Minggu, 13 Februari 2022
PT PAL dan Naval Group Kerja Sama Produksi Kapal Selam Scorpene
Tahun ini KF-21 Boramae akan lakukan uji manuver skala penuh
Selasa, 14 Mei 2019
Militer AS Ciptakan Rudal Ninja, Senjata Presisi dengan 6 Pisau
Dikutip dari Mirror.co.uk, 13 Mei 2019, rudal R9X atau yang dijuluki "Ninja", dirancang untuk membunuh target teroris secara individual, misalnya membunuh seorang penumpang tanpa melukai pengemudi.
Tidak seperti rudal konvensional militer AS yang lain, bom Ninja atau Ginsu terbang tidak dilengkapi dengan peledak.
Tidak seperti senjata militer AS lainnya, 'bom Ninja' atau 'Ginsu terbang' tidak dilengkapi dengan bahan peledak, untuk mengurangi kerusakan yang tidak diinginkan dalam serangan. Senjata ini juga ditembakkan dari drone Reaper yang dioperasikan dari jarak jauh.
Dilaporkan rudal berpemandu laser telah digunakan oleh CIA dan Pentagon pada sasaran di Suriah, Irak, Libya, Yaman dan Somalia, termasuk Jamal al-Badawi, seorang tersangka dalam serangan teror mematikan terhadap kapal perusak angkatan laut Amerika.
Senjata itu hanya digunakan sekitar belasan kali sejak dikembangkan dari rudal Hellfire sepanjang 1,5 meter dengan berat 45 kg, dan dikerahkan pada 2017, menurut laporan Wall Street Journal mengutip sumber terkait.
Alih-alih meledak, bom ini menghancurkan target atau menghancurkan mereka dengan enam bilah pisau yang melayang keluar dari dalam rudal sekian detik sebelum menghantam target. Rudal dapat menembus mobil dan mengiris target di dalamnya dari jarak 8 km.
Tokoh senior Al-Qaeda Ahmad Hasan Abu Khayr al-Masri terbunuh oleh salah satu rudal Ninja ketika di dalam mobil.[Mirror.co.uk]
Presiden Barack Obama memerintahkan pengembangan rudal non-eksplosif setelah AS dikritik atas kematian warga sipil dalam serangan udara.
The Wall Street Journal mengklaim setidaknya dua tokoh teroris senior telah dibunuh oleh rudal Ninja.
Laporan mengidentifikasi mereka sebagai Ahmad Hasan Abu Khayr al-Masri, orang kedua di bawah komando Al-Qaeda, yang terbunuh dalam serangan udara AS di provinsi Idlib di Suriah pada Februari 2017.
Rudal itu merobek atap mobil, menewaskan kedua penumpang dalam serangan yang membuat mobil tetap utuh dan tidak tampak bekas terbakar.
Ini menimbulkan spekulasi bahwa AS menggunakan senjata baru setelah foto menunjukkan lubang besar di atap mobil.
Rudal Ninja dirancang untuk membunuh teroris individu dalam serangan presisi tinggi tanpa menimbulkan ledakan yang tidak perlu.[Mirror.co.uk]
Yang kedua terjadi pada Januari tahun ini ketika al-Badawi terbunuh saat mengemudi sendirian.
Dia dihukum di Yaman karena mendalangi pemboman USS Cole Oktober 2000. Serangan teror di sebuah pelabuhan di Yaman itu menewaskan 17 pelaut Amerika.
Dikatakan teroris telah berspekulasi tentang jenis senjata baru ini dan menggunakan perempuan atau anak-anak sebagai tameng hidup.
Inggris menguji coba rudal non-eksplosif di Irak pada 2003 ketika jet Tornado menembakkan "bom inert" yang dipandu laser, yang terbuat dari beton di tank dan artileri.
Data dari Biro Investigasi Jurnalisme mengklaim serangan pesawat drone militer AS dengan senjata konvensional dalam 15 tahun terakhir, telah menewaskan antara 769 hingga 1725 warga sipil, termasuk 253 hingga 397 anak-anak.
Credit tempo.co
Rusia Bakal Kirim Wahana ke Bulan, Dikendalikan Robot Manusia
“Misi Luna-29 akan diluncurkan pada 2028,” begitu dilansir Sputnik News Ahad, 12 Mei 2019.
Pesawat luar angkasa Luna-29 bakal memiliki berat 1.3 ton dan bakal diluncurkan dari Kosmodrom Vostochny, Rusia, menggunakan roket Angara-A5B. Roket ini menggunakan teknologi pendorong oksigen dan hidrogen.
Menurut sumber Sputnik News, ide penggunaan robot berbentuk manusia muncul belakangan. Ke depannya, pengendalian wahana antariksa di bulan bakal menggunakan tenaga dan keahlian kosmonot.
Lembaga antariksa Rusia Roscosmos tidak komentar soal informasi ini.
AS pernah membawa wahana antariksa ke bulan pada 1971 – 1972 saat misi berawak ke bulan pada Apollo-15, Apollo-16, dan Apollo-17.
Pada 1970 – 1973, Uni Sovyet meluncurkan wahana antariksa ke bulan, yang merupakan satelit alami bumi.
Pada November 2018, Roscosmos dan Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia untuk Antariksa mengembangkan konsep eksplorasi ke bulan. Rusia bakal membangun sebuah markas operasi di bulan pada 2036 dan 2040.
Credit tempo.co
Militer Korea Selatan Bakal Gunakan Robot Hewan saat Bertempur
Lembaga Defence Acquisition Program Administration atau DAPA Korea Selatan mengatakan akan memulai pengadaan robot hewan untuk kepentingan tempur.
“Biometrik robot bakal jadi penentu dalam perang di masa depan dan teknologi terkait bakal berdampak besar di industri pertahanan,” kata Park Jeong-eun, juru bicara DAPA, seperti dilansir Sputnik News pada Ahad, 12 Mei 2019.
Menurut DAPA, militer Korea Selatan tertinggal jauh dalam mengembangkan teknologi biometrik untuk pertempuran. Sejumlah negara yang lebih maju dalam bidang ini adalah AS, Jepang, Rusia, dan Cina.
Untuk mengejar ketertinggalan ini, militer Korea Selatan bakal menggandeng perusahaan swasta untuk mengaplikasikan teknologi biometrik untuk pertempuran.
Menurut ahli, hewan telah mengalami proses penyempurnaan selama jutaan tahun lewat proses evolusi sehingga dapat menjadi solusi. Ini termasuk untuk membuat robot menyerupai hewan.
Credit tempo.co
Senin, 22 April 2019
Pesawat Berkonsep Helikopter Akan Dijual Tahun Depan
Namun, pesawat itu akan digunakan untuk penerbangan medis, upaya pencarian dan penyelamatan, serta perjalanan eksekutif. Miliarder dan mantan Wali Kota New York Michael Bloomberg dilaporkan bahwa dia ingin membeli satu pesawat tersebut. Bloomberg bisa terbang dengan pesawat itu nanti di rumahnya.
Pesawat itu mampu terbang dengan kecepatan lebih dari 300 mil per jam (509 km per jam) untuk sebuah pertemuan yang jaraknya ribuan mil. Sekitar tiga jam sesudahnya, pesawat itu bisa mendarat di helipad di lokasi pertemuan. Dengan tidak memerlukan bandara, itu bisa menghemat waktu karena orang tak perlu menghabiskan waktu. Semuanya akan semakin efisien dan efektif. Semuanya akan berjalan lancar dan proses pener - bangan pun akan semakin muda.
Pesawat berkonsep helikopter itu kini sedang diproduksi di Amerika Serikat (AS) oleh perusahaan raksasa asal Italia, Leonardo. Nama pesawat tersebut adalah AW609 yang pada pekan ini tengah diproduksi di pabrik Philadelphia. Jika sesuai rencana, AW609 akan mendapatkan sertifikat kelayakan terbang Badan Penerbangan Federal (FAA) pada akhir tahun ini dan menjalani pelayanan terbang pada 2020.
”AW609 dari sudut pandang teknologi adalah sebuah terobosan,” kata Direktur Pelak sana Leonardo Helicopters, Gian Piero Cutillo, dilansir CNN , kemarin. Pesawat dengan enam penumpang dan dua awak kabin itu memiliki teknologi hybrid karena menggunakan mesin pendorong turboprop di masing- masing sayapnya.
Setiap mesin berputar ke atas dan bawah tergantung dengan posisi pesawat untuk terbang, mendarat, atau lepas landas. AW609 memiliki awak kabin sebanyak dua orang dengan panjang 13,4 meter dan lebar mencapai 18,3 meter. Berat kosong pesawat tersebut adalah 4.765 kg dengan tinggi kabin 1,42 meter dan lebar kabin mencapai 1,47 m.
Berbeda dengan V-22 Osprey
Tidak sama dengan V-22 Osprey milik Pentago, pesawat berkonsep helikopter pertama untuk kepentingan militer, AW609 memiliki kabin dengan tekanan. Itu menjadikan AW609 bisa terbang hingga 25.000 kaki. Dengan kondisi tersebut menjadikan pesawat itu bisa terbang dalam kondisi cuaca buruk seperti pesawat.
Model pesawat dengan teknologi helikopter V-22 Osprey pertama kali menjalani uji terbang pada akhir 1980-an setelah beberapa kali dengan purwarupa lebih kecil, yakni XV-3 dan XV-15. Setelah beberapa kali kecelakaan, pesawat tersebut kini digunakan di Marinis AS, Angkatan Laut AS, dan Angkutan Udara AS, dengan jumlah sekitar 200 unit Osprey.
Sama seperti Osprey, perkembangan AW609 pernah mengalami tragedi. Pasalnya, Osprey pernah mengalami kecelakaan mematikan pada 1992 dan 2000. Pada 2015, purwarupa AW609 mengalami kecelakaan pada uji coba terbang dan menewaskan dua pilotnya. ”Regulator sedang mengamat dari dekat pesawat tersebut terkait dengan kendala perkembangannya, baik dari segi 609 dan V-22, keduanya merupakan saudara sepupu,” kata Richard Aboulafia, analis industri penerbangan di Teal Group.
”Namun, mereka tidak akan mendapatkan sertifikasi jika memang tidak menjamin keselamatan penumpang,” ujarnya. Karena pesawat berteknologi helikopter itu digunakan untuk kepentingan sipil, mereka juga akan memasuki wilayah aturan baru. ”Kita akan bermitra bersama FAA,” kata Cutillo.
Dia mengungkapkan, pihaknya akan mensertifikasi helikopter baru, pada saat yang sama juga pesawat untuk turboprop. ”Itu bukan jalur yang muda karena kita mensertifikat produk yang unik,” ujarnya. Leonardo telah bekerja sama dengan FAA untuk mengatur regulasi pesawat tipe baru ini. ”Selama ini tantangan paling berat adalah kita bisa bertemu bersama,” ujar Cutillo. Namun, dia mengaku tetap percaya diri.
”Kita mendapatkan respons positif dari beberapa kali uji terbang yang telah kita lakukan,” katanya. Dia menambahkan berbagai kemajuan penting dan telah dilaksanakan. Seperti V-22, AW609 pertama kali dikembangkan Bell yang bermitra dengan Boeing dengan nama BA609.
Proyek itu dimulai pada 1996 dengan proposal untuk mengambil alih teknologi Osprey untuk pasar penerbangan umum. Dua tahun kemudian, Boeing memutuskan keluar dari program tersebut dan digantikan perusahaan helikopter asal Italia, Agusta. Dua perusahaan itu membentuk kerja sama untuk mengembangkan AW609 pada 1998 dan 2003. Itu merupakan proses uji coba dan evaluasi yang panjang.
Sudah Mendapat Banyak Pesanan
Pertanyaannya adalah berapa harganya? ”Harganya adalah USD25 juta,” kata Cutillo. Itu sekitar dua kali lipat helikopter tradisional. Negara kaya minyak Uni Emirat Arab telah memesan tiga AW609 untuk kepentingan operasi pencarian dan penyelamatan.
Pelanggan pertama di AS adalah Era Group, perusahaan berbasis di Texas yang diperkirakan memesan dua unit. Kesepakatan itu termasuk paket pelatihan instruksi penerbangan intensif di akademi Leonardo di Philadelphia.
Pelanggan lainnya adalah Nakanihon Air Service di Jepang sepakat mengkaji penggunaan AW609 untuk pelayanan medis, respons darurat, dan peliputan berita. AW609 akan menjadi pesawat penumpang sehingga bisa digunakan para eksekutif yang ingin menghindari bandara dan terbang dari lokasi tertentu ke target tertentu.
Bagaimana niat Michael Bloomberg untuk membeli AW609? ”Meskipun Bloomberg memiliki sertifikasi helikopter, dia bukan masuk dalam daftar tunggu orang membeli pesawat tersebut,” kata Cutillo. Jika Bloomberg ingin pesawat yang lebih besar versi AW69, dia bisa memesan khusus pesawat yang bisa menampung untuk 25 penumpang.
Credit sindonews.com
Lubang Hitam Supermasif Sebabkan Bumi Kiamat? Ini Kata Pakar ITB
Lubang hitam misterius itu diketahui bisa menyedot benda apa pun seperti gas, cahaya, hingga planet. Apakah bumi juga bisa terhisap dan terjadi kiamat?
Lubang hitam di pusat galaksi M87 berjarak 55 juta tahun cahaya. Astrofisikawan Institut Teknologi Bandung Premana W. Premadi mengatakan, black hole punya keterbatasan impak. “Semakin jauh suatu benda dari black hole semakin kecil pengaruhnya,” kata dosen ITB ini, Senin, 15 April 2019.
Galaksi Bima Sakti tempat bumi berputar juga punya lubang hitam di inti galaksinya. Tapi menurut Premana tidak secara aktif menarik massa di sekitarnya. “Black hole itu fenomena yang sangat lokal, jadi dia bukan sesuatu yang menarik massa sampai jauh tak terbatas,” ujarnya.
Buktinya bisa disaksikan dari citra perdana black hole di pusat galaksi M87. Di sekitar lubang hitam terpancar cahaya yang menunjukkan cahaya itu tidak jatuh terhisap ke dalam lubang hitam.
”Jadi itu menunjukkan bahwa black hole tak sanggup menarik semuanya. Ada jangkauan gaya gravitasi itu,” kata Premana.
Sebenarnya matahari dan planet-planet yang mengorbit ikut mengitari black hole di pusat galaksi. “Tapi tenang-tenang saja karena jangkauan gravitasi itu ada batasnya,” ujarnya.
Hal sama diungkapkan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin. Ia mengatakan, lubang hitam ada banyak di luar angkasa. Termasuk di pusat galaksi Bima Sakti. Namun daya sedot black hole itu terbatas sehingga obyek yang jauh tidak mungkin terhisap lubang hitam.
“Jadi lubang hitam tidak terkait dengan mekanisme kiamat yang menghancurkan seluruh alam,” ujar profesor riset astronomi dan astrofisika itu.
Credit tempo.co
Katie Bouman, Sosok di Balik Foto Lubang Hitam Pertama
Sebelum resmi dirilis, tiga tahun lalu Bouman merancang algoritme yang bisa membantu merancang metode pencitraan lubang hitam. Seperti diketahui, sangat sulit mengambil foto lubang hitam karena letaknya yang sangat jauh dan berukuran sangat kecil.
Lubang hitam merupakan 'monster' yang melahap segala sesuatu yang ada di semesta. Lubang hitam selama ini dikaburkan oleh perisai gravitasi yang tidak dapat ditembus.
Gambar inti gelap dengan lingkaran gas dan plasma berwarna oranye-api menunjukkan lubang hitam supermasif 50 juta tahun cahaya di galaksi yang dikenal sebagai M87.
Saat mengembangkan algoritme, Bouman masih menyandang status sebagai mahasiswi pascasarjana jurusan ilmu komputer dan kecerdasan buatan di Massachusetts Institute of Technology.
"Kami mengembangkan beragam cara untuk menghasilkan data sintesis dan menggunakan berbagai algortime untuk menguji apakah kami bisa mendapatkan gambar yang lebih jelas," ujar Bouman.
Dirangkum dari CNN, Bouman mengatakan tim peneliti tidak ingin hanya bergantung pada satu algoritme saja. Banyaknya algoritme yang dikembangkan memunculkan beragam asumsi hingga bisa membangun kepercayaan diri para peneliti.
Vincent Fish, salah satu peneliti di MIT Haystack Observatory mengakui jika Bouman memiliki peran penting dalam melakukan sub-pencitraan lubang hitam. Fish mencontohkan algoritme yang dikembangkan Bouman mampu memetakan area lubang hitam dengan lebih tajam.
"Salah satu kontribusi terpenting Katie adalah ia bisa menghadirkan foto-foto natural. Bayangkan foto-foto yang diabadikan menggunakan kamera ponsel - tentu ada karakter tertentu yang berbeda," terang Fish.
Untuk mengumpulkan data, pada April 2017 delapan teleskop radio yang tersebar di seluruh dunia tepatnya di Hawaii, Arizona, Spanyol, Meksiko, Chilli, dan Kutub Selatan diprogram untuk merekam data dua lubang hitam di dua sudut semesta. Lubang hitam yang memiliki diameter 44 juta kilometer dan massa empat juta kali lebih berat dibandingkan matahari sehingga untuk mengabadikkan bagaikan memotret bola golf di permukaan bulan.
Credit cnnindonesia.com
Astronom Resmi Rilis Foto Lubang Hitam Pertama dalam Sejarah
Lubang hitam merupakan 'monster' yang melahap segala sesuatu yang ada di semesta. Lubang hitam selama ini dikaburkan oleh perisai gravitasi yang tidak dapat ditembus.
Gambar inti gelap dengan lingkaran gas dan plasma berwarna oranye-api menunjukkan lubang hitam supermasif 50 juta tahun cahaya di galaksi yang dikenal sebagai M87. Astronom mengumumkan dalam konferensi pers simultan di Brussels, Shanghai, Tokyo, Washington, Santiago dan Taipei.
"Ini jarak yang hampir tidak bisa kita bayangkan," Frederic Gueth, seorang astronom di Pusat Nasional Penelitian Ilmiah Prancis (CNRS) mengatakan kepada AFP.
Pada April 2017, delapan teleskop radio yang tersebar di seluruh dunia --di Hawaii, Arizona, Spanyol, Meksiko, Chili, dan Kutub Selatan-- diprogram untuk merekam data dua lubang hitam di dua sudut semesta untuk mengumpulkan data.
Sejak 1700-an, astronom sudah mulai berspekulasi soal "bintang hitam" yang bisa memakan segala materi di antariksa itu, dan kini bukti-bukti tidak langsung mulai terkumpul.
"Lebih dari 50 tahun lalu, ilmuwan melihat ada sesuatu yang sangat terang di tengah galaksi kita," ujar Paul McNamara, seorang ilmuwan di Agensi Ruang Angkasa Eropa yang juga seorang ahli soal lubang hitam.
"Lubang itu memiliki data tarik gravitasi yang sangat kuat sehingga bintang-bintang mengelilingi mereka dengan sangat cepat -- secepat 20 tahun."
Sebagai perbandingan, Tata Surya bumi membutuhkan waktu 230 tahun untuk mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti.
Pada akhirnya, para astronom berspekulasi bahwa titik terang ini sebenarnya adalah "lubang hitam" -- suatu istilah yang dicetuskan fisikawan Amerika Serikat, John Archibald Wheeler pada periode 1960-an.
EHT yang mengumpulkan data-data untuk menghasilkan gambar pertama lubang hitam ini tidak seperti alat kebanyakan.
"Ketimbang membangun satu teleskop raksasa -- yang akan hancur karena saking beratnya -- kami mengombinasikan hasil beberapa pusat pengamatan, seperti pecahan-pecahan cermin raksasa," ujar Michael Bremer, seorang astronom di Institut Radio Astronomi Milimetrik di Grenoble.
Lubang hitam itu memiliki massa empat juta kali lebih berat ketimbang matahari, yang berarti lubang hitam memiliki diameter 44 juta kilometer.
Angka itu terdengar besar sekali, tapi bagi teleskop yang dipasang di bumi dan berjarak 26 ribu tahun cahaya (atau sekitar 245 triliun kilometer), maknanya seperti memotret bola golf di permukaan bulan.
Credit cnnindonesia.com
Kamis, 18 April 2019
CEO Huawei: Teknologi 5G Ibarat Bom Nuklir bagi Presiden AS
Zhengfei berjanji untuk mendukung "perjanjian anti-mata-mata" dengan Jerman. "Sayangnya, AS melihat teknologi 5G sebagai senjata strategis," kata Zhengfei dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman, Wirtschaftswoche dan Handelsblatt.
"Bagi mereka itu semacam bom nuklir," ujarnya yang dilansir Rabu (17/4/2019).
Zhengfei mengaku akan mendesak pemerintah China untuk menandatangani "perjanjian anti-mata-mata" dengan Jerman, dan berkomitmen untuk mematuhi Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Uni Eropa.
Washington telah memberikan tekanan diplomatik pada Jerman untuk menutup Huawei, setelah beberapa agen intelijen AS memperingatkan bahwa perusahaan itu dapat mengumpulkan informasi untuk Beijing.
Zhengfei menyebut tuduhan itu "dongeng" dan menuntut AS memberikan fakta dan bukti untuk mendukung tuduhan mereka.
Presiden Trump sendiri memandang kompetisi 5G sebagai pertempuran strategis. Dia kepada wartawan pada hari Jumat pekan lalu mengatakan bahwa AS tidak dapat membiarkan negara lain bersaing dengan Amerika Serikat dalam industri yang kuat di masa depan.
"Jika Barat tidak menginginkan Perang Dingin yang baru, mereka harus tetap terbuka dan menerima kebangkitan negara-negara lain," kata Zhengfei. "Kita harus fokus lagi pada pembangunan ekonomi dan menciptakan perdamaian."
Credit sindonews.com
Tes Sistem Rudal Patriot dan Iron Dome, Israel Tembak Jatuh Target
"Tentara pertahanan udara dari Angkatan Udara Israel melakukan intersepsi target yang sukses di berbagai ketinggian dan jarak," kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam sebuah pernyataan.
Sistem pertahanan rudal udara Patriot dimaksudkan untuk mengintersepsi pesawat yang datang dan rudal balistik jarak jauh. Sedangkan Iron Dome dirancang untuk menembak jatuh roket jarak pendek, mortir, serta beberapa pesawat.
Menurut IDF latihan itu adalah bagian dari jadwal pelatihan tahunan. Dua delegasi militer asing mengunjungi latihan itu. Namun, militer Israel menolak menyebutkan asal negara kedua delegasi asing tersebut.
“Delegasi datang untuk menonton latihan dan mempelajari hasilnya. Delegasi akan mengambil bagian dalam diskusi panel yang akan fokus pada masalah profesional dan kerja sama antar-militer," kata IDF dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Times of Israel, Kamis (18/4/2019).
Israel mempertahankan sistem pertahanan udara multilapis yang dirancang untuk melindungi aset strategis negara tersebut dari serangan udara musuh.
Lapisan terendah adalah sistem Iron Dome, yang mampu mencegat roket jarak pendek, kendaraan udara tak berawak kecil dan peluru mortir seperti yang telah ditembakkan ke Israel dari Jalur Gaza atau dari Lebanon selatan.
Di lapisan teratas adalah sistem Patriot, Arrow 2 dan Arrow 3, yang dimaksudkan untuk menggunakan rudal balistik jarak jauh. Patriot juga telah digunakan pada sejumlah kesempatan dalam melawan pesawat musuh yang masuk.
Menurut militer Israel, pada Juli lalu sistem Patriot menembak jatuh sebuah jet tempur Suriah yang melakukan perjalanan dua kilometer ke wilayah udara Israel.
Credit sindonews.com
Inti Roket Falcon Heavy SpaceX Jatuh di Samudera Atlantik
Hal itu disebabkan oleh pergerakan laut yang cukup tinggi sehingga menyulitkan kru Falcon Heavy untuk mengamankan penguat ke dek droneship di Samudera Atlantik.
"Sepanjang ahir pekan karena kondisi laut yang sulit, tim pemulihan SpaceX tidak dapat mengamankan pendorong di inti pusat [roket Falcon Heavy] untuk melakukan perjalanan kembali ke Port Canaveral," kata Juru Bicara SpaceX, James Gleeson dikutip Space News.
"Ketika kondisinya memburuk dengan ketinggian gelombang delapan hingga sepuluh kaki, booster mulai bergeser dan akhirnya tidak dapat berdiri tegak,"
Namun kata Gleeson, kejadian itu tidak memengaruhi peluncuran roket yang akan datang. Dilansir dari The Verge, SpaceX memiliki Octagrabber yakni sebuah robot yang menempel pada pangkalan penguat untuk mengamankan roket yang mendarat di laut.
Sayangnya, tidak bisa digunakan karena inti pusat terhubung dengan dua sisi booster, namun ia memiliki desain yang berbeda dari penguat Falcon 9 maka Octagrabber tidak dapat digunakan.
SpaceX dikabarkan bakal kembali meluncurkan roket Falcon Heavy saat musim panas, menggunakan inti pusat yang sama dan dua inti luar yang mendarat minggu lalu. Selain itu, perusahaan ruang angkasa milik Elon Musk itu juga akan menggunakan Octagrabber yang diperbarui.
Sebelumnya, peluncuran roket komersial Falcon Heavy sempat ditunda lantaran angin kencang yang terjadi pada Rabu (10/4).
Misi peluncuran roket komersial ini membawa satelit milik Arabsat. Peluncuran ini dilakukan setelah setahun silam Elon Musk mengirim mobil otonom Tesla untuk di uji coba.
Sepanjang 2018, SpaceX telah melakukan 21 kali misi peluncuran. Roket Falcon Heavy pertama kali diluncurkan pada Februari 2018 dengan memboyong Starman yang duduk di balik kemudi Tesla
Credit cnnindonesia.com
Jumat, 15 Maret 2019
Ilmuwan Rusia Klaim Sudah Ciptakan 'Mesin Waktu'
Mesin waktu—hasil eksperimen dalam fisika kuantum—sejatinya menentang hukum termodinamika kedua, yang mengatur arah waktu dari masa lalu ke masa depan.
Para ahli di Moscow Institute of Physics & Technology (MIPT) telah melaporkan temuan dalam apa yang dianggap sebagai terobosan besar di lapangan. Mereka menyebutnya sebagai "mesin waktu" yang terdiri dari komputer kuantum dasar yang terbuat dari elektron "qubit" yang dapat dimodifikasi.
Efeknya disamakan dengan rak bola biliar yang pecah dan tersebar di sekitar meja dan kemudian berjalan secara terbalik untuk kembali ke keadaan semula dalam segitiga.
"Kami, secara buatan, telah menciptakan keadaan yang berevolusi ke arah yang berlawanan dengan panah termodinamika waktu," kata Dr Gordey Lesovik, peneliti utama dan kepala Laboratorium Fisika Informasi Quantum di MIPT, dikutip LeicesterLive, Kamis (14/3/2019).
Dalam percobaan pertama, qubit menjadi pola perubahan nol dan satu yang semakin kompleks, yang menciptakan kekacauan.
Program lain kemudian memodifikasi keadaan komputer untuk berevolusi "mundur" dari kekacauan ke keadaan tertata.
Qubit-qubit tersebut kemudian bekerja dengan cara yang berlawanan, dari kompleks ke sederhana, dan karenanya keadaan tertata dipulihkan.
Para ilmuwan senang menemukan tingkat keberhasilan awal untuk "pembalikan waktu" sebesar 85 persen. Namun, untuk sementara, percobaan membuat gelombang di dunia fisika itu tidak mungkin untuk membuat TARDIS ke kehidupan nyata dalam waktu dekat.
Credit sindonews.com
Kamis, 14 Maret 2019
Mengenal Bom Tsar Rusia: Raja Bom Nuklir Dunia, 3.000 Kalinya Bom Hiroshima
Perjanjian INF 1987 runtuh setelah AS menarik diri dari perjanjian tersebut secara bertahap hingga enam bulan ke depan. Washington menuduh Moskow melanggar perjanjian pencegah perang nuklir itu. Rusia, di bawah pemerintah Presiden Vladimir Putin, merespons serupa dengan menarik diri dari Perjanjian INF. Moskow membantah melanggar perjanjian dan menuduh balik Washington sebagai pelanggarnya.
The National Interest, majalah militer yang berbasis di AS, dalam artikel online-nya 11 Maret mengulas bom mengerikan yang dimiliki rezim Rusia itu. Dalam radius hingga 50 mil jauhnya, siapa pun yang terkena kilatan senjata nuklir ini akan menerima luka bakar tingkat tiga. Singkatnya, hulu ledak Bom Tsar akan benar-benar menghancurkan seluruh area metropilitan seluas Los Angeles.
Selama bertahun-tahun, sejarawan mengidentifikasi banyak nama untuk tes Bom Tsar. Andrei Sakharov, salah satu fisikawan yang membantu mendesainnya, hanya menyebutnya "the Big Bomb (Bom Besar)". Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev menyebutnya "Kuzka's Mother", sebuah rujukan ke pepatah Rusia kuno yang berarti Anda akan mengajari seseorang dengan keras, pelajaran yang tak terlupakan.
Badan Intelijen Pusat atau CIA Amerika Serikat menjulukinya tes "Joe 111". Tapi nama yang lebih populer lahir dari kebanggaan Rusia dan sangat mengagumi semuanya, yakni Tsar Bomba atau Raja Bom.
"Saya pikir kami membuat lebih banyak Tsar Bomba hari ini daripada kapan pun selain periode langsung di mana ia diuji," ujarnya.
"Orang Amerika suka menunjukkannya sebagai contoh betapa gilanya Perang Dingin, dan betapa gilanya orang-orang Rusia itu," ujar Wellerstein. "Rusia tampaknya bangga karenanya."
Pada 30 Oktober 1961, Durnovtsev dan krunya lepas landas dari lapangan terbang di Semenanjung Kola dan menuju ke area uji coba nuklir Soviet di atas Lingkaran Arktik di Teluk Mityushikha, yang terletak di kepulauan Novaya Zemlya.
Ilmuwan proyek uji coba itu melukis pesawat pembom Bear dan pesawat pengejarnya, Tu-16 Badger, berwarna putih untuk membatasi kerusakan akibat panas dari pulsa termal bom. Setidaknya itulah yang para ilmuwan harapkan dari cat itu.
Bom itu juga memiliki parasut untuk memperlambat kejatuhannya. Tujuannya adalah memberi kesempatan bagi kedua pesawat untuk terbang sekitar 30 mil dari titik nol sebelum bom nuklir itu meledak. Ini sekaligus memberi Durnovtsev dan kawan-kawan kesempatan untuk melarikan diri.
Ketika pesawat mencapai tujuan mereka di ketinggian 34.000 kaki yang telah ditentukan, ia memerintahkan bom dijatuhkan. Parit terbuka, dan bom mulai turun tiga menit ke ketinggian ledakan dua setengah mil di atas bumi.
Kemudian bom mengerikan itu meledak. Bola api selebar lima mil membumbung tinggi di langit seperti pesawat pembom Bear. Gelombang kejut bom itu menyebabkan pesawat Bear turun lebih dari setengah mil di ketinggian sebelum Durnovtsev mendapatkan kembali kendali atas pesawatnya.
Ledakan itu memecahkan jendela lebih dari 500 mil jauhnya. Saksi mata melihat kilatan menembus awan tebal lebih dari 600 mil dari lokasi ledakan.
Awan jamurnya mendidih ke atmosfer sampai 45 mil di atas tanah nol, yang pada dasarnya di batas bawah. Bagian atas awan jamur menyebar hingga lebarnya 60 mil. Denyut panas nuklir itu membakar cat kedua pesawat.
Daya ledak itu pun masih kecil dibandingkan dengan rencana asli Soviet kala itu.
Para perancang awalnya berniat Bom Tsar memiliki daya ledak 100 megaton. Mereka menggunakan konfigurasi bahan bakar kering Teller-Ulam lithium tiga tahap, mirip dengan perangkat termonuklir yang pertama kali ditunjukkan oleh Amerika Serikat selama tembakan Castle Bravo.
Kekhawatiran tentang kejatuhannya mendorong para ilmuwan Rusia untuk menggunakan perusak timbal yang menurunkan daya ledaknya hingga setengah dari kemampuan aslinya. Yang cukup menarik, Bom Tsar adalah salah satu senjata nuklir "terbersih" yang pernah diledakkan, karena desain bomnya menghilangkan 97 persen dari kemungkinan kejatuhan.
Bahkan ukurannya pun mengerikan. Panjangnya 26 kaki, berdiameter sekitar tujuh kaki dan beratnya lebih dari 60.000 pound, ukuran yang begitu besar sehingga tidak bisa muat di dalam teluk bom dari pesawat pembom Bear yang dimodifikasi untuk menjatuhkannya.
Bom Tsar yang begitu besar diragukan apakah itu bisa menjadi senjata praktis yang dikirimkan oleh pesawat pembom Soviet.
Karena jarak dari Uni Soviet ke Amerika, pemindahan tangki bahan bakar pesawat untuk mengakomodasi bom—dikombinasikan dengan bobotnya yang tipis—berarti bahwa pesawat pembom Bear tidak akan memiliki bahan bakar yang cukup untuk misi bahkan dengan pengisian bahan bakar di udara.
Namun, CIA menyelidiki apakah Soviet berencana untuk menempatkan hulu ledak serupa pada rudal balistik antarbenua super kuat yang akan menargetkan kota-kota Amerika.
Alasannya adalah akurasi. Atau lebih tepatnya, kekurangannya. Karena keunggulan nuklir aliansi NATO, AS dapat menempatkan pesawat pembom dan rudal balistik jarak menengah yang cukup dekat dengan target Soviet di Eropa Timur.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, AS menempatkan rudal balistik jarak menengah seperti Thor di Inggris dan Turki, dan rudal Honest John dan Matador di Jerman Barat.
Jarak penerbangan yang lebih pendek untuk rudal-rudal itu berarti mereka memiliki peluang yang lebih baik untuk mengirimkan hulu ledak nuklir mereka secara efektif tepat sasaran.
Senjata nuklir Rusia harus melakukan perjalanan lebih jauh, sehingga ada lebih banyak peluang untuk kehilangan tandanya. Tetapi untuk hulu ledak 100 megaton itu cukup dekat.
Pada tahun 1963, Khrushchev mengatakan Uni Soviet memiliki bom berkekuatan 100 megaton yang dikerahkannya ke Jerman Timur. Tetapi klaim perdana menteri itu diragukan kebenarannya oleh sejarawan.
Sedangkan Sakharov, yang karena pengalamannya membangun dan menguji Bom Tsar mengubah hidupnya, mendorong dirinya sendiri untuk meninggalkan penelitian senjata.
Dia menjadi kritikus blak-blakan terhadap upaya Soviet untuk menciptakan sistem pertahanan rudal anti-balistik. Dia kemudian menjadi advokat untuk hak-hak sipil di Uni Soviet dan banyak pembangkang politik yang dianiaya yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1975.
Credit sindonews.com
NASA: Orang Pertama yang Mendarat di Mars Kemungkinan Wanita
"Benar bahwa orang pertama di Mars kemungkinan adalah seorang wanita," ujar Administrator NASA Jim Bridenstine, seperti dikutip laman khaleejtimes, Rabu, 13 Maret 2019.
Bridenstine menyampaikan hal itu dalam sebuah acara bincang-bincang radio sains dan teknologi bernama 'Science Friday'. Dia tidak menjelaskan nama wanita yang akan menjadi orang pertama mendarat di Planet Merah itu, tapi Bridenstine mengatakan perempuan berada di garis depan dalam rencana NASA yang akan datang.
"Jadi ini adalah hal yang luar biasa. Karena kami juga memiliki wahana antariksa khusus untuk semua wanita pertama yang akan terjadi bulan ini, pada akhir Maret nanti, yang tentu saja bisa disebut sebagai Bulan Wanita Nasional," kata Bridenstine.
NASA juga akan memiliki wahana antariksa perempuan pertama pada akhir bulan, ketika astronot Anne McClain dan Christina Koch akan melayang di angkasa. Perjalanan keluar angkasa akan berlangsung sekitar tujuh jam, menurut badan antariksa AS.
Anne McClain dan Christina Koch adalah dua astronot NASA dalam Ekspedisi 59, yang akan mengoperasikan wahana antariksa saat di luar angkasa pada 29 Maret. Aktivitas itu diperkirakan akan berlangsung selama 7 jam.
Dikutip dari laman HuffPost, Jackie Kagey akan menjadi pengendali penerbangan ruang angkasa utama. Dan dia akan bergabung dengan direktur penerbangan utama Mary Lawrence serta insinyur Kristen Facciol dari Johnson Space Center NASA di Houston, Texas.
Baik McClain dan Koch adalah bagian dari kelas astronot pada 2013, yang setengahnya adalah wanita. Mereka datang dari kumpulan pelamar terbesar kedua yang pernah diterima NASA, lebih dari 6.100 pelamar. Kelas penerbangan terbaru juga diikuti 50 persen wanita.
NASA telah berjalan jauh sejak 1978, ketika enam wanita pertama bergabung dengan korps astronot NASA. Saat ini, 34 persen dari astronot aktif NASA adalah perempuan. "NASA berkomitmen untuk memastikan bahwa kami memiliki bakat yang luas dan beragam, kami menantikan wanita pertama untuk mendarat di Bulan," kata Bridenstine.
Credit tempo.co
Menilik Penyebab Lumpuhnya Gmail, Facebook, dan Instagram
Pakar Keamanan Siber dari Communication and Information System Security Research Center Pratama Persadha mengatakan Facebook dan Google kemungkinan mengalami kendala yang sama sehingga menyebabkan layanan mereka lumpuh karena jarak kejadian yang berdekatan.
Pratama mengatakan adanya kemungkinan kedua perusahaan terserang oleh peretas. Bagi Pratama, tidak mungkin perusahaan sekelas Google dan Facebook melakukan perawatan sistem hingga menyebabkan kelumpuhan selama berjam-jam.
"Jaraknya bedekatan jangan-jangan masalahnya sama. Apalagi yang kena pemain besar seperti Facebook dan Google. investasi keamanan mereka luar biasa besarnya. Lumpuh karena proses perawatan itu tidak mungkin untuk perusahaan sebesar itu. Karena mereka akan pertimbangkan masa-masa patching. Ada kemungkinan diserang peretas," kata Pratama kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Kamis (14/3).
Ia mengatakan potensi faktor serangan peretas di balik lumpuhnya platform Google dan Facebook cukup tinggi. Pasalnya kelumpuhan ini terjadi tiba-tiba. Apabila memang maintenance server, pasti hal tersebut sudah terjadwal.
"Perawatn terjadwal tidak mungkin mendadak. Karean bukan peretas dan hanya perawatan setidaknya kasih tahu kapan layanannya akan lumpuh di Indonesia, jam berapa, tanggal berapa sehingga bisa diantisipasi," imbuhnya.
Pratama menjelaskan kedua perusahaan tidak mungkin beralasan server lumpuh akibat maintenance. Pasalnya ketika perusahaan hendak melakukan pembaruan atau perawatan di live server, perusahaan pasti melakukan protokol yang tidak akan membuat lumpuh live server.
"Kedua perusahaan pasti ada tim riset sendiri, pasti ada server untuk pengujian. Uji coba pembaruan, patching, maintenance di server uji coba itu. Semua hal yang mau dilakukan di liver server pasti di uji coba di tester," ucapnya.
Pratama kemudian mengatakan Facebook dan Google memiliki puluhan hektar lahan yang disediakan untuk data center. Oleh karena itu pasti kalau server terserang atau perawatan, akan ada server backup.
"Kalau menurut saya Facebook itu pasti punya backup server dan mirroring server, mereka punya puluhan hektar server. Kalau terserang satu atau perawatan pasti ada backup server yang pasti bisa backup," ujar Pratama.
Dihubungi terpisah Pakar Keamanan Siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan jika lumpuhnya Google dan Facebook berkaitan, maka kemungkinan kelumpuhan ini disebabkan serangan peretas.
Alfons mengatakan peretas ini memanfaatkan "zero day vulnerability" yang merupakan celah keamanan pada piranti lunak. Celah keamanan itu belum ada patch atau tambalan untuk memperbaiki celah tersebut.
Zero day vulnerability adalah istilah adanya celah keamanan pada piranti lunak yang digunakan oleh komputer. Dan biasanya belum ada patch / tambalan untuk memperbaikinya.
"Kalau kedua insiden berkaitan maka kemungkinan besar terjadi zero day vulnerability exploit. Celah keamanan itu yang digunakan penyerang untuk melumpuhkan sistem komputer," kata Alfons.
Selanjutnya Alfons mengatakan adanya kemungkinan kelumpuhan Facebook diakibatkan sebuah bug dalam rencana integrasi layanan chat dengan WhatsApp dan Instagram.
"Kalau kedua insiden ini tidak berkaitan dan terlihat Facebook mengalami gangguan lebih parah maka patut diduga insiden ini berkaitan dengan rencana integrasi layanan WhatsApp, Facebook Chat dan Instagram Chat. Dimana ada bug dalam penggabungan ketiga layanan dengan data yang masif ini," kata Allfons.
Credit cnnindonesia.com
Facebook, Instagram, WhatsApp Dikeluhkan 'Down' Hampir 12 Jam
Laporan mengenai gangguan terhadap tiga layanan ini sudah terjadi sejak Rabu (13/3) pukul 23:00 WIB, seperti tampil pada laporan di situs Down Detector dan Outage Report.
Beberapa pengguna melaporkan mereka tak bisa mengirim gambar lewat WhatsApp. Namun, layanan perpesanan itu masih bisa digunakan untuk mengirim pesan teks.
Keluhan ini muncul hampir bersamaan dengan memburuknya layanan Instagram dan Facebook. Sejak semalam pengguna mengeluhkan mereka kesulitan mengeposkan status pada akun Facebook dan Instagram mereka. Hal ini masih berlanjut hingga pagi ini.
Akun @Naufal_F20 yang tidak sadar adanya masalah pada ketiga layanan ini sudah mengisi kuota lantaran mengira masalah terjadi pada paket datanya.
Pengguna @nanikinan12 berkomentar pantas saja ponselnya sepi notifikasi.
Akun @jak281296 juga menyebut Twitter hanya sebagai cadangan.
Credit cnnindonesia.com
Jumat, 01 Maret 2019
Jet Tempur Otonom Boeing Terbang ke Langit Tahun Depan
WASHINGTON - Pesawat jet tempur otonom Boeing sudah dapat terbang ke langit pada tahun 2020. Pengumuman ini disampaikan pihak perusahaan, kemarin.
Pesawat tempur otonom itu sedang dikembangkan di Australia, dan dirancang untuk pelanggan pertahanan global. Dengan menyatukannya dengan pesawat militer yang ada, Boeing berharap bahwa jet tempur otonom akan membantu untuk memperluas misi tempur udara.
Model jet tempur otonom Boeing telah dipamerkan minggu ini di Australian International Airshow, dan pesawat itu terlihat luar biasa.
"Dengan kemampuannya untuk mengonfigurasi ulang dengan cepat dan melakukan berbagai jenis misi bersama dengan pesawat lain, tambahan terbaru kami pada portofolio Boeing akan benar-benar menjadi pengganda kekuatan karena melindungi dan memproyeksikan kekuatan udara," ujarnya, dikutip dari Daily Mirror, Jumat (1/3/2019).
Pesawat tempur otonom ini akan memiliki panjang 11,7 meter dan diperkirakan memiliki jangkauan lebih dari 2.000 mil laut. Pesawat ini juga akan menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence untuk terbang secara mandiri, atau untuk mendukung pesawat utama.
Presiden Boeing International Marc Allen menyebut pesawat tempur otonom ini sebagai sejarah. "Pesawat ini adalah upaya bersejarah bagi Boeing. Tidak hanya dikembangkan di luar Amerika Serikat, itu juga dirancang agar pelanggan global kami dapat mengintegrasikan konten lokal untuk memenuhi persyaratan khusus negara mereka," katanya.
Tidak perlu menunggu lama untuk melihat jet tempur otonom Boeing ini beraksi. Boeing memiliki jadwal uji terbang pertama untuk tahun 2020.
Credit sindonews.com
Sabtu, 23 Februari 2019
Satelit Pertama Indonesia Bernilai Rp3,5 Triliun
Ilustrasi. (AFP PHOTO / CNES / D.DUCROS)
Jakarta, CB -- Satelit Nusantara 1 memakan ongkos pembuatan sekitar US$250 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun. Nusantara 1 adalah satelit High Throughput Satellite (HTS) komunikasi broadband pertama di Indonesia.
Group Head Space System Group PSN Indri Prijatmodjo mengatakan satelit ini menggunakan roket Falcon 9 SpaceX untuk mengantarkan ke luar orbit bumi. Indri mengatakan ongkos transportasi Nusantara 1 membutuhkan sekitar US$60 juta atau Rp843 miliar.
"Daftar harga SpaceX terbuka di internet. Ada harga SpaceX yang Falcon 9 di situsnya. Falcon 9 itu memakan US$60 juta," kata Indri saat acara konferensi pers di Kantor PSN, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (22/2).
Indri mengatakan SpaceX memiliki harga yang kompetitif dan bisa diandalkan untuk mengantarkan satelit Nusantara 1. SpaceX memiliki teknologi reusable rocket.
Teknologi tersebut membuat perusahaan bisa menghemat manufaktur roket dan berpotensi menurunkan biaya untuk setiap misi peluncuran. Bahkan Indri mengatakan SpaceX menguasai pangsa pasar jasa pengiriman satelit ke luar angkasa.
Pasalnya, teknologi SpaceX ini tentu bisa menghemat manufaktur roket dan berpotensi menurunkan biaya untuk setiap misi peluncuran.
"Kompetitif dan reliable sehingga SpaceX jadi pilihan. Nanti mungkin ke depan ada inovasi yang buat peluncuran lebih murah," ujar Indri.
Indri juga menilai Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) belum siap untuk membuat roket yang mampu mengantarkan objek ke luar angkasa. Indri mengatakan mimpi Indonesia untuk memiliki roket buatan dalam negeri sepertinya masih jauh.
"Karena Lapan belum mempunyai kemampuan seperti ini. Lapan cuma punya roket kecil untuk 20 kilometer ke 30 kilometer. Jadi Indonesia masih sangat jauh," kata Indri.
Satelit ini memiliki berat ketika peluncuran mencapai 4.100 kilogram. Teknologi Next Generation Electric Propulsion yang disematkan pada Nusantara Satu mampu membuat berat satelit menjadi sangat ringan dan menjadikan biaya investasi lebih terjangkau.
"Nusantara Satu dirancang sangat efisien untuk menekan biaya angkut kargo SpaceX satelit ini hanya berbobot empat ton, sementara kapasitas kargo SpaceX adalah tujuh ton. Jadi biaya angkutnya bisa lebih murah," kata Direktur Utama PSN Adi Rahman Adiwoso dalam keterangan resmi.
Credit CNN Indonesia
https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20190222193605-199-371940/satelit-pertama-indonesia-bernilai-rp35-triliun
Pakai Roket SpaceX, Satelit Broadband Indonesia Meluncur
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Saptono)
Jakarta, CB -- Pasifik Satelit Nusantara (PSN) berhasil meluncurkan satelit komunikasi broadband Nusantara 1 pada 08.45 WIB, Jumat (22/2). Nusantara 1 merupakan satelit pertama Indonesia dengan teknologi High Throughput Satellite (HTS).
Nusantara 1 diluncurkan dari Cape Canaveral, Amerika Serikat menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX. Nusantara 1 akan menuju slot orbit 146 derajat Bujur Timur tepat di atas Papua.
"Semalam pada 21 Februari pukul 20.45 waktu Florida atau pukul 08.45 WIB, satelit Nusantara telah berhasil diluncurkan dari Cape Carnaveral," kata Direktur Jaringan PSN Heru Dwikartono saat acara konferensi pers di Kantor PSN, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (22/2).
Setelah sukses melewati dua fase dan terlepas dari roket pendorong, Nusantara 1 saat ini sedang melakukan perjalanan ke slot orbit 146 derajat Bujur Timur. Heru mengatakan satelit membutuhkan waktu dua minggu untuk sampai di slot orbit.
"Semua sesuai dengan yang direncanakan. Dan sekarang sedang dalam perjalanan orbit slot di 146 derajat di atas Papua," kata Heru.
Setelah sampai di sana, satelit akan melakukan in orbit test . Satelit akan melakukan uji coba selama kurang lebih tiga minggu sebelum beroperasi untuk memancarkan sinar broadband.
"Kondisi di luar angkasa itu ekstrem, jadi kami lakukan tes untuk lihat apakah fungsi satelit di luar angkasa sama dengan sebelum diberangkatkan," kata Heru.
HTS yang dapat memberikan layanan internet broadband dengan kapasitas lebih besar sampai dengan 15 Gbps atau sekitar tiga kali lipat kapasitas satelit konvensional.
Heru menjelaskan Satelit Nusantara 1 memiliki kapasitas 26 transponder C-band dan 12 transponder Extended C-band serta 8 spot beam Ku-band dengan total kapasitas bandwidth mencapai 15 Gbps.
Cakupan C-band dan Extended C-band satelit tersebut meliputi wilayah Asia Tenggara. Sementara untuk Ku-Band meliputi seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari delapan Spot Beam pada sistem HTS.
Heru mengatakan satelit ini diproduksi oleh Space System Loral (SSL) ini menggunakan platform SSL-1300-140 yang sanggup mengorbit selama lebih dari 15 tahun. Satelit ini memiliki berat ketika peluncuran mencapai 4.100 kilogram.
Credit CNN Indonesia
https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20190222181151-199-371916/pakai-roket-spacex-satelit-broadband-indonesia-meluncur?