WASHINGTON
- Rusia diketahui tengah mengembangkan drone bawah air yang
dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir, Poseidon. Pihak intelijen
Amerika Serikat (AS) pun memberikan perhatian lebih terhadap senjata
Rusia ini.
Pada bulan November, Kremlin melakukan uji coba ke-11 dan yang terakhir diketahui dari senjata bertenaga nuklir, dijuluki "Poseidon," dapat melakukan navigasi secara mandiri dan melakukan perjalanan terus menerus setelah diluncurkan dari kapal selam.
Intelijen AS mengatakan Poseidon dijadwalkan untuk bergabung dengan 'gudang senjata' Rusia tidak lebih awal dari 2027.
Pada bulan November, Kremlin melakukan uji coba ke-11 dan yang terakhir diketahui dari senjata bertenaga nuklir, dijuluki "Poseidon," dapat melakukan navigasi secara mandiri dan melakukan perjalanan terus menerus setelah diluncurkan dari kapal selam.
Intelijen AS mengatakan Poseidon dijadwalkan untuk bergabung dengan 'gudang senjata' Rusia tidak lebih awal dari 2027.
Laporan intelijen sebelumnya, yang dikuratori pada musim semi lalu, menghitung bahwa Avangard kemungkinan akan mencapai kemampuan operasional pada tahun 2020, sebuah langkah signifikan yang akan memungkinkan Kremlin untuk melampaui AS dan China dalam hal ini.
Rudal jelajah yang diluncurkan di udara dijuluki "Kinzhal," yang berarti "belati" dalam bahasa Rusia. Rudal ini telah diuji setidaknya tiga kali dan dipasang serta diluncurkan 12 kali dari jet tempur Rusia MiG-31. Selain itu, pekerjaan sedang dilakukan untuk memasang senjata ini pada pembom strategis.
Pekan lalu, CNBC melaporkan bahwa hampir 20 dari rudal Rusia ini baru-baru ini dipindahkan ke lokasi pengujian militer, menandakan tonggak bersejarah lain untuk program senjata hipersonik Kremlin.
Credit sindonews.com