Ilustrasi.
Mendikbud Anies Baswedan (kanan) didampingi budayawan Goenawan Mohammad
(kiri) menjawab pertanyaan wartawan usai bertemu Presiden Joko Widodo
dan sejumlah media massa Jerman di Istana Negara, Jakarta, Rabu (3/6).
Pertemuan tersebut membahas pemilihan Indonesia yang menjadi tamu
kehormatan dalam ajang sastra dan kebudayaan internasional di Jerman
bertajuk Frankfurt Book Fair yang berlangsung 14-18 Oktober 2015.
(ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Apa yang kita harapkan dari Indonesia adalah keterbukaan, 120 negara
akan mengikuti ajang ini. Kami ingin melihat apa yang berbeda dari
Indonesia, apa yang terjadi di Indonesia saat ini, apa yang akan terjadi
di Indonesia di masa depan...."
Jakarta (CB) - Frankfurt Book Fair (FBF) merupakan pameran
buku yang tertua dan terbesar di dunia yang diselenggarakan di Kota
Frankfurt, Jerman.
Pelaksanaan FBF 2015 menjadi momentum istimewa bagi Indonesia karena
didaulat sebagai Tamu Kehormatan (Guest Of Honour). Tentu saja menjadi
Tamu Kehormatan pada FBF 2015 merupakan sebuah kebanggaan tersendiri
mengingat Indonesia hanya memerlukan waktu lima 5 tahun untuk menjadi
tamu kehormatan, sementara negara lainnya membutuhkan waktu yang lama.
Sebut saja Finlandia yang merupakan negara dengan sistem pendidikan
terbaik di dunia, harus sabar menanti selama sekitar 26 tahun untuk bisa
menjadi Tamu Kehormatan pada FBF.
Adalah sebuah kehormatan sekaligus kesempatan yang langka menjadi
Tamu Kehormatan di Festival Book Fair (FBF) 2015, sehingga tentu saja
pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
sebagai pengelola dan penyandang sebagian dana keikutsertaan Indonesia
di FBF 2015 melakukan berbagai persiapan optimal.
Mendikbud Anies Baswedan mengatakan terpilihnya Indonesia sebagai
Tamu Kehormatan pada FBF 2015 adalah suatu kehormatan dan merupakan
kesempatan yang langka.
"Bila kita melihat negara lain luar biasa usahanya untuk menjadi
Guest of Honour (Tamu Kehormatan). Ini adalah blessing untuk Indonesia
karena dunia akan melihat kita sebagai negara penuh keberagaman yang
harus diperhatikan," kata Anies Baswedan.
Kemendikbud ingin menjadikan Frankfurt Book Fair 2015 sebagai pameran peradaban Indonesia.
Rangkaian kegiatan FBF 2015 sendiri telah dilakukan sejak Maret 2015
hingga puncak acara FBF pada 14-18 Oktober 2015 di Frankfurt, Jerman.
Pada 12-15 Maret 2015 Indonesia telah ambil bagian dalam pameran
buku internasional di Jerman, Leipzig Book Fair, dan kini menjadi Negara
Tamu dalam Festival Museum Uferfest 2015.
Festival Museum Uferfest atau kerap dikenal dengan Festival Tepi
Sungai di Frankfurt, Jerman, merupakan festival budaya terbesar di Eropa
yang menampilkan berbagai pertunjukan budaya, musik, dan seni rupa dari
seluruh dunia.
Acara pertunjukan seni budaya akbar tahunan itu rata-rata dihadiri
sekitar 2 juta orang selama tiga hari. Festival Museum Uferfest akan
berlangsung di sepanjang Sungai Main, Frankfurt, persis di seberang
deretan museum-museum di tepi sungai yang penuh nilai eksotika itu.
Pada tahun ini, Festival Tepi Sungai ini akan berlangsung pada 28-30
Agustus 2015. Indonesia sebagai negara Guest of Honour (GoH) atau Tamu
Kehormatan Frankfurt Book Fair 2015, juga akan menjadi Guest Country
atau Negara Tamu dalam salah satu festival budaya terbesar di Eropa itu.
Ratusan kamera televisi Eropa diprediksi bakal menyorot festival
tersebut dan Indonesia tampaknya juga akan mendapat sorotan utama di
festival itu.
Ketua Komite Nasional Indonesia Frankfurt Book Fair (FBF) 2015
Goenawan Mohamad mengatakan Indonesia akan mendapat panggung seluas 800
meter persegi di sana dengan posisi yang cukup istimewa karena
diunggulkan.
Rencananya, Komite Nasional FBF 2015 akan mendatangkan rombongan
Barong Banyuwangi, musikus Dwiki Darmawan yang akan tampil beserta para
musisi Eropa, Kua Etnika pimpinan seniman Djaduk Ferianto, dan sejumlah
seniman dan artis lainnya.
Menurut Goenawan Mohamad, grup musik Kua Etnika akan memadukan musik
etnik tradisional dengan warna musik barat, serta penampilan dari para
penyanyi dan musisi dangdut sebagai salah satu genre musik khas
Indonesia.
Selain itu, Indonesia juga akan menyajikan beberapa jenis kuliner.
Dua buah kereta angkringan untuk berjualan bakso dan sate, misalnya,
khusus dibuat untuk itu.
Ketua Komite Pertunjukan, Pameran dan Seminar Slamet Rahardjo Djarot
menambahkan Festival Museum Uferfest sebenarnya merupakan agenda di
luar Frankfurt Book Fair yang akan berlangsung Oktober 2015.
Namun, karena Indonesia adalah Tamu Kehormatan di FBF 2015, pihak
panitia pun akhirnya memberi dukungan kepada Indonesia. "Bahkan kita
jadi tamu utama di Uferfest," kata Slamet Rahardjo yang juga aktor
kawakan Indonesia.
Dalam festival tersebut, Indonesia akan menyuguhkan tema yang
seragam seperti halnya panggung Indonesia di Frankfurt Book Fair 2015
yakni "17.000 Islands of Imagination", yang menampilkan keanekaragaman
dan kemajemukan seni budaya Indonesia.
Slamet menuturkan, seniman Indonesia akan menampilkan karya-karya
yang menginformasikan bahwa Indonesia ini negara yang sangat kaya dan
bisa menginspirasi.
Oleh karena itu, bukan hanya seni budaya tradisional seperti grup
musik Kua Etnika yang akan tampil, tetapi juga karya musik kontemporer
seperti penampilan musisi Dwiki Darmawan, serta penyanyi muda Dira
Sugandi dan Bonita.
Tidak ketinggalan, sejumlah penyanyi dangdut dari Yogyakarta juga
akan diboyong ke Festival Tepi Sungai untuk menyuguhkan lantunan musik
khas Indonesia itu sekaligus dengan goyangannya.
Tradisi arak-arakan di Indonesia juga akan tampak dengan penampilan
Barong Banyuwangi. "Barong itu singa perkasa yang melindungi masyarakat
dari berbagai macam bahaya. Kita membawa inspirasi itu ke sana," ujar
Slamet Rahardjo.
Ia menegaskan tujuan utama pementasan itu adalah memopulerkan seni dan budaya Indonesia yang penuh keberagaman.
Sementara itu, ketika ditemui saat melakukan sesi latihan di Teater
Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, para personel grup
musik Kua Etnika dan Barong Banyuwangi terlihat serius berlatih.
Selain melatih kekompakan penampilan kelompok masing-masing, mereka
juga serius menyusun rangkaian materi penampilan agar menjadi sajian
yang menarik bagi para penonton.
FBF 2015
Sementara itu, Frankfurt Book Fair (FBF) di Jerman memang dikenal
sebagai ajang rimba buku, di mana para profesional industri buku dunia,
baik format cetak maupun digital, berkumpul untuk menampilkan
kreasi-kreasi terbaru mereka.
Mulai dari penerbit, penjual, agen, produser film sampai penulis
buku turut berpartisipasi di pameran buku tertua dan terbesar di dunia
ini. FBF sudah digelar sejak abad ke-15, seiring diciptakannya mesin tik
untuk pertama kali oleh Johannes Gutenberg.
President of Frankfurt Book Fair (FBF) Juergen Boos, saat hadir di
Jakarta pada Februari 2015, menyatakan sebagai tamu kehormatan,
Indonesia diharapkan menunjukkan identitas dirinya yang dimanifestasikan
dalam musik, tarian, literatur, atau pameran seni lainnya.
Dikatakannya, FBF 2015 yang akan berlangsung 14-18 Oktober ingin
menyajikan budaya Indonesia dalam peta literatur, dan rakyat Jerman
serta para pengunjung dari negara lain di pameran tersebut tentu akan
sangat penasaran dengan apa yang akan ditampilkan dari peradaban
Indonesia.
"Apa yang kita harapkan dari Indonesia adalah keterbukaan, 120
negara akan mengikuti ajang ini. Kami ingin melihat apa yang berbeda
dari Indonesia, apa yang terjadi di Indonesia saat ini, apa yang akan
terjadi di Indonesia di masa depan. Ini bukan sekadar ajang menampilkan
budaya tapi juga untuk saling bertukar budaya," kata Juergen Boos.
Untuk menjawab tantangan tersebut, pada puncak FBF 2015, Indonesia
juga akan menampilkan sejumlah kegiatan seperti pameran naskah kuno,
arsitektur, fotografi, festival film, pertunjukan seni tradisi dan
kontemporer, serta acara seminar tentang perkembangan peradaban
Indonesia.
"Kami juga akan memamerkan karya instalasi bambu dari Joko Dwi
Avianto, fotografi oleh fotografer senior LKBN Antara Oscar Matuloh,
tarian oleh Eko Supriyanto, serta karya mural," kata Goenawan Muhamad.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri telah menganggarkan
dana sebesar 10 juta euro atau sekitar Rp146 miliar untuk kegiatan FBF
2015.
Selain pemerintah, banyak pula pihak swasta yang turut membantu dan mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut.
Credit
ANTARA News