicara Kremlin itu muncul ketika para anggota parlemen AS terus
memperingatkan Ankara bahwa pembelian sistem rudal Rusia itu dapat
menyebabkan sanksi AS dan menempatkan keterlibatan Turki di program jet
tempur F-35 berada dalam risiko.
Menurut Washington, Ankara tidak
dapat memiliki jet tempur Amerika dan sistem pertahanan Rusia dengan
alasan bahwa hal itu akan membahayakan keamanan sistem persenjataan
NATO. AS sebagai sekutu Turki di keanggotaan NATO telah berupaya
meyakinkan Ankara untuk membeli sistem pertahanan rudal Patriot buatan
Raytheon, namun upaya itu sejauh ini belum berhasil.
Ankara telah
berulang kali menekankan bahwa perjanjian untuk membeli sistem
pertahanan udara S-400 Rusia adalah kesepakatan final.
"Kami
memberi tahu mereka 'ini pekerjaan yang sudah selesai, semuanya sudah
siap'. Pengiriman sistem pertahanan rudal S-400 seharusnya pada bulan
Juli, mungkin dilakukan sebelumnya," kata Erdogan pekan lalu.
Awal
bulan ini, Amerika Serikat menghentikan pengiriman berbagai peralatan
atau suku cadang terkait dengan pesawat tempur siluman F-35 ke Turki.
Penghentian pengiriman itu merupakan langkah konkret pertama yang
diambil Washington untuk memblokir pengiriman jet tempur itu ke sekutu
NATO-nya.
ANKARA
- Pengadaan sistem pertahanan S-400 Rusia adalah masalah keamanan
nasional Turki. Hal itu ditegaskan juru bicara Partai Keadilan dan
Pembangunan (AKP) yang berkuasa.
"Demikian pula, mempertanyakan
Turki pada program F-35 seperti mempertanyakan proyek-proyek bersama
NATO dan konsep keamanan kolektif," kata Omer Celik seperti dikutip dari
Anadolu, Sabtu (13/4/2019).
Washington menolak keras
pembelian S-400 Rusia oleh Turki, dan pekan lalu menangguhkan pengiriman
suku cadang dan layanan untuk jet tempur F-35.
Para
pejabat AS menyarankan Turki untuk membeli sistem rudal Patriot AS
daripada S-400, dengan alasan sistem pertahanan rudal itu tidak sesuai
dengan sistem NATO dan akan mengekspos F-35.
Turki telah
menanggapi bahwa penolakan AS untuk menjual rudal Patriotnya yang
membuatnya mencari penjual lain, menambahkan bahwa Rusia menawarkan
kesepakatan yang lebih baik, termasuk transfer teknologi.
"AS seharusnya tidak mengubah persaingan pasar senjata menjadi masalah aliansi NATO," tambah Celik.
Berbicara
tentang kudeta militer di Sudan, dia mengatakan Turki mengharapkan
tuntutan rakyat Sudan agar demokrasi dipenuhi tanpa menyeret negara itu
ke dalam perang saudara.
Setelah berbulan-bulan aksi protes
populer, Presiden Omar al-Bashir yang telah memerintah Sudan sejak 1989,
mengundurkan diri pada hari Kamis.
CB, Jakarta - Pakar militer mengatakan kekhawatiran Amerika Serikat terhadap S-400 dikarenakan sistem pertahanan udara itu mampu menembak jatuh pesawat F-35.
Selama
bertahun-tahun, tiga negara NATO tidak mengalami kesulitan dalam
menggunakan sistem pertahanan udara Rusia, tetapi kesepakatan S-400
Turki adalah kasus khusus karena berisiko dan menimbulkan kerugian pada
industri militernya, ungkap pengamat militer, seperti dikutip dari
Russia Today, 14 April 2019.
Turki tampaknya tetap membeli sistem anti-pesawat S-400 meski diancam oleh AS.
Washington
telah menunda pengiriman F-35 ke Angkatan Udara Turki dan
memperingatkan bahwa melanjutkan perjanjian itu dapat membahayakan
hubungan Turki dengan AS dan NATO.
Beberapa
media memaparkan bagaimana industri Turki akan menderita jika S-400
dibeli oleh Turki. Yang lain memperingatkan bahwa memiliki F-35 dan
S-400 dalam satu militer akan membahayakan keuntungan paling penting
dari jet tempur generasi kelima.
Analis militer mengatakan
sebagian besar perselisihan adalah Ankara yang tidak tunduk pada
Washington dan NATO dan mengejar kepentingannya sendiri.
"AS
kehilangan kepemimpinan dan Rusia mengambilnya," kata Igor Korotchenko,
pemimpin redaksi majalah militer National Defense dan anggota dewan
publik Kementerian Pertahanan.
"Prospek anggota NATO yang membeli
alustsista dari Rusia merusak reputasi AS...dan menimbulkan kerugian
pada industri militer Amerika," katanya.
Radar
dan software S-400 Triumph telah disempurnakan sehingga dapat
menghancurkan 36 target secara bersamaan. Radar panorama 91N6E dapat
mendeteksi target sejauh 600 km dan radar 92N6 merupakan radar multi
fungsi yang mampu mendeteksi 100 target dengan jangkauan 400 km.
topwar.ru
Menurut Igor, S-400 berbahaya bagi pesawat NATO karena dapat mendeteksi dan menjatuhkan F-35 dan F-22.
Tetapi ada negara-negara anggota NATO yang menggunakan persenjataan buatan Rusia berteknologi tinggi, termasuk pendahulu S-400.
Bulgaria, Yunani, dan Slovakia adalah sekutu NATO yang memiliki S-300 di gudang senjata mereka.
Yunani
telah memasangnya di di pulau Siprus, yang menjadi titik balik dalam
strategi pertahanan nasionalnya. Bulgaria dan Slovakia sering
menggunakan sistem S-300, yang dirancang pada puncak Perang Dingin,
selama latihan tempur NATO.
Jadi, mengapa Turki yang bergabung
dengan NATO pada tahun 1952, mendapat tekanan kuat karena membeli S-400
sementara tiga anggota lainnya tidak?
"Yunani dan anggota lainnya telah membeli senjata
anti-pesawat Rusia jauh sebelum 2014, yaitu sebelum ketegangan antara AS
dan Rusia mulai meningkat," jelas pakar militer Rusia Mikhail
Khodarenok.
Khodarenok, pensiunan perwira Angkatan Udara Rusia,
mengatakan daya tembak yang ditingkatkan, resistensi terhadap gangguan
dan jangkauan yang lebih jauh membuat S-400 menonjol di antara rudal
darat- ke-udara lainnya.
Tetapi kenapa AS begitu takut pada S-400 dibanding S-300, generasi sistem pertahanan udara yang lebih tua?
Militer
Amerika telah memperoleh sepasang varian S-300P dan S-300V melalui
Belarus dan Ukraina setelah Uni Soviet runtuh untuk mempelajari
kemampuan sistem, tetapi pengetahuan yang bisa diambil dari sistem ini
tidak mutakhir sekarang, kata Khodarenok.
"AS tidak memiliki (varian yang lebih baru)," katanya.
Bahkan
mengetahui senjata musuh secara terperinci tidak banyak membantu di
medan perang karena menekan sistem anti-pesawat adalah tentang gangguan
elektronik yang kuat, dan tidak terkait jenis perangkat keras apa pun.
Rusia
telah mengoperasikan sistem pertahanan udara S-400 Triumf yang dapat
membidik 36 pesawat dalam radius 150 km. S-400 dilengkapi empat macam
rudal yang berbeda jangkauannya, yaitu rudal 40N6 (jangkauan 400 km,
rudal 48N6 (250 km), rudal 9M96E dan 9M96E2 (40 km dan 120 km). Rudal
S-400 mampu melaju dengan kecepatan 4,8 km/detik, sehingga target sejauh
400 km dapat dihancurkan dalam waktu 83 detik saja. Triumf juga mampu
menghadang rudal balistik. Sputnik/ Sergey Malgavko
Turki
mengatakan S-400 akan membantu negara untuk mempertahankan diri, karena
Turki menghadapi ancaman dari Timur Tengah. Tetapi pada saat yang sama,
Turki sedang dalam pembicaraan dengan AS mengenai rudal Patriot, sistem
pertahanan udara yang hampir sama dengan famili S-300.
"(ibarat)
Menghindari memasukkan semua telur dalam satu keranjang, Turki
menunjukkan bahwa mereka tidak ingin membeli sistem anti-pesawat dari
satu vendor," tukas Khodarenok. Khodarenok yakin kesepakatan Rusia akan terbatas pada Turki yang hanya membeli sejumlah skuadron S-400 untuk mencakup hanya satu fasilitas penting.
"Tidak
akan ada pembelian grosir sistem anti-pesawat untuk menutupi seluruh
Turki, sementara pembelian S-400 masih jauh dari selesai, karena
kesepakatan itu baru dilakukan setelah kru Turki dilatih di Rusia,
peluncur diuji dan dikirim ke Turki, dan akhirnya, semua pembayaran
dilakukan," papar Khodarenok.
MOSKOW
- Rusia tertarik untuk memperluar kerja sama teknis militernya dengan
Turki. Moskow mengatakan siap mempertimbangkan untuk memasok lebih
banyak rudal pertahanan udara S-400 ke Turki.
"Rusia terbuka.
Rusia memiliki kemampuan dan kompetensi teknologi yang sesuai. Rusia
mencari peluang untuk memperluas kerja sama ini. Ini adalah praktik yang
benar-benar normal," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti
dikutip dari Xinhua, Kamis (11/4/2019).
Peskov
mengatakan kerja sama teknis militer adalah bagian yang sangat penting
dari interaksi Rusia dengan banyak negara asing, karena kerja sama
tersebut menunjukkan tingkat khusus pengembangan hubungan bilateral.
"Ini juga berlaku untuk Turki," cetusnya.
Peskov
membuat pernyataan mengomentari pernyataan yang dibuat sebelumnya pada
hari Rabu oleh Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, bahwa jika
Washington menolak untuk menjual sistem pertahanan udara jarak jauh
Patriot ke Ankara, ia dapat membeli lebih banyak S-400 dari Rusia.
Berbicara
kepada saluran berita NTV Turki, Cavusoglu mengatakan bahwa jika AS
menerapkan ancamannya untuk membatalkan kesepakatan jet F-35, Turki
dapat membeli pesawat tempur dari sumber lain hingga mampu memproduksi
sendiri.
Washington
telah mengkritik Turki karena pembelian rudal S-400 Rusia dan Pentagon
mengatakan pekan lalu bahwa mereka telah menghentikan pengiriman suku
cadang jet tempur F-35 dan manual ke Turki.
Namun
demikian, Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Turki Recep
Tayyip Erdogan pada hari Senin sepakat untuk menerapkan kontrak mereka
untuk mengirimkan S-400 ke Turki sesuai rencana.
Sistem rudal
pertahanan udara S-400 dianggap yang paling canggih dari jenisnya di
Rusia, yang mampu menghancurkan target pada jarak hingga 400 km dan
ketinggian hingga 30 km.
WASHINGTON
- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo mengatakan, jet
tempur F-35 tidak dapat beroperasi di wilayah udara yang sama dengan
sistem rudal S-400 Rusia. Ini adalah langkah terbaru AS untuk merayu
Turki agar membatalkan pembelian S-400 agar mendapatkan F-35.
"Tidak
mungkin untuk menerbangkan F-35 di ruang udara di mana S-400 dapat
dioperasikan secara signifikan," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan,
seperti dilansir Anadoly Agency pada Kamis (11/4).
Dia
mengatakan, AS telah berkali-kali menyampaikan "tantangan teknis" ini
kepada Turki, baik melalui saluran diplomatik ataupun militer. Namun,
sayangnya hal itu tidak di gubris oleh Ankara.
Pompeo
kemudian mengatakan kesepakatan untuk sistem pertahanan udara AS
sekarang di atas meja, dan bahwa Washington mengakui peran Ankara dalam
program F-35.
"Kami telah menjelaskan kepada orang-orang Turki
sejelas mungkin, mereka membangun komponen penting dari F-35. Tidak
hanya mereka pembeli dan pelanggan, tetapi mereka adalah bagian dari
rantai pasokan untuk F-35," ucapnya.
Sementara itu, sebelumnya
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu telah menolak ancaman AS
untuk membatalkan kesepakatan untuk jet F-35 jika Turki tetap
melanjutkan pembelian S-400. Cavusoglu mengatakan dengan tidak adanya
F-35, Turki bisa membeli jet tempur dari sumber lain hingga mampu
memproduksi sendiri.
Gugusan sistem persenjataan anti-rudal Patriot di padang pasir Arab Saudi selama perang Teluk/file (AFP) (AFP/)
Ankara (CB) - Pemerintah Turki bisa membeli lebih banyak rudal
S-400 atau sistem lain pertahanan udara jika Amerika Serikat menolak
untuk menjual rudal Patriot kepada Turki, kata menteri luar negeri Turki
pada Rabu (10/4).
Ketika berbicara kepada satu stasiun televisi berita Turki, Menlu Mavlut
Cavusoglu menanggapi kecaman AS mengenai pembelian S-400 dan
menggarisbawahi bahwa negara lain NATO sebelumnya telah memperoleh
generasi terdahulu rudal S-300 tanpa konflik dengan anggota lain di
aliansi itu.
"Jika AS menolak untuk menjual Patriot kepada kami, besok kami bisa
membeli (sistem) S-400 kedua, atau sistem lain pertahanan udara," kata
Cavusoglu.
Cavusoglu menepis ancaman AS untuk membatalkan kesepakatan pembelian jet
F-35 jika sistem S-400 dikirim. Ia mengatakan Turki dapat membeli jet
tempur dari sumber lain sampai Ankara mampu memproduksi sendiri jika
Washington berkukuh dengan ancaman tersebut.
Washington telah menentang tindakan Turki membeli sistem pertahanan
rudal permukaan-ke-udara S-400 buatan Rusia, dan pekan lalu membekukan
pengiriman suku cadang serta layanan lain yang berkaitan dengan F-35.
Para pejabat AS telah menyarankan Turki membeli sistem rudal Patriot AS
dan bukan S-400 dari Moskow, dengan alasan sistem S-400 tak sesuai
dengan sistem NATO dan kemungkinan mengungkap F-35 kepada Rusia.
Turki telah menanggapi bahwa penolakan AS untuk menjual Patriot lah yang
memaksanya mencari pembeli lain, dan menambahkan Rusia menawarkan
kesepakatan yang lebih baik, yang meliputi alih teknologi.
Mengenai tindakan Washington memasukkan Korps Pengawal Revolusi Iran
(IRGC) sebagai "organisasi teroris asing", Cavusoglu mengatakan tindakan
itu adalah keputusan yang sangat berbahaya dengan mengakui militer
resmi satu negara sebagai organisasi teroris.
Ia mengecam AS karena kerja samanya dengan organisasi YPG/PKK.
Cavusoglu juga menegaskan bahwa Washington melakukan tindakan yang
bertentangan, yaitu dengan memasukkan angkatan bersenjata negara lain
sebagai kelompok teror sementara AS sendiri bekerja sama dengan kelompok
teror lain.
Saat merujuk kepada pemilihan umum Israel pada Selasa, Cavusoglu
mengatakan Tel Aviv mesti "menghentikan populisme dan sikap agresifnya",
dan segera melakukan langkah menuju penyelesaian dua-negara.
"Penyelesaian dua-negara adalah satu-satunya penyelesaian bagi perdamaian di Palestina, Israel dan wilayah ini," katanya.
WASHINGTON
- Pesawat tempur F-35 Amerika Serikat (AS) tidak dapat beroperasi di
wilayah udara yang sama dengan sistem pertahanan udara S-400 buatan
Rusia dan Turki mengatahui hal ini. Hal itu dikatakan oleh Menteri Luar
Negeri AS Mike Pompeo kepada anggota parlemen AS.
"Tidak mungkin
untuk menerbangkan F-35 di angkasa di mana S-400 beroperasi secara
signifikan," kata Pompeo, berbicara kepada anggota Komite Hubungan Luar
Negeri Senat.
"Washington telah menyampaikan peringatan ini
kepada pemerintah dan pejabat pertahanan Turki," ia menambahkan seperti
dikutip dari Sputnik, Kamis (11/4/2019).
Mengomentari
kemungkinan konsekuensi dari Turki yang bersikukuh dengan kesepakatan
S-400 dengan Rusia, Pompeo meminta Ankara untuk melihat kemungkinan
sanksi dalam undang-undang CAATSA. Lewat undang-undang ini AS mengancam
memberikan sanksi terhadap negara-negara yang melakukan pembelian
peralatan militer dari Rusia.
"S-400 adalah sistem senjata yang
signifikan, dan kami telah berbagi dengan mereka, kami telah meminta
mereka untuk melihat CAATSA, apa artinya itu bagi mereka," ujar Pompeo.
Pompeo
menekankan bahwa tawaran AS untuk menjual Turki sistem pertahanan udara
Patriot PAC masih di atas meja, dan mengakui investasi Turki dalam
pengembangan F-35.
"Kami telah menjelaskan kepada Turki sejelas
mungkin, mereka membangun komponen penting dari F-35. Tidak hanya mereka
pembeli dan pelanggan, tetapi mereka adalah bagian dari rantai pasokan
untuk F-35," ucapnya.
Pernyataan Pompeo mengomentari pernyataan
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu sebelumnya bahwa Ankara dapat
beralih ke Rusia untuk pesawat terbang canggih jika tidak mendapatkan
F-35.
"Ada F-35, tetapi ada juga pesawat yang diproduksi di
Rusia. Jika kami tidak dapat membeli F-35, Turki akan membeli pesawat
serupa dari negara lain," kata Cavusoglu.
Sehari sebelumnya,
Cavusoglu memperingatkan bahwa jika AS dan Turki tidak dapat mencapai
kesepakatan yang disepakati bersama mengenai penjualan sistem rudal
Patriot, Ankara hanya dapat membeli lebih banyak S-400 Rusia.
Baca juga: Turki: Jika AS Tolak Jual Rudal Patriot, Kami Beli S-400
Awal
pekan ini, Komite Layanan Bersenjata Senat AS mengancam akan memberikan
sanksi kepada Turki jika mereka bergerak maju dengan pembelian S-400,
dengan kelompok senator bipartisan menulis sebuah artikel di New York
Times di mana mereka memperingatkan bahwa selain sanksi, membeli S-400
dapat menghancurkan industri pertahanan Turki dan melihat negara
tersebut diusir dari NATO.
Moskow dan Ankara menandatangani
kontrak USD2,5 miliar untuk pengiriman empat set batalion S-400 ke Turki
pada akhir 2017. Setelah pengiriman dimulai pada Juli, Turki akan
menjadi negara keempat di dunia yang memiliki sistem setelah Rusia
sendiri , Belarus, dan China. Dirancang untuk menghentikan pesawat
musuh, drone, rudal jelajah dan balistik, S-400 saat ini merupakan
sistem pertahanan udara mobile paling canggih di gudang senjata Rusia.
Sistem peluru kendali darat-ke-udara
baru S-400 terlihat setelah dipakai di sebuah pangkalan militer di luar
Kota Gvardeysk dekat Kaliningrad, Rusia, 11/3/2019. REUTERS/Vitaly Nevar
(REUTERS/STRINGER)
Washington (CB) - Pesawat jet tempur buatan Amerika F-35 tak
bisa dioperasikan di wilayah udara yang sama dengan sistem pertahanan
buatan Rusia S-400, kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat pada Rabu
(10/4).
"Tak mungkin buat keduanya untuk menerbangkan F-35 di wilayah udara
tempat S-400 beroperasi," kata Menlu AS Mike Pompeo dalam dengar
pendapat di Komite Hubungan Luar Negeri Senat.
Ia mengatakan AS menyampaikan "tantangan teknis ini" kepada Turki melalui saluran militer dan diplomatik.
Setelah upaya yang berlarut-larut untuk membeli sistem pertahanan udara
dari AS tak berhasil, Ankara pada 2017 memutuskan untuk membeli sistem
pertahanan Rusia.
Washington memperingatkan Ankara mengenai pembelian sistem S-400-nya dan
pekan lalu membekukan pengiriman suku cadang serta layanan lain buat
jet F-35.
Pompeo mengisyaratkan kemungkinan pemberlakuan sanksi melalui peraturan
yang disahkan untuk menghukum trio tiga negara lain, akibat kesepakatan
tersebut.
"Sistem S-400 adalah sistem senjata penting, dan kami telah berbagi
(informasi tersebut, red) dengan mereka, kami telah meminta mereka untuk
meneliti CAATSA, apa itu artinya buat mereka," katanya.
Countering American Adversaries Through Sanctions Act, atau
CAATSA, disahkan pada 2017 untuk menjatuhkan sanksi atas Iran, Korea
Utara dan Rusia dan memerangi pengaruh ketiga negara itu di seluruh
dunia.
Pompeo mengatakan kesepakatan bagi sistem pertahanan udara Amerika
sekarang siap dirundingkan, dan AS mengakui peran Turki dalam program
F-35.
"Kami telah menjelaskan kepada Pemerintah Turki sejelas-jelasnya, mereka
membuat komponen penting F-35. Bukan hanya mereka adalah pembeli dan
pelanggan, tapi mereka adalah bagian dari rantai pasokan buat F-35,"
kata Pompeo.
Turki pertama kali bergabung dalam Program Tempur Serang Gabungan F-35
dan telah menanam modal lebih dari 1,25 miliar dolar AS (sekitar Rp17,69
triliun). Ankara juga membuat berbagai suku cadang pesawat buat semua
pelanggan dan varian F-35.
Perusahaan-perusahaan Turki telah memasok program F-35 dengan komponen
penting, termasuk struktur badan pesawat serta rakitan dan penampang
pusat badan pesawat.
ANKARA
- Turki dan Qatar kompak dalam melemparkan kritikan keras terhadap
keputusan Amerika Serikat (AS) untuk memasukan Garda Revolusi Iran atau
IRGC dalam daftar hitam teroris. Keputusan itu diumumkan oleh Presiden
AS, Donald Trump awal pekan ini.
Kritikan itu disampaikan pasca
pertemuan antara Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu dengan
Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani.
Cavusoglu
menuturan, Turki tidak senang dengan apa yang telah dilakukan oleh
IRGC. Namun, dia menegaskan tidak ada satupun negara di dunia yang
berhak menganggap militer negara lain sebagai teroris.
"AS
mengeluarkan keputusan sepihak ini dalam konteks sanksi dan tekanan
terhadap Iran," kata Cavusoglu dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir
Arab News pada Kamis (11/4).
"Kami tidak mendukung IRGC di
Suriah, tetapi tidak ada negara yang dapat menyatakan pasukan bersenjata
negara lain sebagai organisasi teroris. Kami juga tidak mendukung
keputusan sepihak. "Tindakan semacam itu akan menyebabkan
ketidakstabilan di kawasan ini," Sambungnya.
Pada kesempatanya,
Al-Thani mengatakan ketidaksepakatan atas perilaku tentara Iran, atau
perilaku tentara lainnya. Namun, dia juga tidak sependapat dengan
keputusan AS, dengan menegaskan bahwa ini tidak boleh diselesaikan
dengan menjatuhkan sanksi.