PM Morrison Kecam Rencana Pemda Sulap Area Bom Bali Menjadi Restoran
PM Australia menyatakan pemberian izin di area bom Bali sangat menyedihkan.
Perdana
Menteri (PM) Australia Scott Morrison mengecam langkahpemerintah daerah
Bali yang mengizinkan pembangunan sebuah restoran di lokasi bom Bali
2002 yang menewaskan 202 orang, di antaranya 88 warga Australia.
Menurutnya, pemberian izin atas "kompleks hiburan" di lokasi tragis itu
"sangat menyedihkan."
Ia mengaku pemerintah
Australia telah memberikan bantuan dan dana untuk membangun taman
perdamaian di atas lokasi untuk "peringatan dan refleksi sunyi," korban
serangan terror.
"Konsul jendral kami di Bali sudah bekerja keras untuk mengatasi isu ini," tulisnya lewat Twitter,
"Pemerintah
Australia akan terus bekerja sama dengan otoritas Indonesia untuk
memastikan kenangan dan keluarga mereka yang tewas dalam serangan teror
itu dihormati secara layak."
Pemda Bali sebelumnya
menerbitkan izin bagi sebuah pengembang untuk membangun restoran
berlantai lima. Sementara tugu peringatan bagi korban bom Bali
dipindahkan ke lantai teratas.
Direktur Asosiasi
Taman Perdamaian Bali, David Napoli, mengatakan kepada Sydney Morning
Herald bahwa pemilik lahan sudah ingin menjual lokasi bekas Sari Club
seluas 800 meter persegi itu pada 2010 silam. Kepada Detikcom, Kepala
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kuta, I Gusti Agung Made Agung,
mengklaim rencana pembangunan restoran sudah didukung masyarakat Kuta.
"Tugu
peringatan di bagian atap sangat tidak layak. Itu ide yang sangat
buruk. Kaum disabilitas akan kesulitan mencapai tugu, tidak seorangpun
akan bisa melihat tugunya di atas sana dan harganya tidak bisa
dipercaya," kata Napoli. Pengembang sempat meminta hampir 50 miliar
Rupiah untuk menyewa lokasi tugu peringatan di lantai lima untuk jangka
waktu 100 tahun.
Salah
seorang penyintas Jan Laczynski juga menilai keputusan pemerintah
daerah aneh. "Ide bahwa Anda harus berjalan melalui restoran dan kelab
malam untuk menyambangi sebuah tugu peringatan, sangat aneh," katanya
kepada Sydney Morning Herald.
Pihak pengembang
berniat memulai proses pembangunan pada 6 Mai mendatang. Saat ini lokasi
bekas Sari Club masih dijadikan tempat parkir. Pemerintah Daerah
dikabarkan telah mengeluarkan surat perintah untuk mengosongkan area
sesegera mungkin.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison berbicara
kepada media saat konferensi pers di Kirribilli House di Sydney,
Australia, Jumat (15/3).
Foto: EPA-EFE/Peter Rae
Pemilu di Australia akan digelar pada 18 Mei.
CB,
CANBERRA -- Rakyat Australia kini semakin tidak percaya bahwa para
politisi akan mampu memperbaiki perekonomian, di tengah persiapan parpol
menyambut pemilu 18 Mei 2019 mendatang.
Hal itu terungkap dalam dari survei paling lengkap mengenai pemilu dan sikap pemilih yang digelar The Australian Election Study.
Kecenderungan itu jelas menjadi kekhawatiran para pemimpin parpol, baik
dari pemerintah maupun oposisi, yang menjanjikan pihaknya sebagai yang
paling dipercaya dalam mengurusi perekonomian.
Peneliti dari Australian National University Jill Sheppard
mempersiapkan survei tersebut dan menyebutkan sejumlah masalah penting
yang akan jadi perhatian.
Ketika mengumumkan pada
Kamis (11/4) pagi bahwa pemilu akan diselenggarakan 18 Mei, Perdana
Menteri Scott Morrison melontarkan pertanyaan "siapa yang lebih
dipercaya dalam memperkuat perekonomian".
Menurut
survei dalam pemilu sebelumnya, dari lebih 12 ribu pemilih, dua pertiga
mengatakan pemerintah "tidak membuat banyak perbedaan" terhadap keuangan
negara selama setahun sebelumnya. Ini adalah angka tertinggi selama ini
dalam survei.
"Pemilih yang percaya soal ekonomi,
cenderung memilih Partai Liberal, dan mereka yang mementingkan soal
kesehatan, pendidikan dan ketimpangan sosial, mereka memilih Partai
Buruh," kata Dr Sheppard.
"Tetapi bila orang tidak
percaya bahwa pemerintah bisa memperbaiki ekonomi, maka Partai Liberal
harus berjuang lebih keras menyakinkan warga," katanya.
Kepercayaan terhadap pemerintah
Hanya satu dari empat warga Australia menyatakan bahwa mereka yang berada di pemerintahan bisa dipercaya.
"Kurangnya rasa ingin tahu dan juga kurangnya reaksi warga terhadap pemerintah itu mengkhawatirkan," kata Dr Sheppard.
"Tetapi
ini sesuatu yang bisa diperbaiki oleh partai, dan mereka mungkin akan
memperbaikinya selama lima sampai 10 tahun ke depan, jadi kita tidak
perlu khawatir dengan struktur demokrasi."
Minat pada debat politik
Debat
yang menampilkan para pemimpin partai bicara berapi-api sering menjadi
bagian dari kampanye. Namun menurut Dr Sheppard, hanya sedikit sekali
pemilih yang menonton langsung debat politik.
Dia
mengatakan debat itu kebanyakan untuk konsumsi pengamat politik dan
pentingnya kemenangan debat untuk bisa mempengaruhi pemilih terlalu
dibesar-besarkan.
"Kita tidaklah akan mengubah
pilihan berdasarkan apa yang terjadi selama masa kampanye, kebanyakan
pemilih sudah memutuskan pilihan sebelum itu," kata Dr Sheppard.
Pemilu online pertama
Pemilu
Australia 2019 ini mungkin menjadi pemilu pertama dimana warga
mengikuti perkembangan lewat internet dibandingkan televisi. Ini adalah
perkembangan baru, namun Dr Sheppard mengatakan dominasi media online di Australia saat ini tidak bisa diremehkan begitu saja.
"Bukan
berarti kita akan mengikuti kampanye lewat internet atau media sosial,
tapi kita akan melihat berita pemilu online sesuai kehendak kita
sendiri," katanya.
Perpindahan suara pemilih
Berpindah
suara bagi pemiih tradisional sebenarnya jarang terjadi dalam pemilu di
Australia walau fenomena ini sekarang meningkat.
Bila
kecenderungan itu berlanjut maka di tahun 2019 akan lebih banyak
pemilih memilih partai baru dibandingkan mereka yang memilih partai yang
sama seperti pemilu sebelumnya.
"Lebih kecil
kemungkinan memilih partai pilihan orangtua kita, dan mereka cenderung
yang menentukan pilihan kita sebelumnya," kata Dr Sheppard.
Pemandangan gedung-gedung tinggi apartemen dan perhotelan di
sepanjang Pantai Gold Coast, Queensland Australia. Gold Coast menjadi
tuan rumah Australia Tourism Exchange 2016 pada 16-19 Mei 2016. Agus
Supriyanto/Gold Coast
CB, Jakarta - Kebijakan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah memberlakukan
Undang-undang Syariah yang disebut barbar dan melanggar prinsip HAM
internasional, ikut menjadi sorotan warga Australia. Pasalnya,
sejumlah aset-aset Sultan Brunei ditelantarkan.
Sultan
Brunei, seperti dikutip dari News.com.au, Rabu, 10 April 2019, memiliki
aset berupa properti di kawasan wisata terkenal di Esplanade, Surfers
Paradise, Gold Coast. Namun properti berupa lahan kosong seluas 7558
meter persegi itu tampak tak terawat atau terlantar selama
bertahun-tahun.
Nilai properti Sultan Brunei lebih dari US$ 30
juta dilaporkan warta bisnis setempat telah naik dua kali lipat sejak
dikelola oleh Agensi Investasi Brunei (BIA).
Tanah ini diakuisisi oleh Sultan Brunei 22 tahun lalu dengan nama
Dermajaya Properties (South Pacific) Sdn Bhd, senilai AUS$ 15 juta. Dan
15 tahun kemudian aset tersebut diserahkan kepada Sejahtera Two
(Australia) Pty Ltd.
Sultan Brunei juga pemilik hotel Park di Australia. BIA menjadi pemegang saham tunggal untuk aset ini.
Wali
kota Gold Coast, Tom Tate pada tahun 2012 mengirim surat
ultimatum tkepada Sultan Brunei sehubungan terjadi protes warga yang
mengkritik bahwa tidak ada manfaat aset-aset Sultan Brunei di wilayah
mereka.
Surat ultimatum itu berbunyi “ambil, atau tinggalkan”
lahan tersebut. Sultan juga disarankan mendonasikan lahan itu kepada
kota Gold Coast.
"Alangkah
baiknya, Sultan memberikan tanahnya kepada kami untuk dikelola bersama,
dan memberi gelar kehormatan untuknya. Ini adalah solusi yang sama-sama
menguntungkan. Sultan memiliki tanah dimana-mana, saya yakin beliau
tidak menyadari bahwa tanah tersebut miliknya," kata Tate kepada The
Australian saat itu.
Namun, Sultan Brunei pemilik aset senilai US$ 27 miliar belum memberikan tanggapan terhadap pemerintah daerah Gold Coast, Australia.
Pemilu federal Australia digelar Sabtu, 2
Juli 2016. Terdapat lebih dari 7.000 TPS di mana masing-masing
menyediakan penjelasan cara memilih dalam 27 bahasa. TPS biasanya dibuat
di sekolah-sekolah pemerintah, gereja, dan gedung pertemuan masyarakat.
(Ella Syafputri)
Sydney (CB) - Warga Australia akan menyuarakan pilihan mereka
pada pemilu 18 Mei, demikian Perdana Menteri Scott Morrison pada Kamis,
saat mengawali kampanye yang diramalkan akan mengadu kebijakan tentang
masalah perpajakan, perubahan iklim dan kesetaraan.
Jajak pendapatan menunjukkan posisi koalisi konservatif Morrison
membuntuti oposisi partai Buruh, setelah enam tahun berkuasa dan
tergulingnya dua perdana menteri akibat kekisruhan internal partai.
"Pilihan yang akan disuarakan warga Australia pada 18 Mei seperti yang
selalu ada di setiap pemilihan umum, dan itu adalah, siapa yang Anda
percayai untuk menghasilkan ekonomi kuat, layanan penting yang
diandalkan oleh Anda? kata Morrison kepada awak media di Canberra.
Sementara pemerintah mengemas pemilu sebagai referendum dalam catatannya
mengelola keuangan Australia, ekonomi menunjukkan tanda-tanda mulai
melambat.
Pengeluaran konsumen melemah karena penurunan harga rumah setelah tingginya level utang.
Pasar keuangan secara penuh mempertimbangkan kemungkinan sedikitnya satu pemotongan suku bunga tahun ini.
Jajak pendapat menunjukkan pemerintah pimpinan Morrison, yang terdiri
dari partai Nasional dan Liberal, diselimuti bayang-bayang kekalahan
terhadap partai Buruh kiri tengah, kecuali jika pihaknya mampu mengubah
strategi saat ini.
Senator Fraser Anning menyampaikan pidato pertamanya di Parlemen Australia. Dia menyerukan larangan masuk bagi migran Muslim.
Foto: ABC
Komentar Anning terkait tragedi Chirstchurch dianggap menghasut dan memecah-belah.
CB,
AUSTRALIA -- Parlemen Australia mengecam Fraser Anning. Senator yang
juga seorang autotarian itu dianggap menghasut dan memecah-belah akibat
komentarnya mengenai serangan Masjid di Christchruch, Selandia Baru.
Para
senator tersebut menyuarakan kekesalan mereka terhadap tindakan Anning
yang menyalah-nyalahkan korban teror dan menjelek-jelekkan orang
berdasarkan agama. Menurut mereka, Anning sama sekali tidak mencerminkan
pendapat sebagai seorang senator maupun sebagai warga Australia.
Bulan lalu, seorang pendukung supremasi kulit putih Australia
menewaskan 50 orang dalam serangan teror di Christchurch, Selandia Baru.
Serangan tersebut viral akibat disiarkan secara langsung oleh pelaku
melalui akun Facebook miliknya. Tak lama setelahnya, Anning mengeluarkan
komentar dan menyebut serangan tersebut berhubungan dengan arus
imigrasi dan menyalahkan umat Muslim.
"Parlemen
bersatu untuk mengecam komentar mengerikan yang telah dia (Anning)
buat," kata Senator Partai Liberal, Mathias Cormann yang dikutip dari Aljazirah, Rabu (3/4).
"Komentar-komentar
ini mengerikan dan membuatnya lebih buruk karena posisi Senator Anning
di Parlemen ini, dan platform yang dia nikmati sebagai senator," sambung
Cormann.
Penny Wong dari Partai Buruh mengatakan,
komentar Anning yang menyalahkan para korban, bahkan ketika keluarga,
teman, komunitas mereka yang hilang masih dilanda keterkejutan,
merupakan bentuk pidato kebencian. Dia juga menganggap Anning sebagai
pemicu perpecahan.
"Upaya memalukan dan menyedihkan oleh
seorang lelaki yang tidak pernah terpilih untuk mendapatkan perhatian
dengan mengeksploitasi keragaman sebagai garis patahan untuk keuntungan
politik," kata Wong.
Sebuah petisi online yang
menyerukan agar Anning dicopot dari Senat, telah memperoleh lebih dari
1,4 juta tanda tangan, dan telah menjadi catatan permanen parlemen.
Namun, di sisi lain, Senat tidak dapat mengeluarkan seorang senator
kecuali mereka dihukum karena kejahatan atau dinyatakan tidak memenuhi
syarat.
Mendagri Australia, Peter Dutton, mengatakan
bahwa negaranya menambah anggaran untuk melawan ancaman terorisme
sebanyak Rp3,8 miliar sebagai tanggapan atas teror di Christchurch,
Selandia Baru, pada Maret lalu. (AFP Photo/Sean Davey)
Jakarta, CB -- Australia menambah
anggaran untuk melawan ancaman terorisme sebanyak A$381 juta atau
setara Rp3,8 miliar hingga empat tahun ke depan sebagai tanggapan atas penembakan massal di masjid di Christchurch, Selandia Baru, Maret lalu.
"Kejadian
tragis di Christchurch bulan lalu menunjukkan keperluan untuk tetap
waspada atas ancaman kekerasan ekstremisme," kata Menteri Dalam Negeri
Australia, Peter Dutton, dalam pernyataan resmi terkait peningkatan
anggaran itu.
Melalui pernyataan itu, Dutton kemudian menjelaskan bahwa anggaran tambahan itu akan digunakan untuk membiayai tim investigasi.
Selain itu, anggaran tersebut juga digunakan untuk mengadopsi metode baru dalam menghadapi ancaman teror yang semakin tinggi.
Dalam
rancangan anggaran yang dilihat Reuters, tertera bahwa A$35 juta atau
setara Rp352,1 miliar akan disiapkan untuk melawan intervensi asing.
Menurut
Dutton, pemerintah juga akan membangun Pusat Penyelidik Ancaman Asing
yang akan dioperasikan oleh kepolisian dan Organisasi Keamanan Intelijen
Australia.
Selama beberapa tahun belakangan, Australia memang menghadapi ancaman
intervensi asing. Pada 2017, Perdana Menteri Malcolm Turnbull menerapkan
undang-undang baru untuk melindungi negara dari intervensi asing di
tengah ketegangan hubungan dengan China.
Awal tahun ini,
pemerintah Australia menyatakan bahwa ada aktor asing menjadi dalang di
balik serangan siber pada jaringan parlemen dan tiga partai politik
besar di negaranya.
Mereka yang menerbangkan drone melebihi berat 250 gram harus mengikuti kursus.
Badan
Penerbangan Sipil Australia (CASA) mengharuskan siapa saja yang ingin
menerbangkan drone untuk memiliki lisensi. Pemilik drone juga harus
mendaftarkan kepemilikannya yang akan mulai diberlakukan 1 Juli 2019.
Pengumuman
tersebut dikeluarkan bersamaan dengan diluncurkannya bisnis pengiriman
makanan lewat drone pertama di dunia yang dimulai di ibukota Australia
Canberra. Pendaftaran dan kewajiban memiliki lisensi dimaksudkan untuk
memudahkan polisi memantau penyalahgunaan drone.
"Ini tentu akan mempermudah kami untuk menangani keluhan yang
ada berkenaan dengan penggunaan drone yang tidak benar atau melanggar
aturan keamanan," kata juru bicara CASA Peter Gibson.
"Dengan itu, kami akan mengetahui siapa saja yang menerbangkan drone di satu kawasan, dan bentuk drone apa saja yang digunakan.'
Juga
mereka yang menerbangkan drone melebihi berat 250 gram harus terlebih
dahulu mengikuti kursus pendidikan online dan mendaftarkan drone mereka.
Data
itu akan disimpan di database, sehingga nantinya pihak berwenang
Australia bisa mengetahui ada berapa drone yang diterbangkan di
Australia, siapa yang memilikinya dan dimana lokasinya.
"Untuk
pertama kalinya kita akan memiliki gambaran lengkap mengenai sektor
drone ini apakah mungkin sekitar 10 ribu atau bahkan mungkin 100 ribu,
saat ini kita tidak tahu sama sekali." kata Gibson.
CASA
mengatakan biaya pendaftaran tergantung pada jenis drone yang akan
digunakan dan apakah drone itu untuk hobi atau bisnis. Diperkirakan
biaya pendaftaran untuk drone yang digunakan sebagai hobi adalah 20
dolar AS (sekitar Rp 200 ribu) per tahun.
Sementara
untuk drone yang digunakan untuk bisnis, biaya pendaftaran per tahun
berkisar antara 100 dolar Australia sampai 160 dolar AS (sekitar Rp 1
juta sampai Rp 1,6 juta).
Drone pengiriman barang mulai beroperasi di Canberra
Photo: James Ryan Burgess adalah CEO Project Wing (ABC News: Jake Evans)
CASA
juga sedang mengembangkan jaringan penuh real time yang bisa melacak
pergerakan drone, seperti mereka melacak pergerakan pesawat udara.
Namun
dengan operator seperti Google yang sedang bersiap meluncurkan bisnis
menggunakan drone di Australia, maka CASA perlu segera siap karena akan
adanya pergerakan drone yang ramai di udara Australia.
Perusahaan
induk Google Alphabet tahun lalu sudah mulai melakukan uji coba
menggunakan drone untuk mengirimkan makanan seperti burritos, minuman
kopi dan obat-obatan ke berbagai kawasan pemukiman di pinggiran kota
Canberra.
Sekarang mereka sudah memiliki markas
gudang permanend di kawasan Mitchell, dengan nama Project Wing, dimaan
mereka berencana memulai operasi komersial pertama di dunia, bila CASA
memberi persetujuan.
Sama seperti operator komersial lainnya, Google sudah memiliki lisensi untuk mengoperasikan drone.
Namun
dengan industri drone tumbuh pesat, CASA mengatakan perlu untuk
membangun sebuah sistem guna mengatur semua drone termasuk mereka yang
sekedar melampiaskan hobi.
"Jelas
sekali sistem lalu lintas tanpa awak akan menjadi kunci bagi operasi
drone yang aman dan efisien dan semua pemain yang terlibat di bidang ini
membangun sistem mereka sendiri-sendiri." kata Gibson.
"Kami sedang bekerja ke arah itu. Ini bukan hal yang sederhana."
Kardinal Pell dijatuhi hukuman enam tahun penjara karena pelanggaran seksual.
Puluhan
organisasi berita dan jurnalis Australia menghadapi kemungkinan
"hukuman penjara" atau denda atas tuduhan penghinaan terhadap
pengadilan. Ini terkait liputan mereka terhadap kasus Kardinal George
Pell dalam dakwaan pelecehan seksual terhadap anak.
Poin utama:
• Fairfax Media, the Herald and Weekly Times termasuk di antara yang disebutkan dalam dokumen pengadilan itu
• Pengadilan telah memerintahkan penghentian atas rincian persidangan dan putusan bersalah terhadap Pell
• Putusan itu menyebutkan kemungkinan masa tahanan atau denda bagi mereka yang dihukum karena melanggar perintah penghentian
Sebanyak
36 kantor berita dan individu telah dipanggil ke sidang Mahkamah Agung
pada 15 April. Mereka menghadapi tuduhan bahwa melanggar perintah
penghentian ketika menerbitkan materi tentang persidangan Kardinal Pell
tahun lalu.
Di antara yang disebutkan dalam dokumen
yang diajukan oleh Departemen Penuntutan Publik Victoria pada hari Jumat
(22/3/2019) adalah editor The Age -Alex Lavelle, editor Herald Sun
-Damon Johnston, pembawa acara 2GB -Ray Hadley, dan presenter Channel
Nine -Deborah Knight.
Hakim Ketua Pengadilan Wilayah
Victoria, Peter Kidd, memerintahkan agar semua bukti dan vonis dalam
persidangan Pell tahun lalu tidak dipublikasikan. Perintah
itu dibuat untuk melindungi proses pengadilan kedua yang direncanakan
untuk pelanggaran tidak terkait, yang kemudian dibatalkan.
Ketika
juri menyampaikan putusannya, hal itu dimuat di situs berita
internasional, di mana pengadilan tidak memiliki yurisdiksi. Tetapi sejumlah media lokal dituduh mencemooh aturan penghentian tersebut.
Beberapa
surat kabar utama Australia meliput putusan itu dalam artikel yang
tidak menyebut nama Pell dan mengabaikan rincian penting lainnya.
Mereka
termasuk The Age, yang melaporkan "seorang tokoh yang sangat terkenal
dihukum pada Selasa karena kejahatan serius, tetapi kami tak bisa
melaporkan identitas mereka karena perintah penghentian".
ABC
menerima surat awal tentang liputan itu dari program RN Breakfast,
dalam sebuah segmen tentang halaman depan surat kabar, tetapi itu tak
termasuk dalam daftar orang-orang yang dipanggil untuk sidang bulan
depan.
Memicu skandal
Direktur
Penuntutan Publik (DPP) Australia berpendapat bahwa publikasi oleh 34
dari 36 pihak yang disebutkan "memiliki kecenderungan untuk mengganggu
administrasi peradilan dalam penuntutan Pell".
Mereka juga dituduh "membantu dan mendukung penghinaan media di luar negeri".
Photo: Deborah Knight dan Ray Hadley berada di antara mereka yang dipanggil. (Channel Nine/2GB)
Enam belas responden juga dituduh memiliki "efek skandal pengadilan" dalam publikasi yang kritis terhadap pengadilan.
Dua
minggu lalu, Kardinal Pell dijatuhi hukuman enam tahun penjara karena
pelanggaran seksual historis terhadap dua anggota paduan suara di
Katedral St Patrick di Melbourne pada pertengahan 1990-an, ketika Pell
menjadi Uskup Agung Melbourne.
News
Corp Australasia mengatakan pihaknya akan "membela semua tuduhan"
dengan penuh semangat dan "mendukung editor serta jurnalis kami" dengan
teguh.
Seorang juru bicara Nine mengatakan
perusahaannya dan karyawan yang disebutkan namanya membantah tuduhan
itu, tetapi tidak akan berkomentar lebih lanjut karena masalah tersebut
sudah masuk ke pengadilan.
Macquarie Media juga menolak berkomentar.
Sebanyak 36 badan atau individu media yang dipermasalahkan:
- The Herald and Weekly Times Pty Ltd
- Damon Johnston
- Charis Chang
- News Life Media Pty Ltd
- Queensland Newspapers Pty Ltd
- Sam Weir
- The Geelong Advertiser Pty Ltd
- Andrew Piva
- Nationwide News Pty Ltd
- Ben English
- Lachlan Hastings
- Advertiser Newspapers Pty Ltd
- Michael Owen-Brown
- Fairfax Media Limited
- The Age Company Pty Ltd
- Alex Lavelle
- Ben Woodhead
- Patrick O'Neil
- Michael Bachelard
- Fairfax Media Publications Pty Ltd
- Lisa Davies
- Michael Stutchbury
- Patrick Durkin
- Danielle Cronin
- Franziska Rimrod
- Mamamia.com.au
- Jessica Chambers
- Allure Media Pty Ltd
- Simon Thomsen
- Macquarie Media Limited
- Chris Smith
- Ray Hadley
- Nine Entertainment Co Pty Ltd
- Lara Vella
- Christine Ahern
- Deborah Knight
Proses pemakaman korban penembakan di Christchurch, Selandia Baru. (REUTERS/Jorge Silva)
Jakarta, CB -- Australia mengancam akan memenjarakan bos perusahaan teknologi dan media sosial yang gagal memblokir konten atau materi terkait penembakan di dua masjid Christchurch, Selandia Baru, pada platform mereka.
Peringatan
itu diutarakan Jaksa Agung Australia, Christian Porter, setelah bertemu
dengan sejumlah petinggi perusahaan teknologi termasuk Facebook,
Twitter, dan Google pada Selasa (26/3).
Porter mengatakan tanggapan dari para petinggi perusahaan teknologi itu "benar-benar mengecewakan" dalam pertemuan tersebut.
"Isu
utama yang sebenarnya kami ingin diskusikan adalah bagaimana Anda
(perusahaan) merespons situasi seperti itu lebih cepat lagi atau bahkan
mencegah agar siaran langsung dan penyebaran konten-konten seperti itu
tidak terjadi. Dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu tidak terlalu
memuaskan," papar Porter di Canberra.
Porter mengatakan Australia mempertimbangkan kemungkinan untuk memberi
sanksi penjara bagi para petinggi yang dinilai lalai dalam undang-undang
baru yang tengah digodok pemerintah.
Dia memperingatkan undang-undang tersebut memiliki "jangkauan ekstra-teritorial" di mana pun perusahaan itu berada.
Meski
begitu, ahli keamanan dunia maya dari Universitas New South Wales,
Nigel Phair, meragukan kemampuan UU tersebut untuk menjerat perusahaan
teknologi yang sebagian besar berbasis di luar Australia.
Pertemuan
itu juga dihadiri Perdana Menteri, Scott Morrison, yang ingin
mengetahui rencana setiap perusahaan untuk menjaga platform mereka
digunakan sebagai "senjata" para teroris dan kelompok ekstremis.
"Platform
media sosial bisa mengirimkan iklan kepada Anda dalam waktu setengah
detik. Mereka harus dapat menarik seluruh konten dan material yang
berbau terorisme dan sejenisnya yang juga sangat berbahaya dalam waktu
yang sama," ucap Morrison sebelum pertemuan berlangsung di Canberra
seperti dikutip AFP.
"Mereka juga harus bisa menerapkan
kapasitas besar mereka untuk menghadapi tantangan nyata ini demi menjaga
keamanan warga Australia."
Facebook menyatakan telah menghapus
sedikitnya 1,5 juta video yang sempat beredar terkait penembakan
Christchurch "dengan cepat".
Sebelumnya, rekaman video selama 17
menit marak beredar di media sosial tak lama setelah penembakan terjadi.
Video itu memperlihatkan Brenton Tarrant, pelaku penembakan,
melancarkan terornya.
Tarrant, warga Australia, menyiarkan aksi kejamnya itu secara langsung
melalui Facebook Live. Ia juga sempat mengunggah sejumlah manifesto
berisikan motivasinya melakukan penembakan itu di akun Twitternya.
Walaupun
saat ini cuplikan video Tarrant tersebut telah ditarik seluruh media
sosial dan portal berita, sejumlah ahli menganggap rekaman-rekaman itu
bisa diunduh dengan mudah oleh pengguna internet bahkan beberapa jam
setelah kejadian berlangsung.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Sumber: Tracey Nearmy/Getty Images/aljazeera.com
CB, Jakarta - Perdana Menteri Scott Morrison menyatakan segala opsi sudah disiapkan menanggapi pernyataan sembrono presiden Turki Recep Tayyib Erdogan yang akan memulangkan para pengunjung peringatan Hari Anzac di Gallipoli dalam peti jenazah.
Erdogan
mengeluarkan pernyataan itu sehubungan terjadinya serangan teroris
terhadap 2 masjid di kota Christchurch, Selandia Baru pada Jumat pekan
lalu, menewaskan 50 orang dan melukai puluhan orang. Menurut Scott tidak
sepantasnya Erdogan mengeluarkan pernyataan itu.
"Pernyataan
yang dibuat Presiden Turki Erdogan saya anggap sangat menyinggung warga
Australia dan sangat ceroboh dalam situasi yang sangat sensitif ini,"
kata Scott seperti dikutip dari News.coma.au, Rabu, 20 Maret 2019.
"Mereka menyakitkan hati karena mereka menghina ingatan tentang Anzac
kita dan mereka melanggar janji yang terukir di batu di Gallipoli
tentang janji Ataturk kepada ibu-ibu Anzac lainnya."
Peringatan
Gollipoli dilakukan setiap tahun oleh warga Australia dan Selandia Baru
untuk mengenang para prajurit kedua negara yang tewas dalam pertempuran
Perang Dunia Pertama untuk merebut semenanjung Gallipoli guna membuka
Dardanelle untuk dilewati pasukan angkatan laut sekutu. Tujuan utama
pasukan Australia, Selandia Baru dan Jerman adalah menguasai
Constantinople atau Istanbul saat itu yang dulu menjadi pusat
pemerintahan Dinasti Ottoman.
Peringatan hari Anzac diadakan setiap tanggal 25 April. Tahun ini juga diperingati sebagai 100 tahun persahabatan dengan Turki.
Scott menyatakan kesiapannya untuk menghadapi memburuknya hubungan kedua negara dipicu pernyataan Erdogan.
Seperti
dilansir Sydney Morning Herald, 20 Maret 2019, segala opsi yang
dimaksud Scott mulai terlihat. Di antaranya Scott memerintahkan Duta
Besar Australia untuk Turki berbciara dengan penashat presiden Erdogan
di Ankara guna mencegah perselisihan yang semakin mendalam lantaran
pernyataan yang menyerang tersebut.
Jika hasilnya tidak memuaskan, Scott diperkirakan akan mengusir Duta Besar Turki untuk Australia, Korhan Karakoc.
Badan
Nasional Keamanan Australia juga mengingatkan warga Australia untuk
berhati-hati melakukan perjalanan ke Turki untuk memperingati hari Anzac
di Gallipoli.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern
mengatakan, Menteri Luar Negeri Winston Peters terbang ke Turki hari ini
untuk meminta tanggapan atas pernyataan Erdogan.
"Dia pergi ke sana untuk meluruskan, berhadapan muka," kata Ardern seperti dikutip dari Sydney Morning Herald.
Menanggapi
serangan teroris di 2 masjid di Christchurch, Selandia Baru Jumat pekan
lalu, Erdogan mengatakan serangan itu sebagai ujian bagi umat Muslim
dan rakyat Australia dan Selandia Baru akan menderita jika mereka pergi
ke Turki.
"Kakek nenekmu datang dan beberapa di antara mereka
pulang dalam peti mati. Jika kamu juga datang seperti kakek nenekmu,
pastikan anda akan hilang seperti kakak nenek anda," kata Erdogan.
Pemimpin
oposisi Australia, Bill Shorten menyesalkan pernyataan Erdogan yang
disebutnya sebagai pernyataan bodoh dan menyerang di saat Selandia Baru
berduka akibat serangan teroris di 2 masjid di Christchurch.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. (Reuters/David Gray)
Jakarta, CB -- Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, tidak terima dengan pernyataan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang menyinggung soal sentimen anti-Islam dalam aksi teror penembakan di Kota Christchurch, Selandia Baru.
Dia mengancam akan mempertimbangkan untuk meninjau ulang hubungan
Negeri Kanguru dengan Turki jika pernyataan itu tidak dicabut.
"Pernyataan
yang disampaikan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menurut
saya sangat menyinggung bangsa Australia dan sangat ceroboh di waktu
yang sensitif seperti saat ini," kata Morrison, seperti dilansir AFP, Rabu (20/3).
Morrison
menyatakan dia sudah memanggil Duta Besar Turki untuk Australia, guna
meminta klarifikasi. Dia menyatakan enggan menerima permintaan maaf dari
sang diplomat.
"Saya berharap dan telah meminta supaya pernyataan ini diklarifikasi dan ditarik," ujar Morrison.
Sedangkan Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, enggan
menanggapi terlalu jauh pernyataan Erdogan. Namun, dia mengatakan Wakil
PM, Winston Peters, akan melawat ke Turki untuk menyampaikan sikap
mereka.
"Wakil perdana menteri akan mengkonfrontasi pernyataan itu di Turki. Dia akan menyelesaikannya secara tatap muka," kata Ardern.
Dalam
ajang kampanye pemilihan kepala daerah di Antalya, Erdogan menayangkan
rekaman teror penembakan di Selandia Baru yang dilakukan warga Australia
Brenton Tarrant, dengan alasan sebagai pengingat akan propaganda
anti-Islam. Erdogan turut menyitir isi manifesto Tarrant yang ditulis
sebelum beraksi yang menyatakan hendak mengusir bangsa Turki dari Eropa.
Erdogan
mengancam bakal memerangi pihak-pihak yang hendak menebar teror
anti-Islam di Turki. Dia juga menyinggung soal peristiwa Pertempuran
Gallipoli pada 1915 dalam Perang Dunia I.
Saat
itu pasukan Kekhalifahan Ottoman menaklukkan pasukan Inggris,
Australia, dan Selandia Baru yang hendak menguasai kota itu. Tercatat
ada delapan ribu pasukan Australia meninggal dalam pertempuran itu.
Erdogan
menyatakan warga asing yang hendak menebar teror anti-Islam bakal
menghadapi nasib sama seperti pasukan Inggris, Australia, dan Selandia
Baru dalam pertempuran Gallipoli.
"Kami sudah berada di sini seribu tahun, dan akan terus di sini hingga
kiamat. Insya Allah. Buyut kalian datang dan pulang dalam peti mati.
Saya tidak ragu kalian juga bakal bernasib sama seperti itu," ujar
Erdogan.
Menlu Retno Marsudi memanggil Dubes Australia,
menyampaikan kecaman atas pernyataan senator yang menuduh imigran
Muslim sebagai penyebab teror di Selandia Baru. (CNNIndonesia/Natalia
Santi)
Jakarta, CB -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memanggil
Duta Besar Australia di Jakarta, Gary Quinlan, untuk menyampaikan
kecaman terhadap pernyataan salah satu senator Negeri Kanguru, Fraser
Anning, yang menuduh imigran Muslim sebagai penyebab teror di masjid Selandia Baru.
Juru bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir, menuturkan Retno memanggil Gary ke kantornya pada Senin (18/3) pagi.
"Ibu
Menlu telah memanggil dubes Australia untuk Indonesia pagi ini. Dalam
pertemuan tersebut, Menlu mengecam keras pernyataan Senator Australia
Fraser Anning. Pernyataan tersebut menunjukkan ketidakpahaman mengenai
Islam," ucap Arrmanatha dalam jumpa pers di Kemlu RI.
Arrmanatha
menyebut pandangan Anning terhadap Islam "sangat picik." Menurutnya,
menghubungkan Islam atau agama apa pun dengan kekerasan seperti
terorisme adalah suatu pandangan yang salah.
"Pemikiran yang disampaikan senator Australia tersebut tidak pantas
mendapat tempat di dunia modern seperti ini, baik di Australia,
Indonesia, atau tempat manapun," kata Arrmanatha.
Arrmanatha juga tak menutup kemungkinan pemerintah melarang senator dari negara bagian Queensland itu masuk ke Indonesia.
Dia menyebut memberikan izin masuk warga negara asing, termasuk Anning, ke Indonesia sepenuhnya "merupakan hak pemerintah."
"Sampai
saat ini tidak ada rencana untuk yang bersangkutan untuk pergi ke
Indonesia. Apabila ada rencana, adalah hak pemerintah untuk tidak
berikan izin masuk bagi yang bersangkutan," ucap Arrmanatha.
Dalam
pernyataannya pada Jumat (15/3), Anning mengatakan penyebab penembakan
massal yang terjadi di dua masjid di pusat Kota Christchurch bukan
aturan kepemilikan senjata yang lemah.
Dia menganggap program
imigrasi yang yang mengizinkan kaum-kaum imigran Muslim fanatik tinggal
di Selandia Baru menjadi penyebab utama teror terjadi. Dalam
pernyataannya, Anning bahkan menyebut Islam sama dengan fasisme.
"Mari
kita perjelas, ketika umat Muslim menjadi korban dalam kekerasan hari
ini, biasanya mereka lah yang menjadi pelaku. Secara global, kaum Muslim
banyak membunuh orang dengan mengatasnamakan agama," kata Anning.
Ilustrasi penyelidikan teror Christchurch. (AP Photo/Mark Baker)
Jakarta, CB -- Pasukan pemberantas terorisme Australia menggeledah dua rumah yang diduga berhubungan dengan Brenton Tarrant, pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Senin (18/3).
Rumah
tersebut masing-masing terletak di Kota Sandy Beach dan Lawrence, New
South Wales. Kedua rumah itu berjarak tak jauh dari kota kelahiran
Tarrant di Grafton.
"Tujuan utama penggeledahan itu adalah untuk
secara formal mencari sejumlah materi yang mungkin dapat membantu
penyelidikan yang tengah dilakukan kepolisian Selandia Baru," bunyi
pernyataan otoritas Australia seperti dikutip AFP.
Canberra
menyatakan keluarga Tarrant "terus membantu kepolisian dalam
penyelidikan." Otoritas Australia menganggap hingga kini keluarga
Tarrant tak menimbulkan ancaman bagi warga sekitar.
Selandia Baru telah mendakwa Tarrant atas penembakan di dua masjid di
pusat Kota Christchurch pada Jumat pekan lalu. Insiden itu menewaskan 50
orang dan melukai 50 lainnya.
Tarrant mengakui dirinya sendiri
sebagai penganut supremasi kulit putih. Dia menyiarkan aksi
penembakannya secara langsung di Facebook.
Tarrant juga sempat mengunggah sejumlah pernyataan rasis dan manifesto di akun Twitter pribadinya sebelum beraksi.
Dia merupakan warga Australia yang diketahui tumbuh besar di Grafton.
Tarrant kerap berpergian ke luar negeri selama satu dekade terakhir dan
menetap di Dunedin, Selandia Baru, dalam beberapa tahun belakangan.
Menteri
Dalam Negeri Australia, Peter Dutton, menjelaskan Tarrant hanya
menghabiskan waktu 45 hari di Negeri Kanguru selama tiga tahun terakhir.
Dutton
juga menuturkan Tarrant tidak masuk dalam daftar teroris aparat
keamanan Australia. Ia membantah dugaan Australia mengabaikan ancaman
teror yang berasal dari kaum ekstremis sayap kanan seperti Tarrant.
Dia menuturkan Organisasi Keamanan Intelijen Australia (ASIO) terus memantau aktivitas kelompok-kelompok ekstrem kanan.
"Kelompok-kelompok
ekstremis ini, neo-nazi, supremasi kulit putih, kelompok ekstrem
kanan-atau istilah apa pun yang ingin Anda terapkan-mereka sudah berada
dalam radar ASIO," ucap Dutton.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Sumber: Tracey Nearmy/Getty Images/aljazeera.com
CB, Jakarta - Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, Senator Australia Fraser Anning harus dituntut karena memukul Will Connolly yang memecahkan telur ke kepalanya.
Morrison
sebelumnya mengecam dan menyebut pernyataan Fraser Anning menjijikkan.
Anning menyatakan aksi teror penembakan di Selandia Baru dipicu
gelombang imigran Muslim yang meningkat, sehingga menyebabkan kecemasan
di Australia dan Selandia Baru.
Dikutip
dari Perth Now, 17 Maret 2019, Fraser Anning terbang ke Melbourne untuk
menghadiri kampanye sayap kanan. Ketika Anning sedang diwawancara,
bocah 17 tahun bernama Will Connolly terlihat berdiri di belakangnya.
Tiba-tiba Connolly menimpuk telur ke belakang kepala Anning.
Foto
yang diambil dari video memperlihatkan seorang pemuda melempar telur ke
kepala Senator Queensland, Fraser Anning, di Melbourne, Australia,
Sabtu 16 Maret 2019. Aksi pemuda tersebut sebagai wujud ketidakpuasan
pernyataan Anning yang menyalahkan umat Muslim atas terjadinya
penembakan di masjid Selandia baru. Foto/video instagram
Dari rekaman video, Anning membalas dengan memukul Connolly dua kali, sebelum penasihatnya memisahkan Anning.
Para
pendukung Anning, termasuk terpidana kriminal Neil Erikson, mencengkram
leher Connolly dan menjatuhkannya ke lantai. Dia mencekik Connolly
sampai polisi tiba.
Aksinya viral di media sosial. Netizen
memanggilnya si Bocah Telur. Connolly yang sempat ditahan polisi tak
lama kemudian dibebaskan tanpa tuntutan apapun.
Will
Connolly yang dijuluki Eggboy setelah menimpuk kepala senator Australia
Fraser Anning yang menyalahkan Muslim dalam serangan teroris di
Selandia Baru.[Daily Mail]
Pada
Minggu pagi, muncul video Will Connolly yang mengatakan jangan
macam-macam dengan politisi, namun dia tidak menyesal melakukan itu.
"Jangan
menimpuk telur ke politisi, atau kalian diserang oleh 30 bogan di waktu
bersamaan, saya sudah mencobanya," kata Will. Bogan adalah kata slang
Australia untuk menyindir sampah masyarakat.
Pada Ahad, PM Scott Morrison mengatakan Anning harus dihukum karena menyerang remaja."Saya pikir langkah hukum harus diajukan atas Senator Anning," kata Morrison.
Sementara pengacara terkenal Adam Houda menawarkan bantuan hukum kepada Will Connolly jika ia mau mengajukan kasus pemukulan yang dilakukan Senator Australia Fraser Anning.
Foto yang diambil dari video memperlihatkan seorang pemuda
melempar telur ke kepala Senator Queensland, Fraser Anning, di
Melbourne, Australia, Sabtu 16 Maret 2019. Aksi pemuda tersebut sebagai
wujud ketidakpuasan pernyataan Anning yang menyalahkan umat Muslim atas
terjadinya penembakan di masjid Selandia baru. Foto/video instagram
CB, Jakarta - Will
Connolly, remaja yang menimpuk telur ke kepala senator Australia, Fraser
Anning yang menyalahkan muslim dalam serangan teroris di Selandia Baru, mendapat dukungan dari berbagai belahan dunia melalui media sosial.
Connolly
dijuluki pahlawan oleh para netizen karena keberaniannya menyatakan
ketidaksetujuannya pada pernyataan senator Australi itu saat
diwawancarai sejumlah wartawan di Melbourne.
Sejumlah meme dan kartun Connolly pun menghiasai media sosial. Ia pun diberi nama Eggboy.
"Pahlawan itu bernama #WillConnolly yang menimpuk telur ke senator
Australia Fraser Anning karena dia menyalahkan imigransi Muslim atas
serangan terori di Christchurh. Will Connolly anda legenda. PS: Dia 17
tahun #NewZealandMosqueAttack," tulis Abdi Nour HG di akun Twitter.
"Well done big boy #eggboy #WillConnolly," Mahmoud samer memuji remaja itu di akun Twitternya.
Tak
hanya pujian, orang-orang memberikan dukungan kepada Connolly dengan
mengumpulkan uang melalui GoFundMe yang sudah mencapai US$ 13,500.
Meme
Will Connolly dibuat oleh netizen yang mendukung dan memujinya setelah
remaja ini menimpuk telur ke kepala senator Australia, Frazer Anning
yang menyalahkan Muslim dalam serangan teror mematikan di Selandia Baru.
Uang
sebanyak itu, mengutip Reuters, untuk membiayai biaya hukum yang akan
dihadapi remaja ini dan juga membeli lebih banyak telur.
Menyadari
ancaman hukuman yang akan dihadapi Connolly, pengacara kriminal
terkemuka, Adam Houda, melalui akun Twitternya mengatakan kesiapannya
untuk membela remaja itu jika senator Australia itu menuntut penimpukan
telur ke kepalanya kemarin.
Houda menegaskan, dirinya telah
menyaksikan video penimpukan telur ke kepala Anning dan tindakan para
pengikutnya terhadap remaja itu.
"Saya telah menjadi pengacara
lebih dari dua dekade dan menurut pendapat saya tidak ada alasan bahwa
Anning bertindak itu untuk membela diri," kata Houda, seperti dikutip
dari Daily Mail, Minggu, 17 Maret 2019.
Will
Connolly yang dijuluki Eggboy setelah menimpuk telur ke kepala senator
Australia Fraser Anning yang menyalahkan Muslim dalam serangan teroris
di Selandia Baru.[Daily Mail]
Houda pun menyatakan Connolly akan mendapatkan bantuan hukum darinya secara gratis."Saya tidak pernah mengejar klien, tapi saya senang membantunya (probono). Sekarang terserah dia dan dan orang tuanya," ujarnya.
Dalam
rekaman penimpukan telur, Anning tampak marah dan memukul remaja usia
17 itu lalu menendangnya seraya mengeluarkan pernyataan:"Anda bukan
siapa-siapa, tetapi manusia lemah."
Setelah peristiwa Will Connolly menimpuk telur dipicu pernyataan menyalahkan muslim dalam serangan teroris di Selandia Baru,
muncul petisi online Change.org untuk menuntut senator Australia Fraser
Anning dipecat dari parlemen. Petisi sudah ditandatangani 1 juta orang.
Seorang pemuda melempar telur ke kepala Senator Queensland,
Fraser Anning saat menjawab pertanyaan awak media di Melbourne,
Australia, Sabtu 16 Maret 2019. Foto/video instagram
CB, Jakarta - Senator
Queensland Australia, Fraser Anning, ditimpuk telur oleh seorang remaja
pria saat diwawancara jurnalis karena menyalahkan Muslim atas teror
penembakan di Christchurch, Selandia Baru.
Dikutip
dari abc.net.au, 16 Maret 2019, rekaman menunjukkan pemuda mengamati
Anning dari belakang ketika diwawancara, sebelum memecahkan telur ke
belakang kepala Anning sambil merekam dengan ponselnya.
Senator
bereaksi dengan mengayunkan dua pukulan ke arah pemuda itu, namun hanya
satu yang mendarat di kepalanya. Dia juga berusaha menendang remaja itu.
Staf senator memisahkan senator dari pemuda itu. Pendukung senator
kemudian menjatuhkan remaja itu. Polisi kemudian membawa remaja itu
keluar.
Juru bicara kepolisian Victoria mengatakan, polisi telah
menahan remaja berusia 17 tahun asal kota Hampton, namun dibebaskan
tanpa tuntutan.
Insiden ini kemudian viral. Bahkan ada halaman media sosial membuka donasi agar sang remaja bisa membeli telur lebih banyak.
WATCH: This is the moment Senator Fraser Anning was egged by a teenage boy during a press conference in Melbourne. #9Newspic.twitter.com/oePwz3pPH2
Sementara
PM Australia Scott Morrison mengecam pernyataan senator Queensland,
Fraser Anning yang menghubungkan imigran Muslim dengan serangan teror di
dua masjid di Selandia Baru oleh teroris ekstremis sayap kanan.
"Pernyataan
senator Fraser Anning menyalahkan serangan pembunuhan oleh seorang
teroris ekstremis sayap kanan di Selandia Baru pada imigran
menjijikkan," kata Morrison, dikutip dari Sydney Morning Herald.
"Pandangan itu tidak punya tempat di Australia, apalagi Parlemen Australia," katanya.
Sebelumnya
Senator Anning mengatakan dalam sebuah tweet, "Apakah ada yang masih
membantah hubungan antara imigran Muslim dan kekerasan?"
"Saya
ingin tahu apakah akan ada banyak kemarahan dari sayap kiri ketika
serangan teroris Muslim berikutnya terjadi? Kemungkinan besar diam dan
berbicara tentang serangan serigala, penyakit mental dan tidak ada
koneksi ke Islam," tambahnya.
Dalam rilisnya di media,
Frasser Anning mengatakan "sementara jenis kekerasan seperti ini tidak
pernah bisa dibenarkan, yang disoroti adalah meningkatnya ketakutan
dalam masyarakat kami, baik di Australia dan Selandia Baru, akan
meningkatnya kehadiran Muslim," katanya mengaitkan motif penembakan di
Christchurch, Selandia Baru, dengan imigran Muslim.
Pemimpin
Partai One Nation Australia, Pauline Hanson (kiri), dicecar penyiar
televisi karena kebijakan anti-Muslim yang dinilai berkontribusi atas
serangan teroris di Selandia Baru. Foto/Seven Network
CANBERRA
- Pemimpin Partai One Nation Australia, Pauline Hanson, dicecar penyiar
televisi karena kebijakan anti-Muslim-nya dianggap berkontribusi dalam
serangan teroris di dua masjid di Selandia Baru. Hanson dianggap turut
"memberdayakan" supremasi kulit putih.
Tuan rumah program Sunrise di Seven Network,
David Koch, mencecar Hanson dalam wawancara yang berapi-api pada Senin
(18/3/2019) pagi. Hanson merupakan salah satu senator federal Australia.
Koch
menguliti kebijakan anti-Muslim Partai One Nation setelah serangan
teroris di Christchurch pada hari Jumat menewaskan 50 orang. Tersangka
teroris asal Australia, Brenton Tarrant, merilis manifesto setebal 74
halaman di media sosial sehari sebelum tragedi terjadi.
"Manifesto
teroris ini hampir berbunyi seperti kebijakan imigrasi One Nation dan
kebijakan Muslim. Apakah Anda merasa terlibat dengan kekejaman ini?,"
tanya Koch kepada Hanson.
Hanson pun menjawab pertanyaan kritis
itu. "David, saya merasakan orang-orang itu dan saya merasakan
keluarga-keluarga yang kehilangan nyawa. Sama di seberang jalan di sini
ketika kami memiliki serangan teroris Lindt Cafe," ujarnya.
"Kami
memiliki masalah tetapi Anda benar-benar harus mendiskusikannya dan
memperdebatkan masalah tersebut. Mengapa kami memiliki serangan teroris
di negara ini. Mengapa ini terjadi di seluruh dunia? Mengapa ini terjadi
di banyak tempat?," lanjut politisi Australia tersebut.
Koch
yang bersemangat kemudian mengklaim bahwa serangan teroris dilakukan
oleh supremasi kulit putih sayap kanan."Yang digerakkan oleh komentar
Anda (Hanson), oleh komentar anti-Muslim Anda," kata jurnalis tersebut.
"(Hal-hal
seperti) 'mereka tidak pantas berada di sini', 'mereka akan mengambil
alih negara kita'. Bisakah Anda memahami bagaimana hal itu memberdayakan
seorang supremasi kulit putih... agar melihatnya sebagai seruan untuk
(serangan) senjata?," tanya Koch.
Hanson kemudian mengalihkan fokus pertanyaan itu kepada apa yang terjadi di Inggris.
“Orang-orang meninggalkan Inggris untuk datang ke sini karena mereka
telah kehilangan negara mereka. Inggris bukan negara tempat mereka
dibesarkan," kata Hanson.
"Belajarlah dari kesalahan negara lain
untuk memastikan hal itu tidak terjadi di sini. Saya tidak tumbuh dengan
terorisme ketika saya masih kecil. Mengapa ini terjadi sekarang?,"
ujarnya.
Jawaban itu lag-lagi dikritisi Koch. "Anda membuat
pernyataan berani bahwa setiap Muslim mengerikan, setiap Muslim adalah
ancaman karena mereka tidak terlihat seperti kita dan mereka tidak
memiliki agama kita," balas Koch.
Ketika wawancara yang memanas berlanjut, Hanson menuduh Koch tidak tahu apa yang terjadi di pinggiran barat Sydney.
"Pergi
ke Fairfield sekarang, pergi dan tanyakan pada orang-orang Kristen
Lebanon apa yang terjadi pada negara mereka. Mereka akan memberi tahu
Anda hal yang sama. Mereka takut hal yang sama akan terjadi di sini,"
katanya.
"Saya punya pusat pemuda di daerah-daerah itu dan tahu persis apa yang terjadi di sana," jawab Koch dengan nada jengkel.
Senator
Queensland, Australia, Fraser Anning, menyalahkan imigran Muslim atas
serangaan teroris di dua masjid di Selandia Baru. Foto/Facebook/Senator
Fraser Anning
CANBERRA
- Seorang politisi Australia menuai kecaman keras karena menyalahkan
imigran Muslim dalam serangan teroris di dua masjid di Selandia Baru.
Sebanyak 49 orang tewas dalam penembakan massal ketika salat Jumat
berlangsung.
Senator Queensland, Australia, Fraser Anning merilis
pernyataan media pada Jumat sore, beberapa jam setelah serangan teroris
di dua masjid di kota Christchurch terjadi. Di dalamnya, Anning awalnya
menentang segala bentuk kekerasan dan mengutuk tindakan pria bersenjata
itu.
Namun, di kalimat selanjutnya dia menyalahkan imigran Muslim sebagai pemicu penembakan berdarah itu.
"Ketika
jenis kekerasan yang main hakim sendiri tidak pernah bisa dibenarkan,
yang disoroti adalah meningkatnya ketakutan dalam komunitas kami, baik
di Australia dan Selandia Baru, akan meningkatnya kehadiran Muslim,"
katanya.
Anning mengklaim pelaku sesungguhnya yang membunuh 49
orang dan melukai lebih dari 40 orang lainnya, termasuk anak-anak,
adalah kebijakan imigrasi Selandia Baru.
Empat tersangka telah
ditahan sehubungan dengan serangan itu, termasuk tersangka utama Brenton
Harrison Tarrant, 28, pria Australia. Tarrant telah dibawa ke
pengadilan Sabtu (16/3/2019), di mana dia didakwa melakukan pembunuhan.
"Pernyataan Senator Australia Fraser Anning tentang teroris Kristen #ChristchurchAttack; para korban pantas dibunuh karena mereka adalah Muslim. ICYMI,
ia membela 'solusi akhir' untuk imigran non-kulit putih," kecam Alfons
Lopez Tena, mantan anggota parlemen Catalan yang juga seorang penulis,
via akun Twitter @alfonslopeztena.
Mantan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull via akun @TurnbullMalcolm
berkomentar; "Mereka yang menjajakan kebencian rasial dan agama mungkin
tidak mengambil senjata atau pisau sendiri, tetapi mereka terlalu
sering menginspirasi orang-orang yang melakukannya. Ekstremisme
kekerasan dimulai dengan ekstremisme dan ujaran kebencian."
"Komentar
Fraser Anning hari ini hina. Dia memalukan Senat dan yang lebih buruk
dengan menyebarkan kebencian dan membuat orang Australia saling
bermusuhan, dia melakukan apa yang diinginkan para teroris," lanjut
Turnbull.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison via akun @ScottMorrisonMP
ikut mengecam Senator Anning. "Pernyataan Senator Fraser Anning
menyalahkan serangan mematikan oleh teroris ekstremis sayap kanan di
Selandia Baru pada (kebijakan) imigrasi adalah menjijikkan. Pandangan
itu tidak punya tempat di Australia, apalagi Parlemen Australia," kecam
Morisson.
Jurnalis televisi, Moeed Pirzada, via akun @MoeedNj berkomentar;"Inilah
seorang lelaki, Senator Fraser Anning, yang secara terbuka membenarkan
terorisme dan pembantaian (terhadap) kaum Muslim atas nama imigrasi;
jika ada Mullah Muslim yang akan melakukannya, ia akan segera menemukan
dirinya atau pemerintahnya dalam kesulitan; Dimanakah lokasi PBB?."
Menyadari
pernyataannya menuai kecaman, Anning kemudian mengkritik para politisi
sayap kiri dan media yang katanya terlalu buru-buru menyalahkan
undang-undang senjata atau mereka yang memiliki pandangan
nasionalis."Ini semua omong kosong klise," katanya.
"Penyebab
pertumpahan darah sesungguhnya di jalan-jalan Selandia Baru hari ini
adalah program imigrasi yang memungkinkan kaum fanatik Muslim untuk
bermigrasi ke Selandia Baru," ujarnya.
Eks penasihat Paus Fransiskus, George Pell,
dijatuhi hukuman penjara enam tahun atas kasus pelecehan seksual dua
bocah anggota paduan suara gereja di Melbourne pada 1990-an. (AAP
Image/David Crosling/via Reuters)
Jakarta, CB -- Mantan penasihat Paus Fransiskus, George Pell, dijatuhi hukuman penjara enam tahun atas kasus pelecehan seksual dua bocah anggota paduan suara gereja di Melbourne, Australia, pada 1990-an.
Hakim
Ketua Pengadilan Victoria, Peter Kidd, membacakan putusan tersebut
dalam persidangan yang disiarkan langsung di sejumlah stasiun televisi
Australia pada Rabu (13/3).
Dalam sidang tersebut, Kidd mengatakan bahwa ada kemungkinan besar Pell dapat dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
"Menurut
pandangan saya, tindakan Anda menunjukkan arogansi yang mengejutkan.
Secara keseluruhan, saya menganggap kesalahan moral Anda di dua kasus
ini sangat tinggi," ujar Kidd sebagaimana dikutip Reuters.
Namun,
Pell terus mengklaim tak bersalah dan mengajukan banding atas putusan
hakim. Sidang banding itu dijadwalkan digelar pada Juni mendatang.
Mantan Menteri Keuangan Vatikan itu diduga melakukan pelecehan seksual
terhadap dua anak laki-laki berusia 13 tahun saat ia menjabat sebagai
uskup agung di Melbourne pada pertengahan 1990-an.
Pelecehan seksual itu terjadi setelah ibadah hari Minggu di sebuah ruangan dan di koridor Katedral St. Patrick, Melbourne.
Dalam
persidangan, Pell dinyatakan bersalah atas empat tuntutan terkait
tindakan tak senonoh dan satu dakwaan soal penetrasi seksual. Ia
terancam hukuman 10 tahun penjara dari masing-masing tuntutan.
Pelecehan seksual semacam ini juga ditemukan di beberapa gereja di
berbagai penjuru dunia, melibatkan para petinggi keagamaan Katolik.
Kejahatan
seksual di lingkungan Gereja Katolik semacam ini mulai menjadi
perhatian pada 2002, ketika para uskup di wilayah Boston ditemukan terus
berpindah gereja untuk menutupi skandal pelecehan terhadap anak yang
mereka lakukan.
Kisah ini diungkap dalam film Spotlight yang memenangkan kategori Film Terbaik dalam ajang penghargaan Academy Awards 2016.
CB, Canberra – Kepala Eksekutif AustCyber, Michelle Price, mengatakan Australia menjadi tempat uji coba banyak peretas atau hacker dengan menggunakan berbagai jenis malware atau piranti lunak jahat.
Ini
terjadi karena pemerintah Australia terlihat lambat dalam meningkatkan
kemampuan keamanan siber untuk jaringan komputer bisnis dan pemerintah.
Price
mengatakan Australia bakal menjadi sasaran serangan hacker, yang
didukung negara-negara tertentu, karena semakin berperan di pentas
global.
Salah satunya adalah serangan siber ke jaringan komputer di parlemen dan partai politik besar, yang terjadi beberapa pekan lalu.
“Kondisi ini membuat Australia menjadi sasaran uji coba peretasan,” kata Price seperti dilansir SMH pada Sabtu, 9 Maret 2019.
Price
mengatakan Australia menjadi sasaran menarik serangan siber oleh para
hacker karena memiliki ekonomi yang kuat, dikenal secara global dalam
riset dan inovasi. “Tapi lambat dalam memahami resiko yang muncul,” kata
Price.
Ini membuat Australia menjadi sasaran antara untuk uji
coba malware oleh para hacker sebelum mereka menyerang sasaran yang
lebih besar dan canggih seperti Inggris dan Amerika Serikat. “Mayoritas
negara Eropa lebih maju dibandingkan kita dalam urusan keamanan siber,”
kata Price.
AustCyber merupakan lembaga independen yang didanai
pemerintah dan dibentuk pada 2015. Tujuannya adalah membantu pembangunan
industri siber di Australia.
Pandangan
senada disampaikan spesialis keamanan siber Mike Sentonas dari
perusahaan keamanan siber terkemuka CrowdStrike. Perusahaan ini mendapat
nama setelah mengidentifikasi adanya hacker Rusia yang mengintervensi
Pilpres AS pada 2016.
Sentonas mengatakan serangan siber terhadap
perusahaan AS meningkat seiring ketegangan konflik dagang kedua negara.
Pola ini juga bisa terjadi di Australia.
“Australia perlu
mempertajam kemampuan merespon serangan siber yang dilakukan peretas
yang didukung negara termasuk dengan mengumumkan dan mempermalukannya
lalu mengusutnya secara hukum,” kata Sentonas merujuk kepada cara AS
menghadap para hacker dari Cina yang menyerang.
Secara terpisah, hacker Cina
dilaporkan telah menjebol sistem komputer sejumlah kontraktor Angkatan
Laut AS, mencuri data dalam jumlah besar mulai dari rincian pemeliharaan
kapal hingga skema rudal.
Menurut sumber laporan Wall Street Journal, yang dilansir dari Sputniknews,
15 Desember 2018, jumlah pelanggaran keamanan yang diduga dilakukan
oleh peretas Cina telah meningkat secara signifikan selama 18 bulan
terakhir, ketika kontraktor kecil berupaya meningkatkan keamanan mereka.
Laporan mengklaim data yang dicuri hacker
dalam serangan itu adalah informasi rahasia yang sangat sensitif
tentang teknologi militer canggih. Misalnya, skema rudal anti-kapal
supersonik yang dikembangkan untuk kapal selam AS dilaporkan dicuri, di
antara hal-hal lain.