Perbatasan Kashmir yang memisahkan India dan Pakistan.
Foto: Zee Media Bureau
Status khusus Jammu dan Kashmir dinilai PM India menghambat integrasi negara.
CB,
NEW DELHI -- Perdana Menteri India Narendra Modi berjanji akan
menghapus status khusus wilayah Jammu dan Kashmir jika memenangkan
pemilu India yang dijadwalkan digelar pada Kamis (11/4). Menurutnya,
status tersebut menghambat integrasi negara.
"Nasionalisme adalah inspirasi kami," kata Modi dalam manifesto
pemilu yang dirilis partainya, Bharatiya Janata Party (BJP), pada Senin
(8/4).
Dia meyakini status khusus Jammu dan Kashmir yang
diatur dalam Pasal 35A amandemen konstitusi tahun 1954 sudah tak
relevan. "Kami percaya bahwa Pasal 35A merupakan hambatan dalam
pengembangan negara," ujar Modi.
Pasal 35A diperkenalkan
melalui perintah kepresidenan pada 1954. Pasal tersebut melanjutkan
peraturan wilayah yang lama berdasarkan Pasal 370 Konstitusi India.
Pasal
370 menyangkal tentang hak kepemilikan orang luar atau asing, seperti
properti, misalnya, di wilayah tersebut. Pasal itu juga memungkinkan
Kashmir memiliki konstitusi sendiri. Dalam realisasinya, undang-undang
konstitusional seperti Pasal 35A dan Pasal 370 melarang warga India atau
warga asing memasuki Kashmir tanpa izin.
BJP secara
konsisten mengadvokasi untuk mengakhiri status konstitusional khusus
Kashmir. Sebab, hal itu dianggap menghambat integrasi Kashmir dengan
negara bagian lain di India.
Para pemimpin politik di
Kashmir, yang berpenduduk mayoritas Muslim, telah memperingatkan bahwa
mencabut status khusus wilayah tersebut dapat memicu kerusuhan dan aksi
huru-hara. Di sisi lain, India memang memerangi kelompok bersenjata yang
dianggap sebagai pemberontak di wilayah tersebut selama tiga dekade
terakhir.
"Dalam
lima tahun terakhir, kami telah melakukan semua upaya yang diperlukan
untuk memastikan perdamaian di Jammu dan Kashmir melalui tindakan dan
kebijakan yang tegas," kata BJP dalam manifestonya.
"Kami
berkomitmen untuk mengatasi semua hambatan dalam cara pembangunan dan
menyediakan sumber daya keuangan yang memadai untuk semua wilayah negara
bagian," ujar BJP.
Presiden Partai Konferensi Nasional
Kashmir Farooq Abdullah mengatakan rencana Modi dan BJP mencabut status
khusus Kashmir adalah sebuah kekeliruan. Dia bersumpah tak akan
membiarkan hal itu terjadi. "Mereka keliru. Kami akan berjuang
melawannya," kata dia.
Pada 14 Februari lalu, insiden bom
bunuh diri di Pulwama, Kashmir nyaris menyeret India ke dalam
konfrontasi dengan Pakistan. India menuding Islamabad terlibat dalam
serangan yang menewaskan 44 personel militernya tersebut.
Tuduhan
itu dilayangkan meskipun kelompok Jaish-e-Mohammad telah mengkalim
bertanggung jawab dan menjadi dalang di balik insiden bom bunuh diri di
sana. Pemerintah Pakistan sendiri membantah tegas tudingan India.
Sebagai
iktikad baik Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menawarkan bantuan
kepada India untuk menyelidiki insiden tersebut. Alih-alih menerima
tawaran Khan, India justru melancarkan serangan udara ke Kashmir.
Pakistan
menembak jatuh dua tempur India yang melewati Garis Kontrol Kashmir,
yakni perbatasan de facto kedua negara. Satu pilot India ditangkap dan
ditahan. Belakangan Pakistan memutuskan memulangkan pilot tersebut guna
meredakan ketegangan dan mencegah berlanjutnya eskalasi.
Kashmir
merupakan sebuah wilayah di Himalaya dengan penduduk mayoritas Muslim
yang dipersengketakan India dan Pakistan. Beberapa kelompok di Jammu dan
Kashmir telah berperang melawan India guna meraih kemerdekaan. Kalaupun
tidak berhasil merdeka, mereka ingin berpisah dari India dan bergabung
dengan Pakistan.
Ilustrasi tentara India di Kashmir. (AP Photo/Mukhtar Khan)
Jakarta, CB -- Seorang anggota paramiliter
India menembak mati tiga rekannya di wilayah Kashmir yang dikontrol
negara itu, Kamis (21/3).
Kepolisian menyatakan seorang anggota
Central Reserve Police Force (CRPF) menembak kedua temannya menggunakan
senjata dinas di kamp Udhampur, sekitar 200 kilometer dari selatan Kota
Srinagar.
"Dia (pelaku) lalu menembak dirinya sendiri dan
sekarang tengah berada dalam kondisi kritis," kata seorang pejabat
kepolisian di wilayah Jammu Kashmir, MK Sinha, kepada AFP.
Sinha mengatakan bahwa pelaku kemungkinan berada di bawah pengaruh obat-obatan.
Insiden ini bukan yang pertama kali terjadi. Koalisi Masyakat Sipil Jamu
Kashmir (JKCCS) melaporkan sedikitnya 20 tentara India bunuh diri pada
2018 lalu, terbanyak dalam satu dekade terakhir.
Sejak 2004, ada 80 insiden "pembunuhan saudara" dan 323 kasus bunuh diri yang dilakukan personel militer di Kashmir.
Sejumlah
ahli mengatakan hal itu terjadi karena faktor stres, jam tugas yang
berlebihan, hari libur sedikit, dan masalah domestik.
Pengamat mendorong aparat berwenang memulai inisiatif yang bisa mencegah
para prajurit merasa tertekan, seperti kegiatan olahraga dan yoga.
Secara
terpisah di hari yang sama, seorang tentara tewas ketika militer
India-Pakistan terlibat baku tembak di perbatasan kedua negara di
Kashmir.
Baku tembak itu merupakan yang terbaru sejak kedua negara terlibat bentrokan militer di wilayah sengketa itu pada Februari lalu.
Bentrokan
militer antara Pakistan dan India terus memanas sejak bom bunuh diri
menerjang konvoi personel India di wilayah Kashmir pada 14 Februari
lalu.
New Delhi menyalahkan Islamabad atas insiden yang menewaskan sedikitnya 40 personel militernya itu.
Sejak
itu, kedua negara saling menembak jatuh pesawat militer di Kashmir
hingga sempat memicu penangguhan penerbangan komersial lantaran alasan
keamanan.
Pakistan juga sempat menahan dua pilot India akibat
kejadian itu. Keduanya dibebaskan Islamabad sebagai bentuk "gerakan
perdamaian."
Polisi India berusaha memblokir
pendukung partai oposisi utama di Kashmir Partai Demokratik Rakyat (PDP)
saat aksi unjuk rasa menentang pembatasan penjualan elpiji bersubsidi
di Jammu, India, Jumat (12/10). Pemerintah India bulan lalu membatasi
penjualan elpiji menjadi enam tabung gas per orang per tahunnya.
(REUTERS/Mukesh Gupta )
Srinagar (CB) - Aksi-aksi unjuk rasa pecah di sejumlah bagian
Kashmir yang dikuasai India pada Selasa, setelah polisi mengatakan
seorang pria yang sedang diinterogasi terkait dengan penyelidikan
keamanan meninggal dalam tahanan.
Protes tersebut merupakan gangguan-gangguan terbaru di salah satu kawasan yang dijaga paling ketat oleh militer di dunia.
Pria itu bernama Rizwan Asad Pandit, lulusan perguruan tinggi yang
menekuni kimia dan mengajar di sekolah swasta, menurut keluarganya,
telah ditahan sebagai bagian dari "investigasi kasus teror", kata
seorang juru bicara polisi.
Menurut jubir itu, sebab-sebab kematiannya sedang diselidiki.
Zulkarnain Asad Pandit, saudara Rizwan, ragu bahwa investigasi akan mengungkap kebenaran.
"Kami menginginkan investigasi atas perkara itu tetapi kami tidak tahu
apa-apa yang akan terjadi," katanya kepada Reuters. "Kami semua melihat
investigasi-investigasi selama 20 tahun terakhir."
Para pemrotes melempar batu-batu ke arah polisi di beberapa bagian
kawasan yang mayoritas berpenduduk Muslim setelah kabar mengenai
kematian Rizwan. Toko-toko tutup di beberapa bagian kota utama Srinagar.
Polisi menanggapi aksi-aksi itu dengan menembakkan gas air mata.
Ketegangan antara India dan Pakistan, dua negara tetangga yang memiliki
senjata nuklir, meningkat setelah serangan bom bunuh diri dengan
menggunakan mobil yang menewaskan sedikitnya 40 polisi paramiliter India
pada 14 Februari. India dan Pakistan mengklaim Kashmir sebagai wilayah
mereka tetapi memerintahnya masing-masing sebagian.
Satu kelompok militan yang berkedudukan di Pakistan mengaku bertanggung
jawab atas serangan tersebut. Pakistan membantah keterlibatan tetapi
India yang sudah lama menuding negara tetangganya itu mendukung para
militan separatis memerangi pasukan keamanan di bagiannya di Kashmir.
India dan Pakistan sudah berperang tiga kali sejak tahun 1947, dua kali menyangkut wilayah Himalaya, yang terbagi itu.
Rizwan berasal dari keluarga yang mempunyai hubungan dengan
Jamaat-e-Islami (JeI), kelompok politik yang menginginkan kemerdekaan
Kashmir dari India. kata Zulkarnain.
Pemerintah India baru-baru ini melarang kelompok itu yang menuduhnya memiliki hubungan dengan organisasi-organisasi militan.
Pasukan keamanan telah menangkap ratusan anggota Jel sejak serangan bom
14 Februari. Kelompok tersebut membantah terkait dengan para militan.
"Dia sama sekali tak bersalah dan tak punya afiliasi dengan organisasi militan," kata Zulkarnain.
Beberapa tokoh politik terkemuka di Kashmir mengutuk kematian pria tersebut.
"Hukuman harus dijatuhkan kepada para pembunuh anak muda ini," cuit Omar Abdullah, mantan menteri besar negara itu di Twitter.
Pasukan India dan Pakistan terlibat baku tembak sengit di Jalur Kontrol (LoC), Kashmir. Foto/Ilustrasi
SRINAGAR
- Pasukan India dan Pakistan kembali terlibat baku tembak sengit.
Keduanya saling menargetkan posisi masing-masing di Jalur Kontrol (LoC),
yang membagi wilayah Kashmir, kata para pejabat.
Kedua belah
pihak terlibat baku tembak di distrik Poonch, sekitar 180 km barat daya
Srinagar, Ibu Kota musim panas Kashmir yang dikuasai India.
"Pakistan
hari ini kembali melepaskan tembakan tanpa sasaran yang menargetkan
pos-pos terdepan pada pukul 10:00 waktu setempat di daerah Khari
Karmara, sektor Gulpur," kata seorang pejabat.
"Pihak
kita juga memberikan balasan yang sesuai kepada pihak lain sebagai
tanggapan," imbuhnya seperti dilansir dari Xinhua, Kamis (14/3/2019).
Baku
tembak berlangsung selama beberapa jam dan kedua belah pihak
menggunakan senjata kecil serta mortir untuk menargetkan posisi
masing-masing.
Menurut para pejabat, sejauh ini tidak ada korban jiwa dalam pertempuran di kedua belah pihak.
Para
pejabat mengatakan dua peluru, ditembakkan dari seberang LoC, mendarat
di dekat pusat perdagangan di daerah Chakan da Bagh di Poonch, tetapi
ledakan peluru itu tidak menyebabkan kerusakan.
Selama
dua minggu terakhir, baku tembak kerap terjadi di LoC Kashmir. Aksi
penembakan yang berlangsung setiap hari ini telah memaksa penduduk di
kedua sisi untuk bermigrasi ke lokasi yang lebih aman.
Ketegangan
terbaru antara New Delhi dan Islamabad tumbuh setelah India melakukan
serangan udara di dalam Pakistan, memicu aksi balasan. Situasi ini telah
menurun sampai batas tertentu setelah seruan untuk menahan diri dari
beberapa negara.
Foto yang diambil dari video pasokan PTV
memperlihatkan Komandan Abhinandan Varthaman, yang menjadi wajah dan
simbol dari bentrok terbesar antara India dan Pakistan, berjalan
melintasi perbatasan menuju India di Wagah, Pakistan, Jumat (1/3).
Pakistan telah menyerahkan pilot India.
Foto: AP
Pakistan ingin penyelesaian sengketa sesuai Resolusi DK PBB.
CB,
ANKARA -- Utusan senior Pakistan di Turki pada Senin (4/3) mengatakan,
nasib Jammu dan Kashmir harus ditentukan oleh rakyat di wilayah sengketa
itu sendiri.
Hal itu diungkapkan Muhammad Syrus
Sajjad Qazi ketika berbicara dalam satu konferensi yang diselenggarakan
oleh Lembaga Pemikiran Strategis yang berpusat di Ibu Kota Turki,
Ankara. Qazi juga mengomentari sumbangan Pakistan bagi kestabilan dan
perdamaian regional dan perkembangan baru-baru ini di Jammu dan Kashmir.
"Tak
ada perdamaian yang langgeng di Asia Selatan tanpa penyelesaian adil
sengketa Kashmir dengan dasar resolusi Dewan Keamanan PBB dan keinginan
rakyat Kashmir," katanya seperti dilansir Anadolu, Selasa (5/3).
"India
dan Pakistan ingin masalah masuknya Jammu dan Kashmir ke dalam India
atau Pakistan mesti diputuskan melalui metode demokratis pemungutan
suara yang adil dan tidak memihak," ujarnya menambahkan.
Menurut
Qazi, penyelesaian sengketa itu sebagaimana dijanjikan oleh Resolusi 47
Dewan Keamanan PBB pada 1948. Resolusi Dewan Keamanan PBB menolak klaim
India atas Kashmir dan menetapkan hak untuk menentukan nasib sendiri
sebagai prinsip yang mengatur bagi penyelesaian sengketa Kashmir.
Sajjad
Qazi menyayangkan upaya Pakistan untuk mewujudkan perdamaian dan
kestabilan di Asia Selatan diremehkan. Ia menekankan dukungan Pakistan
yang terus-menerus bagi perdamaian dan dialog kendati retorika perang
kerap dilontarkan oleh India.
Hubungan antara kedua negara
tetangga pemilik senjata nuklir tersebut bertambah keruh ketika pesawat
tempur dari kedua pihak terlibat perseteruan di udara di sepanjang
perbatasan Kashmir. India dan Pakistan saling mengklaim telah
menembak-jatuh pesawat masing-masing. Seorang pilot India dilaporkan
ditangkap.
Pakistan namun tak mau berlama-lama menahan
pilot India Abhinandan Varthaman. Pilot itu sudah diserahkan ke pihak
India. AS, Uni Eropa, Turki dan banyak negara lain mendesak kedua
negara tersebut agar menyelesaikan silang pendapat mereka melalui
pembicaraan.
Kedua negara bertetangga di Asia Selatan itu
telah tiga kali terlibat pertempuran --pada 1948, 1965 dan 1971, dua di
antaranya mengenai Kashmir-- sejak keduanya berpisah pada 1947.
Jakarta, CB -- Pakistan kembali membuka akses penerbangan sipil setelah kondisi Kashmir yang sempat memanas karena bentrokan dengan India kini mulai reda.
"Seluruh
bandara di Pakistan kembali beroperasi dan ruang udara kembali dibuka
sepenuhnya," demikian pernyataan Otoritas Penerbangan Sipil Pakistan
pada Senin (4/3).
Dikutip AFP, pembukaan ruang udara dan bandara efektif per Senin siang sekitar pukul 13.00 waktu lokal.
Keputusan
itu diambil setelah ketegangan di Kashmir mereda. Pakistan dan India
sudah tak lagi saling menembak jatuh pesawat militer.
Pakistan juga telah membebaskan dua pilot India yang sempat ditahan karena diklaim menerobos masuk wilayahnya.
Penurunan ketegangan ini mengakhiri penutupan ruang udara yang berlaku
sejak Rabu pekan lalu. Akibat penutupan ini, ribuan orang dilaporkan
terdampar di berbagai bandara di dunia karena Pakistan merupakan salah
satu rute utama penerbangan dari Asia Tenggara ke Eropa.
Peta
jalur penerbangan dari dan menuju Pakistan yang diunggah di Twitter oleh
perusahaan pelacak penerbangan Flightradar24 pada Rabu (27/2)
menunjukkan semua penerbangan telah berhenti.
Analis penerbangan Geoffrey Thomas mengatakan gangguan rute itu kemungkinan akan menelan biaya jutaan dolar.
Selain
penerbangan, penutupan bandara juga memperlambat upaya pencarian
seorang pendaki asal Inggris dan Italia yang hilang di Gunung Nanga
Parbat, Pakistan.
Penundaan terjadi lantaran tim penyelamat terpaksa menunggu izin terbang bagi helikopter yang digunakan untuk proses pencarian.
India tidak berencana untuk melakukan serangan baru di perbatasan dengan Pakistan. Foto/Istimewa
MOSKOW - India tidak berencana untuk melakukan serangan baru di perbatasan dengan Pakistan
dan ketegangan di Kashmir secara bertahap akan stabil. Hal itu
diungkapkan oleh Duta Besar India untuk Rusia Shri D. Bala Venkatesh
Varma mengatakan kepada Sputnik dalam sebuah wawancara.
"Tidak, kami tidak punya rencana (seperti) itu pada saat ini," kata Varma menjawab pertanyaan seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (3/3/2019).
Menurut
utusan India itu, New Delhi telah dengan jelas menyatakan tidak
tertarik dengan eskalasi dan cara terbaik agar situasi kembali normal
adalah Pakistan memerangi kelompok teroris.
"Ini
bukan perjuangan antara India dan Pakistan. Ini adalah masalah
perlindungan India terhadap kepentingannya dalam menghadapi ancaman dari
kelompok-kelompok teroris. India bukan satu-satunya negara di kawasan
yang menderita atas tindakan mereka," ujarnya.
Menurut Varma,
dengan mengatakan India menolak gagasan dilibatkannya mediator untuk
melesaikan krisis dengan Pakistan, ia percaya bahwa Islamabad perlu
mengambil langkah-langkah spesifik untuk memerangi kelompok teroris.
"Saya
perlu mengklarifikasi bahwa tidak ada tawaran mediasi resmi. Dan bahkan
jika itu dibuat, kami tidak akan menerimanya. Tidak ada negara yang
menawarkan untuk menengahi antara India dan Pakistan. Ada percakapan
telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India
Narendra Modi tadi malam, dan titik mediasi tidak disebutkan sama
sekali," ungkap Varma.
Ia menekankan bahwa posisi Rusia sangat
mendukung tindakan India. Pakistan harus mengambil tindakan terhadap
kelompok-kelompok teroris di wilayahnya.
"Kami selalu siap untuk dialog dengan Pakistan dalam suasana yang bebas dari terorisme," kata duta besar.
Lebih
lanjut Varma mengatakan bahwa Rusia dapat mempengaruhi Islamabad untuk
berhenti membiarkan kelompok-kelompok teroris menggunakan wilayah negara
itu.
"Peran Rusia adalah terus memberikan pengaruhnya pada
Pakistan untuk tidak mengizinkan wilayahnya digunakan oleh kelompok
teror," ucapnya.
Dia mencatat bahwa Rusia telah mengambil posisi
yang jelas dan tidak ambigu mengenai peningkatan hubungan India dan
Pakistan saat ini.
"Presiden Vladimir Putin menyatakan
dukungannya dalam percakapan dengan Perdana Menteri India Narendra
Modi," tambah diplomat India itu.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri
Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow akan mengatur platform untuk
pembicaraan Indo-Pakistan jika kedua negara menyatakan keinginan untuk
menegosiasikan perselisihan tersebut.
Pernyataan
itu muncul setelah Angkatan Udara India melakukan serangan terhadap
dugaan pangkalan teroris di Kashmir yang dikuasai Pakistan,
menghancurkan beberapa fasilitas pada 26 Februari lalu. Serangan udara
New Delhi dilakukan sebagai tanggapan terhadap serangan bunuh diri yang
diklaim oleh organisasi teroris yang berbasis di Pakistan
Jaish-e-Mohammad pada 14 Februari lalu.
Setelah serangan itu,
India menuduh Pakistan mendukung kelompok-kelompok teroris. Islamabad,
pada gilirannya, menolak tuduhan itu sebagai tuduhan yang tidak
berdasar, menyarankan untuk melakukan penyelidikan bersama dengan New
Delhi atas insiden tersebut.
Insiden itu memperumit hubungan
yang sudah tegang antara New Delhi dan Islamabad, sekali lagi
menempatkan wilayah itu di ambang konflik militer.
Masyarakat Kashmir berebut membeli tiket bus untuk mengungsi
ke tempat yang lebih aman. Kehidupan ribuan masyarakat Kashmir mendadak
berubah 180 derajat setelah India dan Pakistan melancarkan agresi
militer. Sumber: Reuters
CB, Jakarta - Kehidupan ribuan masyarakat Kashmir mendadak
berubah 180 derajat setelah India dan Pakistan melancarkan agresi
militer. Ada yang melarikan diri dari rumah, ada yang berlindung di
bunker, ada pula yang menggali tanah agar bisa melihat pertempuran
pasukan militer India dan Pakistan.
Wilayah Garis Kendali atau
LoC atau Kashmir saat ini telah menjadi medan pertempuran India dan
Pakistan. Agresi militer dipicu serangan bom mobil pada 14 Februari 2019
di Kashmir yang menewaskan 40 tentara India. Kashmir adalah wilayah
yang masih diperebutkan India dan Pakistan.
Pasukan
militer India berjaga-jaga sebelum dilakukan pembebasan pilot Angkatan
Udara India Abhinandan, yang ditangkap Pakistan pada hari Rabu, di
perbatasan Wagah, di pinggiran kota utara Amritsar, India, 1 Maret 2019.
Pakistan membebaskan pilot India yang ditahan setelah pesawatnya
ditembak jatuh di wilayah Kashmir. REUTERS/Danish Siddiqui
Pertempuran
pasukan India dan Pakistan meletup dua pekan setelah serangan bom
mobil. Masyarakat Kashmir melihat jet-jet tempur berseliweran di atas
kepala mereka dan tiarap di bawah hujan tembakan.
Dikutip dari
english.alarabiya.net, Minggu, 3 Maret 2019, setidaknya dua ribu orang
yang tinggal di wilayah perbatasan meninggalkan tempat tinggal mereka.
Otoritas berwenang meliburkan sekolah. Di sejumlah distrik terlihat
eksodus warga.
"Semakin
banyak orang meninggalkan tempat tinggal mereka dan berlindung ke
tempat yang lebih aman," kata Umar Azam, pejabat senior Kotli, Kashmir.
Di
sejumlah wilayah khususnya area perbatasan, akses internet sudah
terputus. Perempuan, laki-laki dan anak-anak dengan membawa tas-tas
besar berduyun-duyun di jalan-jalan utama Kashmir untuk mengungsi. Ada
pula mereka yang mengungsi itu ambil membawa hewan ternak mereka.
Habib
Ullah Awan, 46 tahun, seorang pemilik toko sembako di Chakothi, wilayah
perbatasan India - Pakistan, mengatakan hujan peluru masih terjadi
ketika dia meninggalkan rumahnya bersama delapan anggota keluarga yang
lain pada Rabu pagi.
Sebagian besar masyarakat desa Chakothi mengungsi ke Muzaffarabad, jantung wilayah Kashmir yang
dikuasai Pakistan atau tinggal menumpang di rumah sanak - saudara di
desa yang lain. Mereka yang tak punya kerabat yang bisa menampung, pergi
ke kamp Hattian Bala yang dibangun oleh pemerintah setempat.
Sedikitnya 8 orang tewas dalam pertempuran India-Pakistan di Kashmir. Foto/Ilustrasi
SRINAGAR - Tentara India dan Pakistan kembali terlibat pertempuran.
Tentara masing-masing negara menjadikan pos dan desa di sepanjang
perbatasan Kashmir yang bergejolak menjadi sasaran. Sedikitanya enam
warga sipil dan dua tentara Pakistan tewas dalam insiden tersebut.
Pertempuran
kembali pecah pada Jumat malam. Militer Pakistan mengatakan dua
tentaranya tewas dalam baku tembak dengan pasukan India di dekat Garis
Kontrol yang memisahkan Kahsmir dengan dua negara bermusuhan itu. Ini
adalah korban tewas pertama bagi pasukan Pakistan sejak Rabu, ketika
ketegangan meningkat secara dramatis kedua negara.
Sementara itu,
polisi India mengatakan dua saudara kandung dan ibu mereka terbunuh di
Kashmir yang dikuasai negara itu. Ketiganya tewas setelah sebuah peluru
yang ditembakkan oleh tentara Pakistan menghantam rumah mereka di
wilayah Poonch dekat Garis Kontrol. Ayah anak-anak itu terluka parah.
Di
Kashmir yang dikuasai Pakistan, pejabat pemerintah Umar Azzam megatakan
pasukan India dengan senjata berat membidik membidik penduduk desa
perbatasan tanpa pandang bulu di sepanjang Garis Kontrol, membunuh
seorang anak lelaki dan melukai tiga orang lainnya. Dia mengatakan
beberapa rumah dihancurkan oleh penembakan India.
Setelah sempat
jeda selama beberapa jam, penembakan kembali berlanjut pada Sabtu
(2/3/2019). Militer Pakistan menyatakan dua warga sipil tewas dan dua
lainnya cedera dalam pertempuran baru itu. Tentara India mengatakan
pasukan Pakistan menyerang pos-pos India di beberapa tempat di sepanjang
garis militer seperti dilansir dari AP.
Ketegangan
telah meningkat sejak pesawat India melintas ke Pakistan Selasa lalu.
India menyebut hal itu sebagai serangan pendahuluan terhadap gerilyawan
yang dituduh melakukan bom bunuh diri pada 14 Februari lalu di Kashmir
yang dikuasai India yang menewaskan 40 tentara India.
Pakistan
kemudian membalas, menembak jatuh sebuah jet tempur India pada hari
Rabu dan menahan pilotnya, yang kemudian dikembalikan ke India pada hari
Jumat kemarin dengan sikap damai.
Kekerasan saat ini menandai
eskalasi paling serius dari konflik yang lama membara sejak 1999, ketika
militer Pakistan mengirim pasukan darat ke Kashmir yang dikuasai India.
Pada tahun itu juga sebuah jet tempur India menembak jatuh sebuah
pesawat angkatan laut Pakistan, menewaskan semua penumpangnya yang
berjumlah 16.
Inida-Pakistan tampaknya tidak berdamai dalam waktu dekat. (Foto: REUTERS/Danish Ismail)
Jakarta, CB -- Tensi semakin meninggi antara India dan Pakistan setelah pada Sabtu (2/3) terjadi baku tembak yang berakhir dengan terbunuhnya tujuh orang dari kedua pihak.
Hanya
dalam 24 jam, dua tentara dan dua warga sipil Pakistan disebut AFP
tewas tertembak. Di pihak seberang, seorang wanita dan dua anaknya
meninggal setelah rumah mereka dihancurkan oleh mortir.
Di wilayah Kashmir
di India, warga setempat diminta berlindung di bunker sementara polisi
memerintahkan pengosongan jalan. Panglima Angkatan Darat India harus
tergopoh-gopoh menuju Udhampur untuk meninjau keamanan perbatasan.
Pekan
lalu, situasi menjadi semakin riuh ketika India menyebut dua pasukan
paramiliter dan pejabat polisi unit kontra terorisme mereka meninggal
dalam sebuah kontak senjata. Keesokannya, seorang pengunjuk rasa
meninggal ditembak polisi India.
Padahal, pada Kamis (28/2), Menteri Luar Negeri Pakistan Shah
Mahmood Qureshi menyatakan pihaknya siap memulangkan pilot helikopter
India yang ditangkap di Kashmir, jika tindakan tersebut memang dapat
meredakan ketegangan dengan Pakistan.
Jumat (1/3), janji tersebut
ditepati. Abhinandan Varthaman pulang dengan pengawalan ketat melalui
pos perbatasan di Kota Lahore, Pakistan. Namun kemudian beredar sebuah
video yang menampilkan Varthaman memuji para penculiknya dan mengkritik
media India.
Laporan-laporan media lokal mengatakan bahwa video itu dibuat di bawah paksaan Pakistan.
Perdana
Menteri India, Narendra Modi menegaskan, tidak ada seorang pun yang
boleh mengancam India yang baru, yang tak kenal takut dan berani
menentukan langkah. Ia juga mengatakan bahwa negaranya membutuhkan
pesawat jet tempur Rafale yang ingin dibeli di Prancis.
"Jika India menyelesaikan pengadaan Rafale tepat waktu, maka hasil
pertempuran baru-baru ini dengan Pakistan bisa berbeda," katanya.
Melalui
Adel al-Jubeir sebagai Menteri Luar Negeri, Arab Saudi pun angkat
suara, menawarkan diri membantu mengakhiri permusuhan ini.
"Dia
[al-Jubeir] mengunjungi kami dan juga akan mengunjungi India. Dia adalah
teman kami dan kami memiliki hubungan sejarah dengan Arab Saudi," kata
Qureshi, dilansir AFP.
Kereta yang mengangkut truk dan senjata artileri tentara
India di sebuah stasiun kereta di pinggiran Jammu, India, Kamis, 28
Februari 2019. Konflik antara India dengan Pakistan dipicu serangan bom
mobil terhadap konvoi tentara India di Distrik Pulwama, Kashmir pada 14
Februari lalu. REUTERS
CB, Jakarta - Pakistan dan India saling menembakkan artileri di sepanjang perbatasan Kashmir setelah pembebasan pilot tempur India.
Menurut
laporan Aljazeera, 3 Maret 2019, pertempuran terjadi di sepanjang garis
perbatasan Line of Control (LoC), dan menewaskan lima warga sipil dan
dua tentara.
Kedua negara nuklir tersebut mulai menembakkan peluru
mortir dan artileri setelah pembebasan pesawat tempur India yang
ditangkap, usai pesawat MiG-21 Angkatan Udara India ditembak jatuh
Pakistan.
Pertempuran yang terjadi pada Sabtu sore membuat dua kakak=beradik
dan ibunya tewas akibat peluru artileri yang ditembakkan militer
Pakistan di wilayah Poonch, dekat dengan LoC, yang membagi wilayah
Himalaya dengan dua negara.
"Pukul 6 pm, Pakistan mulai
membombardir selama tiga jam. Salah satu peluru yang ditembakkan
Pakistan menghantam rumah, menyebabkan satu keluarga tewas, termasuk dua
anak-anak," kata penduduk Poonch, Mohammad Saleem. Sang ayah dari
keluarga tersebut dilaporkan kritis dan dibawa ke rumah sakit.
Masyarakat
Kashmir berebut membeli tiket bus untuk mengungsi ke tempat yang lebih
aman. Kehidupan ribuan masyarakat Kashmir mendadak berubah 180 derajat
setelah India dan Pakistan melancarkan agresi militer. Sumber: Reuters
Sementara
penduduk di Uri, 50 kilometer dari Poonch, mengungsi ke wilayah yang
lebih aman karena takut terkena bombardir artileri Pakistan di sepanjang
garis LoC.
Di wilayah Kashmir Pakistan, seorang pria dan bocah
laki-laki di Nakiyal tewas. Rumah sakit setempat mengatakan seorang pria
juga terluka di Tatta Pani.
Militer Pakistan mengkonfirmasi dua tentaranya tewas di Nakiyal.
Pemerintah
India dan Pakistan saling menyalahkan atas setiap konfrontasi militer
yang terjadi di Kashmir. Baik India dan Pakistan mengatakan tentara
mereka hanya membalas aksi satu sama lain karena melanggar pelanggaran
perjanjian gencatan senjata 2003 di beberapa sektor di sepanjang
perbatasan Kashmir, yang menargetkan kedua pos tentara serta desa.
India menolak menunjukkan bukti serangan udara di di Pakistan menewaskan militan. Foto/Ilustrasi/Istimewa
SRINAGAR
- Seorang menteri utama India mengatakan pemerintah tidak akan
membagikan bukti bahwa "sejumlah besar" gerilyawan tewas dalam serangan
udara di Pakistan minggu ini. Hal itu disebabkan munculnya keraguan
adanya korban dalam serangan udara yang memicu ketegangan dengan
Pakistan.
Pesawat-pesawat tempur India melakukan serangan udara
pada hari Selasa di dalam Balakot Pakistan timur laut yang disebut New
Delhi sebagai kamp-kamp militan. Namun Islamabad membantah ada kamp
seperti itu, sama seperti penduduk desa setempat.
Pakistan
mengatakan bom-bom India menghantam lereng bukit yang sebagian besar
kosong tanpa melukai siapa pun. Beberapa pemimpin oposisi India pun
meminta pemerintah untuk memberikan bukti serangan.
Tetapi
Menteri Keuangan India Arun Jaitley, salah satu pembantu utama Perdana
Menteri Narendra Modi, mengatakan tidak ada lembaga keamanan yang pernah
berbagi rincian operasional.
"Ini sikap yang sangat tidak
bertanggung jawab," kata Jaitley pada konferensi yang diselenggarakan
oleh kelompok media India Today.
"Angkatan bersenjata harus
memiliki, dan badan-badan keamanan dan intelijen kita harus memiliki,
kelonggaran penuh dalam menghadapi situasi, dan jika ada yang ingin
rincian operasional diumumkan kepada publik dia tentu saja tidak
memahami sistem," cetusnya seperti dilansir dari Reuters, Minggu (3/3/2019).
Para
pejabat Angkatan Udara India sebelumnya mengatakan hal itu tergantung
kepada para pemimpin politik untuk memutuskan kapan dan bagaimana
merilis bukti serangan Balakot.
Jaitley
menepis anggapan bahwa peningkatan ketegangan yang cepat dengan
Pakistan ada hubungannya dengan politik dalam negeri India menjelang
pemilihan umum yang akan diadakan Mei nanti. Lembaga survei berharap
partai yang berkuasa mendapat manfaat dari semangat nasionalistis yang
melanda negeri itu.
Ketegangan meningkat dengan cepat setelah
aksi bom mobil bunuh diri pada 14 Februari yang menewaskan sedikitnya 40
polisi paramiliter India di Kashmir yang dikuasai India. India menuduh
Pakistan menyembunyikan kelompok Islamis Jaish-e Mohammad yang mengklaim
melakukan pemboman.
Ilustrasi pasukan India di Kashmir. (REUTERS/Danish Ismail)
Jakarta, CB -- Pertikaian antara India dan Pakistan di wilayah Kashmir masih terjadi. Kedua negara saling serang dengan melepaskan tembakan meriam dan kontak senjata.
Seperti dilansir Associated Press,
Sabtu (2/3), serangan artileri Pakistan menghantam sebuah rumah warga
di daerah Pooch, wilayah Kashmir bagian India. Akibatnya seorang ibu dan
dua anaknya meninggal. Sedangkan suaminya kritis.
Pasukan India
juga melepaskan serangan balasan ke wilayah Kashmir bagian Pakistan. Bom
itu jatuh di sebuah desa dan menewaskan seorang anak dan melukai tiga
orang lain.
Selain itu, dua tentara Pakistan meninggal dalam kontak senjata dengan pasukan India di wilayah Nakiyal.
Pada Kamis lalu, India menyatakan dua pasukan paramiliter dan pejabat
polisi unit kontra terorisme mereka meninggal ketika terlibat kontak
senjata dengan kelompok bersenjata. Keesokan harinya, seorang pengunjuk
rasa meninggal ditembak polisi India.
Kedua belah negara mengklaim aksi saling serang itu dilakukan karena pasukan India dan Pakistan menargetkan pos penjagaan.
Warga
sipil yang tinggal di wilayah dekat Garis Kendali (LoC) Kashmir
mengungsi menghindari pertempuran yang terus terjadi. Namun, posisi
mereka rentan karena masih berada di tengah-tengah konflik.
Ketegangan
di Kashmir ini meningkat setelah bom bunuh diri menerjang konvoi
militer India di wilayah itu pada 14 Februari lalu dan menewaskan 40
personel di dalamnya. India menuding Pakistan menyembunyikan dalang
serangan itu, yakni kelompok Jaish-e-Muhammad.
India
lantas mengirim dua jet tempurnya ke wilayah Kashmir bagian Pakistan
tetapi berhasil dihalau. Keesokan harinya militer Pakistan mengirim
pesawat ke wilayah Kashmir bagian India dan menjatuhkan bom sebagai aksi
menggertak. Hal itu dilakukan supaya India tidak lagi menerobos
perbatasan.
Saat itu, India juga mengirim jet tempur dan mencegat
pesawat Pakistan. Kedua belah pihak terlibat pertempuran udara, dan
akibatnya dua pesawat dari masing-masing negara ditembak jatuh.
Meski
hidup bertetangga, relasi India dan Pakistan selalu terganjal konflik
di Kashmir. Sejak merdeka dari Inggris, Kashmir dibagi dua menjadi
wilayah untuk India dan Pakistan. Kedua negara kemudian bertarung untuk
memperebutkan keseluruhan wilayah Kashmir.
India dan Pakistan tercatat telah berperang sebanyak dua kali
memperebutkan wilayah Kashmir, yakni pada Perang India-Pakistan pada
1947 dan pada 1999 dalam Perang Kargil. Masing-masing juga menyimpan
lebnih dari seratus hulu ledak nuklir.
Pemerintah Pakistan
memenuhi janji dengan memulangkan pilot jet tempur India, Abhinandan
Varthaman, yang pesawatnya ditembak dan jatuh di Kashmir bagian
Pakistan. Dia dikembalikan dengan pengawalan ketat melalui pos
perbatasan di Kota Lahore, Pakistan, pada Jumat kemarin, pukul 20.50
waktu setempat
India menyambut baik rencana Pakistan untuk membebaskan pilot mereka yang ditangkap Islamabad. Foto/Istimewa
NEW DELHI - Para pejabat militer India mengatakan mereka menyambut baik rencana Pakistan
untuk mengembalikan pilot yang ditangkap. Meski begitu mereka menolak
mengkonfirmasi akan mengurangi konflik antara kedua negara.
Pilot
India, yang diidentifikasi sebagai Komandan Wing Abhinandan, menjadi
wajah manusia dari gejolak di atas wilayah yang diperebutkan Kashmir
setelah videonya dirilis, menunjukkan dia ditangkap dan kemudian
ditahan.
"Kami senang pilot kami dilepaskan," kata Wakil Marsekal
Udara RGK Kapoor, pada konferensi pers bersama tiga angkatan bersenjata
India, Kamis malam waktu setempat.
Namun
dia tidak menjawab saat wartawan bertanya apakah India menganggap
kembalinya Abhinandan akan meredakan eskalasi konflik seperti dilansir
dari Reuters, Jumat (1/3/2019).
Sebelumnya, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan pihaknya akan membebaskan pilot India yang ditahan.
"Sebagai
isyarat damai kami akan membebaskannya besok," kata Khan kepada
parlemen Pakistan, Kamis sore. Anggota parlemen Pakistan pun memukul
meja mereka sebagai tanggapan.
Amerika
Serikat (AS), China, Uni Eropa dan negara-negara lain mendesak kedua
negara menahan diri, karena ketegangan meningkat setelah pemboman mobil
bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 40 polisi paramiliter India di
Kashmir yang dikuasai India pada 14 Februari lalu.
Pada
hari Selasa, India mengatakan pihaknya menghantam sebuah kamp pelatihan
untuk kelompok militan yang berbasis di Pakistan yang mengaku
bertanggung jawab atas serangan bunuh diri di Kashmir, dan sumber senior
pemerintah mengatakan kepada wartawan bahwa 300 gerilyawan telah
terbunuh.
Pakistan
membantahnya, mengatakan serangan itu gagal dan tidak ada yang tewas,
dengan mengatakan bom dijatuhkan di lereng bukit yang sebagian besar
kosong. Pakistan juga membantah ada kamp militan di daerah itu. Penduduk
setempat mengatakan mereka tidak melihat tanda-tanda korban besar atau
kerusakan signifikan, dengan hanya satu orang yang diketahui terluka
oleh serangan itu.
Ditanya
tentang kerusakan yang disebabkan oleh pesawat tempur India dalam
serangan udara Selasa, Kapoor mengatakan masih terlalu dini untuk
memberikan rincian tentang korban. Tetapi mereka mengatakan mereka
memiliki bukti "kredibel" tentang kerusakan yang ditimbulkan oleh
serangan udara di kamp.
"Apa pun yang kami ingin hancurkan, kami lakukan," katanya.
Wilayah
Himalaya yang berpenduduk mayoritas Muslim telah menjadi pusat
permusuhan selama lebih dari 70 tahun, sejak pemisahan koloni Inggris di
India menjadi negara-negara yang terpisah dari Pakistan Muslim dan
mayoritas Hindu India.
Wilayah ini terbagi antara India, yang
memerintah Lembah Kashmir dan wilayah yang didominasi Hindu di sekitar
kota Jammu, dengan Pakistan, yang mengendalikan irisan wilayah di barat,
dan China, yang memiliki daerah dataran tinggi berpenduduk sedikit di
utara.
Juru
bicara Angkat Darat Pakistan, Mayor Jenderal Asif Ghafoor menuturkan
pihaknya menunjukkan sikap menahan diri saat menjatuhkan dua jet tempur
India, termasuk jet tempur MiG-21. Foto/Istimewa
ISLAMABAD
- Pakistan mengatakan mereka tidak ingin berperang dengan tetangga
mereka, India. Pernyataan ini muncul tidak lama setelah Pakistan
menyatakan mereka telah melakukan serangan udara di wilayah Kashmir yang
dikuasai India sebagai balasan atas serangan udara yang India awal
pekan ini.
India mencoba merespon dengan melakukan serangan di
wilayah Pakistan, namun sayangnya berhasil digagalkan. Dua jet tempur
India berhasil ditembak jatuh saat memasuki wilayah Pakistan, dengan dua
pilot ditangkap.
Juru bicara Angkat Darat Pakistan, Mayor
Jenderal Asif Ghafoor menuturkan pihaknya menunjukkan sikap menahan diri
saat menjatuhkan dua jet tempur India, termasuk jet tempur MiG-21.
"Kami
telah mengirim pesan ke India bahwa meskipun memiliki kemampuan untuk
terlibat, kami telah menunjukkan sikap menahan diri. Tujuan kami adalah
untuk mempertahankan tanah air kami, sekaligus memastikan tidak ada
provokasi yang tidak perlu untuk yang dapat meningkatkan ketegangan,"
ucap Ghafoor.
Ghafoor, seperti dilansir Rusia Today pada Rabu
(27/2), kemudian mengatakan bahwa Pakistan hanya ingin mempertahankan
diri. "Jika agresi dikenakan pada kami, kami akan membalas karena
membela diri. Pakistan tidak membawa kawasan kedalam peperangan,"
sambungnya.
Pakistan siap memulangkan pilot helikopter
India yang mereka tangkap di Kashmir jika tindakan tersebut dapat
meredakan ketegangan dengan negara tetangganya itu. (AP Photo/Mukhtar
Khan)
Jakarta, CB -- Pakistan menyatakan siap memulangkan pilot helikopter India yang mereka tangkap di Kashmir jika tindakan tersebut dapat membantu meredakan ketegangan dengan negara tetangganya itu.
"Kami
mau memulangkan pilot India yang ditangkap jika itu dapat meredakan
ketegangan," ujar Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mahmood Qureshi,
sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (28/2).
Pernyataan
kesiapan ini disampaikan setelah Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan,
mengusulkan dialog dengan India untuk menurunkan ketegangan di Kashmir.
"Dengan
persenjataan yang Anda (India) dan kami miliki, adakah kemungkinan kita
keliru melakukan perhitungan? Tidak kah kita berpikir kalau ketegangan
ini meningkat akan mengarah ke mana?" ucap Khan.
Khan kemudian mengakui bahwa pasukan Pakistan memang sempat sengaja
masuk ke dalam wilayah India untuk menggertak agar mereka tak lagi
menerobos perbatasan. Saat itu, India langsung menembak pesawat Pakistan
tersebut.
Namun, Khan menyatakan saat ini mereka harus menggunakan jalur diplomasi untuk menghindari peningkatan konflik.
"Rencana
kami memang tidak ingin ada korban jiwa. Kami cuma ingin menyampaikan
kepada India kalau kalian bisa memasuki wilayah Pakistan, kami juga bisa
melakukan hal yang sama dan menggelar operasi," kata Khan.
Menanggapi pernyataan Khan, India tetap menyatakan bahwa serangan
Pakistan itu sebagai provokasi. India pun mendesak agar Pakistan
memulangkan pilot mereka.
Ketegangan di Kashmir ini meningkat
setelah bom bunuh diri menerjang konvoi militer India di wilayah itu
pada 14 Februari lalu dan menewaskan 40 personel di dalamnya. India
menuding Pakistan sebagai dalang di balik serangan itu.
Meski
hidup bertetangga, relasi India dan Pakistan selalu terganjal konflik
di Kashmir. Sejak merdeka dari Inggris, Kashmir dibagi dua menjadi
wilayah untuk India dan Pakistan. Kedua negara kemudian bertarung untuk
memperebutkan keseluruhan wilayah Kashmir.
India dan Pakistan
tercatat telah berperang sebanyak dua kali memperebutkan wilayah
Kashmir, yakni pada Perang India-Pakistan pada 1947 dan pada 1999 dalam
Perang Kargil. Masing-masing juga menyimpan hulu ledak nuklir.
Jet tempur Mirage 2000 India menyerang kamp teroris di bagian Kashmir yang dikuasai Pakistan. Foto/Istimewa
ISLAMABAD - Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Pakistan diimbau untuk senantiasa waspada mengingat terjadinya eskalasi ketenganan antara India dan Pakistan di Kashmir. Imbauan itu dikeluarkan oleh pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Islamabad, Pakistan.
"Mencermati
perkembangan hubungan India-Pakistan yang akhir-akhir ini mengalami
peningkatan, KBRI Islamabad mengimbau kepada seluruh masyarakat
Indonesia di Pakistan untuk senantiasa waspada dan mengikuti setiap
perkembangan situasi keamanan," begitu imbauan yang dikeluarkan pihak
KBRI Islamabad dalam surat edaran yang diterima Sindonews, Kamis (28/2/2019).
Pihak
KBRI juga meminta WNI untuk membawa identitas dan menghindari kerumunan
masyarakat dan tempat-tempat yang dianggap tidak aman. WNI juga diimbau
untuk meningkatkan komunikasi dan interaksi dengan sesama WNI lainnya.
KBRI juga meminta kepada WNI untuk segera menghubungi KBRI jika mendapatkan atau mengalami hal-hal yang tidak dikehendaki.
"WNI
bisa menghubungi KBRI Islamabad pada hotline +92 345-857-1989 atau
telepon kantor +9251 2832017-10," demikian imbauan yang dikeluarkan
pihak KBRI Islamabad.
Pendukung partai politik Pakistan
Tehreek-e-Insaf (PTI) membakar patung mirip Perdana Menteri India
Narendra Modi dalam sebuah protes, yang menurut mereka, kekejaman India
di Kashmir, di Peshawar, Pakistan, Minggu (24/2/2019). ANTARA
FOTO/REUTERS/Fayaz Aziz/cfo
Istanbul, Turki, (CB) - Seorang cendekiawan AS asal
Pakistan menggambarkan ketegangan yang meningkat antara India dan
Pakistan sebagai masalah "internasional" dan bukan "bilateral", dan
mengatakan PBB mesti menengahi.
Ketika berbicara dengan Kantor Berita Turki, Anadolu, dalam satu
wawancara melalui telepon, Abdullah Al-Ahsan -- guru besar di Departemen
Ilmu Politik dan Hubungan Internasional di Istanbul Sehir University--
mengatakan, "India telah salah memperhitungkan Pakistan dan telah
membuat kekeliruan besar dengan menyerang Pakistan."
Pakistan pada Rabu (27/2) menyatakan negara itu telah menembak-jatuh dua
pesawat militer India yang memasuki wilayahnya dan menangkap seorang
pilot. Sementara itu India mengatakan telah menembak-jatuh satu jet
Pakistan dan kehilangan satu pesawatnya dalam proses tersebut di
sepanjang Jalur Pemantauan (LoC) --perbatasan de facto yang memisahkan
Lembah Kashmi, yang menjadi sengketa.
Satu helikopt militer India jatuh di Kashmir yang dikuasa India pada
Rabu, sehingga menewaskan enam orang di dalamnya dan satu warga sipil di
darat, kata lembaga penyiaran India, NDTV. Pakistan menyatakan
Islamabad tidak memiliki sangkut-paut dengan pesawat yang jatuh
tersebut.
Ketegangan antara kedua negara tetangga yang memiliki senjata nuklir itu
telah meningkat setelah satu pemboman bunuh diri di Jammu dan Kashmir,
sehingga menewaskan lebih dari 40 personel paramiliter India pada 14
Februari. Kelompok gerilyawan Jaish-e-Mohammad (JEM) mengaku
bertanggung-jawab atas serangan tersebut, yang dikatakan oleh India
memiliki markas di Pakistan, tuduhan yang dibantah oleh Islamabad.
Pada Selasa (26/2), beberapa jet tempur India memasuki wilayah udara
Pakistan untuk menyerang satu kamp JEM, dan New Delhi menyatakan telah
menewaskan beberapa gerilyawan, tapi para pejabat Pakistan membantah
pernyataan India itu. Pakistan telah melarang JEM sejak 2002.
"India mestinya menerima tawaran Pakistan untuk menyelidiki serangan
tersebut di Pulma (di Negara Bagian Jammu dan Kashmir, India Utara),
dengan menyediakan bukti mengenai keterlibatan Pakistan dalam peristiwa
itu," kata Al-Ahsan, sebagaimana dilaporkan Anadolu --yang dipantau
Antara di Jakarta, Kamis dini hari. Ia merujuk kepada seruan Perdana
Menteri Pakistan Imran Khan untuk memulai penyelidikan mengenai pemboman
bunuh diri tersebut.
Ia mendesak PBB atau Mahkamah Pidana Internasional untuk menjadi penengah dalam kasus itu.
"Saya berharap Pakistan menahan diri dari aksi pembalasan dalam waktu
dekat. Sebagaimana Perdana Menteri Imran Khan telah menawarkan kembali,
saya berharap India mau menerima tawaran Pakistan bagi dialog," tambah
Al-Ahsan.
Meningkatnya ketegangan dan kemungkinan perang antara kedua negara
pemilik nuklir tersebut juga akan mempengaruhi negara lain yang
bertetangga, kata Profesor itu.
"Jika terjadi perang antara India dan Pakistan, itu bukan hanya
mempengaruhi India dan Pakistan. Afghanistan, yang bersebelahan, juga
akan menderita. Negara lain juga akan terpengaruh," katanya.
"Mereka adalah negara nuklir. Anda tak bisa mengabaikan dampak dari energi nuklir, bom nuklir," kata Al-Ahsan.
Sebagian Jammu dan Kashmir, wilayah Himalaya dengan mayoritas warganya
Muslim, dikuasai oleh India dan Pakistan dan diklaim oleh kedua negara
itu secara keseluruhan. Sebagian kecil wilayah Kashmir juga dikuasai
oleh China.
Sejak mereka terpisah pada 1947, kedua negara di Asia Selatan tersebut
telah tiga kali berperang --pada 1948, 1965 dan 1971. Dua di antara
perang itu adalah mengenai Kashmir.
Spice
2000, bom pinter buatan Israel yang digunakan jet-jet tempur India
untuk menyerang wilayah Pakistan, Selasa lalu. Foto/Rafael
NEW DELHI
- Pesawat-pesawat jet tempur Angkatan udara India menggunakan bom-bom
pintar buatan Israel dalam serangan udara di wilayah Pakistan hari
Selasa lalu. Sumber-sumber keamanan India mengungkap penggunaan bom
tersebut kepada media lokal.
Konflik kedua negara di Kashmir
semakin memanas. Kedua militer sudah saling menyerang dan menembak jatuh
jet tempur satu sama lain pada Rabu kemarin.
Menurut laporan
media-media India, lima pesawat jet tempur Mirage yang dipersenjatai
dengan bom pintar Spice 2000 buatan Israel untuk menyerang apa yang
dikatakan New Delhi sebagai kamp pelatihan teroris pada Selasa lalu.
Setiap
bom berbobot 1.000 kilogram dan beroperasi pada koordinat GPS. Menurut
salah satu sumber, senjata itu juga dilengkapi dengan teknologi yang
membuatnya kebal terhadap gangguan atau defleksi.
Islamabad
meremehkan serangan tersebut dengan mengklaim tidak ada korban. Namun,
versi New Delhi serangan itu sebagai serangan pendahuluan dengan banyak
korban tewas dari kubu gerilyawan yang bermarkas di Pakistan.
Serangan
udara India itu sebagai respons atas serangan bom bunuh diri di wilayah
Kashmir yang dikuasai India pada 14 Februari 2019. Serangan bom itu
menewaskan lebih dari 40 polisi paramiliter India. Pakistan membantah
terlibat dalam serangan itu, tetapi bersumpah untuk menanggapi operasi
militer India di wilayahnya.
Beberapa wartawan, termasuk jurnalis Associated Press,
dengan susah payah mendaki bukit Kangaran Nallah ke lokasi serangan bom
India pada hari Selasa di dekat kota Balakot, wilayah Kashmir Pakistan.
Mereka, seperti dikutip Haaretz, Kamis (28/2/2019), melihat
beberapa kawah besar, beberapa pohon terbalik dan penduduk desa
bertanya-tanya mengapa mereka menjadi sasaran.
Juru bicara
militer Pakistan, Mayor Jenderal Asif Ghafoor, mengatakan
pesawat-pesawat India menyeberang ke sektor Muzafarabad di Kashmir yang
dikuasai Pakistan. Dia mengatakan Pakistan mengirim sejumlah pesawat jet
tempur dan jet-jet tempur India melepaskan muatan senjatanya dengan
tergesa-gesa di dekat Balakot.
Menteri
Luar Negeri India Vijay Gokhale mengatakan kepada wartawan di New Delhi
bahwa jet tempur India menargetkan kamp Jaish-e-Mohammad dalam serangan
pre-emptive setelah intelijen mengindikasikan akan ada serangan lain sedang direncanakan.
Israel
dikenal sebagai pemasok senjata utama bagi tentara India. Kedua negara
dalam beberapa tahun terakhir menyepakati penjualan senjata dengan nilai
kontrak mencapai satu miliar dolar. Selama dua tahun terakhir, pasukan
Israel dan India melakukan latihan bersama, dan pejabat senior militer
India mengunjungi Israel.
Israel Aerospace Industries pada tahun
2017 sepakat memasok sistem pertahanan udara kepada tentara India, dalam
apa yang disebut sebagai salah satu kesepakatan senjata terbesar dalam
sejarah industri keamanan Israel.
Pesawat tempur India yang ditembak jatuh di Kashmir. (REUTERS/Danish Ismail)
Jakarta, CB -- Pemerintah Indonesia turut mengimbau kepada Pakistan dan India supaya menurunkan ketegangan dan mencari solusi damai terkait konflik di wilayah Kashmir.
Sebab, aksi saling serang melalui udara kedua negara itu semakin
mengkhawatirkan dan bisa menjurus kepada situasi perang terbuka.
"Indonesia
mendorong semua pihak terkait untuk menahan diri semaksimal mungkin,
segera mengambil langkah guna mengurangi ketegangan dan mencegah
terjadinya eskalasi dari konflik di Jammu-Kashmir," demikian pernyataan
Kementerian Luar Negeri Indonesia, seperti dikutip CNNIndonesia.com, Rabu (28/2).
Indonesia
menyatakan mengikuti perkembangan situasi di Kashmir dan turut prihatin
dengan hubungan antara India dan Pakistan yang memburuk. Kedua negara
itu diharapkan bisa menemukan jalan keluar demi merawat kestabilan
keamanan dan perdamaian di kawasan Asia Selatan.
"Sebagai
dua negara penting di Asia Selatan, Indonesia mengharapkan kiranya kedua
negara dapat terus menjadi bagian dari upaya terwujudnya kawasan
Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera," lanjut isi pernyataan
Kemenlu.
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, mengusulkan dialog dengan India
untuk menurunkan ketegangan setelah saling serang di kawasan Kashmir.
Akan tetapi, pemerintah India mendesak supaya salah satu pilot mereka
yang ditangkap segera dikembalikan.
Khan menyatakan saat ini
mereka harus menggunakan jalur diplomasi untuk menghindari konflik
semakin meningkat. Namun, dia menyatakan serangan ke wilayah India
kemarin memang sengaja dilakukan di kawasan tak berpenghuni hanya untuk
membuat gentar.
Akan tetapi, India menyangkal argumen Pakistan. Mereka menyatakan serangan itu menargetkan pangkalan militer India.
Pakistan
meluncurkan serangan udara ke wilayah Kashmir bagian India, sebagai
balasan atas operasi pada Selasa lalu. Pesawat mereka lantas dicegat
oleh jet tempur India dan terjadi pertempuran udara.
Alhasil, satu pesawat tempur India ditembak dan jatuh di wilayah Pakistan. Sang pilot, Kapten Abhi Nandan, ditangkap.
India
menyebut operasi militer Pakistan adalah bentuk provokasi. Mereka juga
meminta Abhi tidak dianiaya dan segera dikembalikan.
"Pakistan
harus memastikan tentara India itu tidak dilukai. India juga berharap
dia segera dipulangkan," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri
India.
Sedangkan Pakistan juga kehilangan sebuah jet tempur Mig-21 Bison. Pesawat itu jatuh di wilayah Kashmir yang mereka kendalikan.
Meski
hidup bertetangga, relasi India dan Pakistan selalu terganjal konflik
di Kashmir. Sejak merdeka dari Inggris, Kashmir dibagi dua menjadi
wilayah untuk India dan Pakistan. Kedua negara kemudian bertarung untuk
memperebutkan keseluruhan wilayah Kashmir.
India dan Pakistan
tercatat telah berperang sebanyak dua kali memperebutkan wilayah
Kashmir, yakni pada Perang India-Pakistan pada 1947 dan pada 1999 dalam
Perang Kargil.
Ketegangan kedua negara kembali memanas di Kashmir setelah bom bunuh
diri menerjang konvoi militer India di wilayah itu pada 14 Februari
lalu. Insiden itu menewaskan setidaknya 40 personel militer India.
Sejumlah
negara, yakni China, Amerika Serikat, hingga Inggris meminta kedua
belah pihak menahan diri dan menghindari perang terbuka.