Minggu, 13 Februari 2022
PT PAL dan Naval Group Kerja Sama Produksi Kapal Selam Scorpene
Tahun ini KF-21 Boramae akan lakukan uji manuver skala penuh
Sabtu, 12 Februari 2022
RI mungkin negara kedua di ASEAN yang memiliki F15 setelah Singapura
Indonesia mungkin negara kedua di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang memiliki F15 setelah Singapura.
Indonesia mungkin menjadi negara kedua di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang memiliki jet F15 setelah Singapura. Kemungkinan ini terbuka setelah Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan berbagai alutsista, termasuk 36 jet F15, ke Indonesia.
Jika kesepakatan itu berjalan, Indonesia akan menjadi negara ASEAN kedua yang memiliki jet buatan Boeing setelah Singapura. Menurut informasi dari situs resmi Boeing, saat ini baru 7 negara yang menggunakan F15, yaitu AS, Jepang, Israel, Korea Selatan, Arab Saudi, Singapura, dan Qatar. Menurut data Flight Global, Singapura saat ini memiliki 40 jet F15SG dan 60 jet F16 C/D. Jumlah F15 milik Singapura masih lebih banyak dari yang akan dipesan RI.
Namun, masih belum jelas apakah Indonesia benar-benar akan membeli jet F15 dari Amerika Serikat. Jika ini benar, RI akan memperkuat armada tempurnya. Berdasarkan data Flight Global, Indonesia kini memiliki 25 jet tempur F16A/C, 23 jet tempur Hawk 209, 15 jet tempur EMB314, dan 16 jet tempur Su27/30/35. Selain F15 itu, AS juga menyetujui penjualan 87 mesin F110GE129 atau F100PW229 dan berbagai alutsista lain ke RI dengan nilai total US$14 miliar atau setara Rp200,8 triliun. Kemlu AS menyatakan bahwa persetujuan penjualan ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan keamanan RI sebagai mitra regional. "Keamanan mitra regional penting untuk stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di kawasan AsiaPasifik," demikian pernyataan Kemlu AS yang dikutip AFP.
Selasa, 14 Mei 2019
Ditekan AS, Turki Pertimbangkan Tunda Penerimaan Rudal Rusia
Seorang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Turki mempertimbangkan penundaan ini setelah AS melayangkan permintaan resmi agar Ankara menunda penerimaan sistem tersebut.
Reuters sendiri belum dapat mendapatkan konfirmasi resmi dari pemerintah Turki terkait kabar pertimbangan penundaan ini.
Namun pekan lalu, Fahrettin Altun selaku juru bicara Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa pembelian sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia sudah disepakati.
Pejabat AS menganggap pembelian sistem pertahanan rudal ini "sangat problematik" karena dapat berdampak pada program kerja sama kedua negara.
AS dan negara-negara anggota NATO khawatir sistem radar dalam S-400 dapat melacak jet F-35 sehingga nantinya akan sulit menghindari senjata Rusia.
Ankara sendiri sudah mendesak AS untuk membentuk kelompok kerja yang bertugas meneliti risiko bahaya S-400 pada F-35. Namun, AS menolak pembentukan pokja tersebut.
Selisih pendapat ini merupakan perseteruan teranyar antara AS dn Turki. Sebelumnya, kedua negara sudah beberapa kali bersitegang.
Sejumlah isu yang sempat memanaskan hubungan kedua negara adalah permintaan ekstradisi Fethullah Gulen dari AS, perbedaan kebijakan di Timur Tengah, hingga sanksi atas Iran.
Credit cnnindonesia.com
Diprotes Soal Perang Yaman, Kapal Saudi Batal Memuat Senjata Prancis
Kelompok HAM Prancis, ACAT, mengajukan gugatan di pengadilan untuk menolak penjualan senjata Paris kepada Riyadh. Namun, gugatan itu ditolak hakim pengadilan.
ACAT yang kecewa dengan putusan hakim berargumen pengiriman kargo senjata tersebut melanggar perjanjian PBB karena senjata tersebut digunakan untuk melawan warga sipil di Yaman.
Kejadian itu mempermalukan Presiden Emmanuel Macron, yang pada hari Kamis membela penjualan senjata Prancis kepada Arab Saudi.
Riyadh memimpin Koalisi Arab pro-pemerintah Yaman dalam perang saudara selama empat tahun terakhir yang menghancurkan negara tersebut. Puluhan ribu orang tewas dan banyak penduduk di ambang kelaparan.
Macron mengatakan Riyadh, yang ia sebut sekutu kunci dalam perang melawan terorisme, telah meyakinkannya bahwa senjata yang akan dimuat kapal tidak digunakan untuk melawan warga sipil.
Seorang pejabat yang bekerja untuk Jean-Paul Lecoq, anggota parlemen oposisi Komunis untuk kota pelabuhan Le Havre, mengonfirmasi bahwa kapal Saudi itu telah pergi tanpa kargo senjata.
"Ini pelajaran bagi eksekutif," katanya kepada Reuters, yang dilansir Sabtu (11/5/2019). "Itu tidak bisa lagi memberikan pernyataan hambar yang mengatakan 'jangan khawatir, kami punya jaminan'. Itu tidak lagi berfungsi."
Kedutaan Saudi di Prancis tidak berkomentar atas kejadian tersebut.
Langkah ACAT itu dilakukan setelah situs investigasi online, Disclose, menerbitkan bocoran data intelijen militer yang menunjukkan senjata yang dijual oleh Prancis ke Arab Saudi, termasuk tank dan sistem rudal berpemandu laser, digunakan terhadap warga sipil di Yaman.
Namun, Menteri Keuangan Bruno Le Maire pada hari Jumat mengklaim bahwa Paris mematuhi aturan terkait penjualan senjata.
ACAT berpendapat bahwa pemuatan senjata pada kapal Saudi bertentangan dengan Perjanjian Perdagangan Senjata PBB, yang mengatakan satu negara tidak dapat mengotorisasi pemindahan senjata jika negara itu tahu bahwa senjata itu dapat digunakan untuk melakukan kejahatan perang atau menargetkan warga sipil.
Para pejabat PBB menyatakan semua pihak dalam konflik Yaman diduga telah melakukan kejahatan perang.
Pemerintah Prancis menolak memberikan rincian tentang otorisasi penjualan senjata itu, yang disebut situs Disclose termasuk delapan meriam howitzer Caesar.
Credit sindonews.com
Senin, 13 Mei 2019
Belgia Pertimbangkan Tangguhkan Penjualan Senjata ke Saudi
"Saya pikir akan baik untuk menangguhkan pengiriman senjata ke Arab Saudi jika terbukti mereka telah digunakan dalam konflik yang sedang berlangsung, seperti di Yaman," ujar Menteri Luar Negeri Belgia Didier Reynders seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (12/5/2019).
Dalam hal ini, Reynders mengatakan, pemerintah regional Walloonia yang harus mengambil keputusan itu.
Presiden regional Willy Borsus mengatakan bahwa bisa menangguhkan lisensi ekspor senjata yang ada jika kondisi di mana mereka berikan telah dilanggar.
Surat kabar Belgia Le Soir pada Rabu lalu melaporkan sebuah penyelidikan menunjukkan Arab Saudi telah menggunakan senjata dan teknologi Belgia dalam operasi melawan pemberontak Houthi di Yaman, lokasi pertempuran lebih dari empat tahun yang telah menewaskan puluhan ribu orang, kata lembaga bantuan.
Pertempuran itu telah memicu apa yang PBB deskripsikan sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan 3,3 juta orang masih terlantar dan 24,1 juta - lebih dari dua pertiga populasi - membutuhkan bantuan.
Masalah penjualan senjata ke Saudi telah memecah belah pemerintah Eropa, dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron membela penjualan tersebut sebagai bagian dari perang melawan terorisme.
Satu sumber diplomatik mengatakan masalah itu akan dibahas Senin oleh para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, karena Arab Saudi juga mendukung pemimpin pemberontak Libya Khalifa Haftar dalam upayanya untuk menggulingkan pemerintah di Tripoli yang mendapat dukungan Uni Eropa.
Uni Eropa telah berkomitmen untuk menegakkan embargo senjata PBB di Libya.
Credit sindonews.com
8 Senjata Perang dan Pasukan AS Penggertak Iran
Pada hari Jumat, Departemen Pertahanan AS menyetujui penambahan kapal USS Arlington dan baterai sistem rudal Patriot untuk Komando Pusat AS yang telah diminta minggu lalu. Pasukan tambahan datang ketika ketegangan dengan Iran meningkat dan AS telah memperingatkan Iran bahwa setiap serangan oleh pasukan Iran atau proksinya akan ditanggapi dengan pembalasan yang tak henti-hentinya.
Berikut ini daftar pasukan dan peralatan perang yang telah dikerahkan AS di Timur Tengah, sebagaimana diulas Jerusalem Post, 12 Mei.
1. Kapal USS Arlington
Kapal berbobot 24.000 ton dan panjang 207 meter ini mulai ditugaskan untuk layanan militer pada tahun 2013. USS Arlington adalah kapal transportasi amfibi kelas San-Antonio. Kapal ini dirancang untuk mengangkut marinir AS, kendaraan dan pesawat terbang yang akan digunakan untuk mendukung serangan amfibi. Sebanyak 800 tentara dan selusin kendaraan dapat diangkut dengan kapak ini. USS bagian dari Armada ke-6 AS yang beroperasi di Atlantik dan Mediterania, dan diperintahkan untuk bergabung dengan kelompok tempur lain yang disebarkan di dekat Iran.
2. Unit Ekspedisi Kelautan ke-22
Elemen-elemen dari Unit Ekspedisi Kelautan (MEU) ke-22 juga dikirim. Mereka transit di Selat Hormuz dengan kapal amfibi Kearsarge.
3. Kapal ARG Kearsarge
Kelompok siap amfibi (ARG) yang dipimpin oleh kapal Kearsarge memasuki wilayah operasi Armada ke-6 pada bulan Desember dengan MEU dan selama beberapa bulan terakhir telah dikerahkan ke Teluk Persia. Kapal ini memiliki hingga 4.500 pelaut dan marinir di berbagai unitnya. Bagian dari unit tersebut, menurut Naval Today antara lain USS Arlington yang disebutkan di atas, kapal pendaratan dermaga USS Fort McHenry, skuadron helikopter, skuadron udara taktis dan kelompok naval beach.
4. USS McFaul dan USNS Alan Shepard
Kapal perusak USS McFaul dan kapal amunisi USNS Alan Shepard terdeteksi sudah berada di Selat Hormuz pada 7 Mei. Mereka sebelumnya berada di Laut Merah pada bulan April.
5. Pesawat Pengebom B-52
Dua pesawat B-52 mendarat di Qatar hari Kamis. Keduanya adalah bagian dari empat B-52 yang dikirim ke wilayah tersebut. Mereka terbang dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale di Louisiana dan didukung oleh dua KC-10 dari McGuire-Dix-Lakehurst di New Jersey. Mereka membentuk bagian dari gugus tugas pengeom Skuadron Bom ke-20 Barksdale.
6. Kapal Induk USS Abraham Lincoln
Kapal induk USS Abraham Lincoln dan kelompok tempurnya melewati Terusan Suez pekan lalu dalam perjalanan ke Teluk Persia. Bagian dari kelompok tempurnya adalah kapal USS Leyte Gulf dan sejumlah kapal perusak.
7. Sistem Rudal Patriot
Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan juga mengirim baterai sistem rudal Patriot untuk mendukung Komando Pusat AS di Timur Tengah.
8 Jet Tempur Siluman F-35
Pada pertengahan April, AS mengirim beberapa F-35 ke Uni Emirat Arab. Ini termasuk unit perawatan dan dukungan dari Fighter Wing 388 dan Air Force Fighter Wing 419.
Credit sindonews.com
Iran Klaim Sudah Siap Serang Armada AS di Teluk
"Jika (AS) bergerak, kami akan serang mereka tepat di kepala," kata Kepala Divisi Ruang Angkasa Garda Revolusi Iran, Amirali Hajizadeh, seperti dilansir Reuters, Minggu (12/5).
Hajizadeh menyatakan keberadaan armada tempur AS di kawasan Teluk justru kesempatan besar untuk dimanfaatkan. Menurut mereka, di masa lalu kekuatan itu memang menjadi ancaman.
"Sebuah kapal induk bisa membawa 40 sampai 50 pesawat tempur dan 6000 pasukan yang menjadi ancaman di masa lalu, tetapi hal itu kini berubah menjadi kesempatan," ujar Hajizadeh.
Sedangkan Israel juga cemas dengan tensi ketegangan yang terus meningkat antara Iran dan AS. Mereka menyatakan Iran bisa saja menyerang Iran secara langsung atau melalui perpanjangan tangan (proxy) jika perseteruan itu tidak juga menemukan jalan keluar.
"Jika ada gesekan antara Iran dan AS, atau Iran dan negara tetangganya, kemungkinan mereka akan meminta Hizbullah di Libanon dan Jihad Islam di Jalur Gaza sebagai perpanjangan tangan untuk menyerang Israel," kata Menteri Energi Israel, Yuval Steinitz.
Iran mendukung penuh kelompok Hizbullah dan Jihad Islam. Israel sampai saat ini masih menyembunyikan strategi mereka jika Iran mulai bergerak.
Sumber pejabat AS mereka berniat mengirim pesawat pembom jarak jauh B-52 ke Timur Tengah. Di samping itu, mereka juga mempertimbangkan menempatkan perangkat rudal darat ke udara, MIM-104 atau dijuluki Patriot, ke kawasan itu.
Menurut informasi yang didapat AS, militer Iran tengah melengkapi sejumlah kapal angkatan laut mereka dengan rudal dan ditempatkan di lepas pantai. Tindakan itu dianggap AS sebagai persiapan Iran untuk menyerang.
Pemerintah Iran menganggap langkah Amerika Serikat keliru dengan memutuskan mengirim armada kapal induk dan pesawat pembom ke Timur Tengah. Mereka menyatakan alasan yang digunakan dengan menyatakan Iran seolah-olah mengancam keberadaan pasukan AS dan sekutunya di kawasan itu tidak tepat.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, John Bolton, mengklaim hal itu dilakukan untuk menekan Iran supaya tidak macam-macam dengan pasukan dan sekutu AS di Timur Tengah, jika tidak ingin diserbu.
Hal ini semakin memperuncing perseteruan di antara kedua negara.
Presiden AS, Donald Trump, tahun lalu memutuskan membatalkan sepihak kesepakatan nuklir dengan Iran. Dia berdalih Iran tetap mengembangkan program persenjataan peluru kendali mereka.
Iran menyatakan tidak bersedia tunduk atas permintaan AS untuk menghentikan program pengembangan peluru kendali. Akan tetapi, diperkirakan perekonomian mereka akan kembali terpukul dengan penerapan sanksi pembelian minyak.
Credit cnnindonesia.com
Setelah Kapal Induk, AS akan Kerahkan Rudal Patriot ke Timur Tengah
"Menteri Pertahanan sementara telah menyetujui pergerakan USS Arlington (LPD-24) dan rudal Patriot ke Komando Sentral AS (CENTCOM) sebagai bagian dari permintaan asli pasukan tersebut untuk pasukan mulai awal pekan ini," kata kementerian itu, seperti dilansir Al Arabiya pada Minggu (12/5).
USS Arlington adalah kapal kelas San Antonio yang mengangkut Marinir AS, kendaraan amfibi, pesawat pendarat konvensional dengan kemampuan untuk mendukung serangan amfibi, operasi khusus, atau misi perang ekspedisi.
Kementerian itu kemudian mengatakan bahwa mereka akan terus memantau dengan cermat kegiatan rezim Iran, militer dan proksi mereka. Mereka mengatakan karena keamanan operasional, pihaknya tidak akan membahas jadwal atau lokasi penempatan pasukan AS di Timur Tengah.
"AS tidak mencari konflik dengan Iran, tetapi kami bersikap dan siap untuk membela pasukan dan kepentingan AS di wilayah tersebut," tukasnya.
Credit sindonews.com
Kamis, 09 Mei 2019
India Berencana Beli Bom Penghancur Bunker Buatan Israel
Bom canggih itu dapat sepenuhnya menghancurkan bangunan dan bunker dibandingkan dengan yang digunakan dalam serangan Balakot, versi penetrator, yang membuat lubang di atap beton bangunan menggunakan beratnya tanpa menyebabkang banyak kerusakan pada struktur itu sendiri. Sebaliknya, mereka meledak di dalam, membunuh orang-rang dengan kombinasi 70-80 kg bahan peledak dan pecahan peluru.
"IAF sekarang berencana untuk mengakuisisi bunker buster atau versi perusak bangunan dengan hulu ledak Mark 84 yang dapat memusnahkan bangunan yang ditargetkan," lapor kantor berita India, ANI, mengutip sumber-sumber pemerintah seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (9/5/2019).
Sebelumnya, dilaporkan juga bahwa IAF akan melengkapi pesawat tempur Su-30MKI dengan bom Spice. Dalam dokumen yang diserahkan kepada pemerintah, IAF telah mengklaim bahwa telah terbukti bahwa selama operasi Balakot, 80% dari bom mereka mencapai target.
IAF mengakuisisi sejumlah bom panduan presisi Spice-2000 yang tidak diungkapkan dengan peningkatan akurasi dan penetrasi untuk digunakan terhadap pusat-pusat komando yang dibentengi dan di bawah tanah.
Credit sindonews.com
Rudal yang Diuji Tembak Korut Mirip Rudal Iskander Rusia
Menurut para pakar senjata, kemiripan yang mencolok terletak pada desain. Misil Iskander Rusia merupakan senjata jarak dekat yang sangat akurat dan mampu menyerang sasaran lebih dari 150 mil jauhnya.
Sistem semacam itu memiliki potensi untuk menantang pertahanan rudal di Korea Selatan dan semakin meningkatkan ketegangan di kawasan itu. Uji tembak itu juga menunjukkan bahwa Korea Utara sedang mengembangkan sistem senjata baru, bahkan ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan optimisme tentang kesepakatan masa depan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Korea Utara menguji senjata itu pada 4 Mei sebagai bagian dari "latihan serangan" yang mencakup penggunaan senjata lain seperti roket artileri. Itu adalah uji coba rudal yang dipublikasikan pertama kali sejak Korea Utara mendeklarasikan moratorium uji coba rudal antarbenua pada bulan April 2018.
Rudal baru yang diuji tembak tergolong jarak pendek, yang artinya tidak melanggar moratorium yang dibuat sendiri oleh rezim Kim Jong-un.
Presiden Trump di Twitter meremehkan uji coba senjata tersebut. "Saya percaya bahwa Kim Jong-un sepenuhnya menyadari potensi ekonomi Korea Utara yang besar, dan tidak akan melakukan apa pun untuk mengganggunya atau mengakhirinya," tulis Trump di Twitter.
Kendati demikian, rudal baru itu terlihat lebih canggih daripada beberapa desain misil Korea Utara sebelumnya. Menurut Hanham, tidak seperti rudal jarak jauh Korea Utara, rudal jarak pendek baru ini terlihat berbahan bakar padat. Senjata seperti ini dapat diluncurkan dengan cepat dengan sedikit peringatan.
Ellemen menjelaskan, misil Iskander terbang pada ketinggian sekitar 30 mil. Itu terlalu tinggi untuk rudal pencegat surface-to-air (darat-ke-udara) Patriot Amerika Serikat (AS), tetapi terlalu rendah untuk Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), sebuah sistem yang mampu mencegat rudal jarak jauh.
Credit sindonews.com
Soal Peluncuran Roket, Korut Mengaku Sebagai Latihan Reguler
"Latihan baru-baru ini yang dilakukan oleh tentara kami tidak lebih dari bagian dari latihan militer reguler, dan itu tidak menargetkan siapa pun atau memicu memburuknya situasi di kawasan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut yang tidak dikenal dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita KCNA yang dikutip Reuters, Rabu (8/5/2019).
Dalam kesempatan itu, Korut juga memperingatkan para kritikus yang mengomentari uji coba rudal tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan ada standar ganda, dimana latihan militer yang dilakukan oleh Korsel dan AS hanya mendatangkan sedikit kritik.
"Hanya latihan militer reguler dan pertahanan diri kami yang dicap sebagai provokatif, dan ini adalah manifestasi yang tak terselubung dari upaya untuk menekan perlucutan senjata negara kami secara bertahap dan akhirnya menyerang kami," kata juru bicara itu.
"Kami pikir ini sangat tidak menyenangkan dan disesalkan, dan kami membunyikan nada peringatan," cetusnya memperingatkan.
Latihan pada hari Sabtu itu adalah uji coba pertama rudal balistik yang dilakukan Korut sejak meluncurkan rudal balistik antarbenua jarak jauh pada November 2017.
Uji coba itu dilakukan setelah pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) pada bulan Februari macet, dan menimbulkan kekhawatiran di kedua negara, yang telah berusaha membujuk Korut untuk meninggalkan senjata nuklir dan program rudal balistiknya.
Credit sindonews.com
AS Berhasil Tembak Jatuh Beberapa Rudal dengan Senjata Laser
Laboratorium Penelitian Angkatan Udara melakukan pengujian di White Sands Missile Range Angkatan Darat AS di New Mexico pada bulan April. Sistem, yang dinamai Self-Protect High Energy Laser Demonstrator (SHiELD), digunakan dari darat. "Digunakan untuk menembak beberapa rudal yang diluncurkan dalam penerbangan," kata komandan Laboratorium Penelitian Angkatan Udara Mayor Jenderal William Cooley.
"Tes tersebut adalah langkah besar ke depan untuk sistem energi terarah dan perlindungan terhadap ancaman musuh," ujarnya, seperti dikutip dari The Verge, Senin (6/5/2019).
Laboratorium menyoroti beberapa keuntungan dari sistem senjata laser ini, seperti sangat akurat dan langsung mengenai sasaran, tidak akan memiliki keterbatasan dalam magazine, akan memungkinkan pilot untuk kembali membidik sasaran tambahan dengan cepat, dan tidak rentan terhadap tindakan balasan seperti dari suar atau alat pengacau. Karena itu, sistem kemungkinan tidak akan "bodoh" terhadap cuaca yang berpotensi mengganggu efektivitasnya.
SHiELD bukan satu-satunya teknologi laser yang sedang diuji oleh militer AS. Angkatan Darat AS juga menguji sistem serupa yang dipasang pada helikopter serang AH-64 Apache musim panas lalu. Sedangkan Angkatan Laut AS juga sedang bekerja dengan Lockheed Martin untuk menerapkan sistem itu pada kapal perang.
Credit sindonews.com
Rabu, 08 Mei 2019
AS Ungkap Cina Bangun Kapal Induk Terbesar, Ini Rinciannya
Citra satelit yang dipublikasikan pada April lalu, mengutip Reuters, 7 Mei 2019, menujukkan aktivitas pembuatan kapal induk Cina yang ketiga dan terbesar berlangsung sekitar 6 bulan terakhir.
"Dari apa yang kami lihat adalah di sana banyak aktivitas berlangsung dalam enam bulan terakhir atau lebih. Tampaknya itu adalah kapal ketiga, dan jika tidak, sulit untuk membayangkan kapal besar apa itu," kata Matthew Funaiole, analis CSIS, yang menyebut citra satelit itu diambil tahun lalu tanpa kesimpulan. Namun sekarang jelas tentang apa yang sedang terjadi.
Menurut CSIS, Cina memberi nama kapal induk ini sebagai Type 002. Ukurannya lebih kecil daripada kapal induk milik AS dengan berat 100 ribu ton, namun lebih besar dari kapal induk Prancis Charles de Gaulle yang bobotnya 42,500 ton.
Pentagon dalam laporan tahunannya mengenai modernisasi militer Cina yang terbit pada Jumat pekan lalu menunjukkan bahwa kapal induk ketiga Cina ini kemungkinan lebih besar daripada kapal induk pertama dan kedua. Kapal induk Type 002 memiliki kemampuan didarati pesawat tempur, pesawat pemberi peringatan bersayap tetap, dan pesawat operasi lainnya.
Namun belum ada informasi pasti apakah kapal induk Cina Type 002 bertenaga nuklir.
Cina sejauh ini sudah memiliki 10 kapal selam nuklir. Namun belum ada informasi tentang kapal perang atau kapal induk yang bertenaga nuklir. Beberapa analis memperkirakan Cina tidak siap untuk mengambil langkah itu.
Kapal induk pertama dan kedua Cina relatif kecil, hanya dapat menampung 25 pesawat tempur atau setengah dari jumlah pesawat tempur yang mampu didarati di kapal induk AS.
Kapal induk Cina pertama bernama Liaoning, dibuat di era Soviet milik Ukraina yang dibeli pada tahun 1998. Kapal induk bekas pakai ini diperbaiki di Cina.
Sedangkan kapal induk kedua Cina belum diketahui namanya diluncurkan pada tahun 2017, dan dibuat di Cina.
Media pemerintah Cina pernah mengutip pernyataan sejumlah ahli yang mengatakan Cina membutuhkan sedikitnya 6 kapal induk.
Credit tempo.co
Foto Satelit Kapal Induk Cina di Galangan Beredar
Reuters mendapatkan gambar-gambar ekslusif ini dari lembaga Center for Strategic and International Studies atau CSIS, yang berbasis di Washington.
“Proses pembangunan kapal induk berlangsung di galangan kapal Jiangnan di luar kota Shanghai,” begitu dilansir Reuters pada Senin, 6 Mei 2019.
Selain kapal ini, Cina dikabarkan telah memulai proses pembangunan kapal induk ketiga atau yang kedua hasil rancangan domestik. Kapal induk pertama merupakan kapal bekas dari Rusia.
“Waktu dan proses pengerjaan kapal induk ini merupakan rahasia negara,” begitu dilansir Reuters.
Upaya Cina membangun kapal induk dengan teknologi lokal merupakan bagian dari program modernisasi ekstensif militer Cina.
Ini karena militer Cina bersiap untuk menantang superioritas militer AS di kawasan Asia Timur.
Secara terpisah, Pentagon telah melaporkan kepada Kongres AS mengenai persiapan militer Cina untuk membangun berbagai pangkalan militer di berbagai negara.
Cina juga menggunakan berbagai cara untuk mempercepat penguasaan teknologi militer sehingga bisa memproduksi peralatan tempur sendiri.
"Cina menggunakan metode bervariasi untuk memperoleh teknologi militer asing dan penggunaan ganda, termasuk menyasar investasi asing secara langsung, pencurian siber, dan mengeksploitasi akses privasi bagi warga Cina untuk teknologi ini, sama halnya dengan memanfaatkan intelijennya, intrusi komputer, dan pendekatan lainnya," ujar laporan yang dimandatkan kepada Kementerian Pertahanan, seperti dikutip dari CNN News, 3 Mei 2019.
Credit tempo.co
AS Kerahkan Kapal Induk dan Kelompok Tempurnya ke Dekat Iran
Bolton mengatakan kelompok tempur itu menjadi pesan yang jelas kepada Iran bahwa setiap serangan terhadap kepentingan Washington atau sekutunya akan bertemu dengan kekuatan.
Bolton menekankan bahwa Washington tidak mencari perang dengan Teheran, tetapi siap untuk menanggapi setiap serangan dari negara para Mullah tersebut.
Komando Pusat Amerika Serikat hadir di Timur Tengah. Komando Pusat itu juga hadir di Mesir, Afrika, dan Asia Tengah, terutama Afghanistan. Pasukan dari komando itu adalah tentara aktif yang terlibat dalam banyak kampanye militer di wilayah-wilayah tersebut.
Hubungan antara Iran dan Amerika Serikat memburuk pada Mei 2018, setelah Washington secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015. Sejak itu, AS telah menampar Iran dengan beberapa putaran sanksi keras, termasuk pembatasan energi yang bertujuan untuk menurunkan ekspor minyak Iran ke angka nol guna melumpuhkan ekonomi negara itu.
Credit sindonews.com
Senin, 29 April 2019
Bos Pentagon Bilang Program Jet Tempur Siluman F-35 Kacau
Penyelidikan oleh Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan dimulai setelah serangkaian laporan media, termasuk Politico, yang mengatakan Shanahan dalam sebuah pertemuan pribadi menyebut F-35 "fucked up" atau "kacau".
"Lockheed Martin tidak tahu bagaimana menjalankan Program," tulis media tersebut mengutip komentar Shanahan. Komentar negatif itu hampir bersamaan dengan laporan Bloomberg bahwa keputusan awal Pentagon untuk membeli pesawat Boeing F-15X berasal dari kepemimpinan puncak atas dorongan dari Shanahan.
Tindakan bos Pentagon ini diduga melanggar perjanjian etika, di mana dia mempromosikan Boeing dengan menjelek-jelekkan Lokcheed Martin.
Laporan tersebut pada akhirnya membersihkan Shanahan dari tuduhan atau kesalahan terkait komentar negatifnya. Komentarnya tentang program F-35 itu dinyatakan substantif, yakni terkait dengan kinerja program, dan konsisten dengan komentar tentang program F-35 yang dibuat oleh pejabat senior pemerintah lainnya.
"Shanahan memberi tahu kami bahwa dia tidak mengatakan pesawat F-35 kacau. Dia memberi tahu kami bahwa pesawat F-35 luar biasa," kata laporan penyelidikan. "Shanahan mengatakan kepada kami bahwa dia mengatakan program F-35 sudah selesai."
"Dia menambahkan bahwa komentar-komentar itu selalu relatif terhadap tingkat kinerja, dan jumlah kategori di mana Anda memiliki masalah mendasar," lanjut laporan penyelidikan tersebut, seperti dikutip dari CNN, Minggu (28/4/2019).
"Kritik keseluruhan Shanahan terhadap program F-35 didasarkan pada berbagai masalah, termasuk suku cadang yang tidak mencukupi dalam inventaris dan biaya per jam penerbangan tidak berkurang cukup cepat."
Laporan GAO mengtakan hampir 30 persen dari jet tempur siluman F-35 militer AS tidak dapat terbang selama periode beberapa bulan pada tahun lalu karena kekurangan suku cadang.
"Pesawat F-35 tidak dapat menerbangkan hampir 30 persen dari periode Mei-November 2018 karena kekurangan suku cadang," bunyi laporan GAO, yang mencatat bahwa Departemen Pertahanan memperbaiki backlog sekitar 4.300 bagian F-35.
Credit sindonews.com
Rabu, 24 April 2019
China Pamerkan Kapal Perang Baru
Presiden China Xi Jinping hadir dalam parade tersebut. Dia memantau upaya pembaharuan dan penguatan PLA dalam segala lini mulai dari jet tempur siluman hingga kapal destroyer 055 yang berteknologi siluman, bernama Nanchang.
Itu bertepatan dengan ketegangan China dengan banyak negara dalam konflik Laut China Selatan dan konflik dengan China. Apalagi, China juga terus memperkuat militernya di saat persaingan dengan rivalnya yakni Korea Selatan dan Jepang di Asia Timur. Beijing juga ingin menyamai kekuatan militer Amerika Serikat (AS).
“Hormat untuk kamu, komrad. Komrad, terima kasih atas kerja kerasmu,” kata kepada para tentara yang berdiri di atas dek kapal, dilansir Reuters. “Salam untuk kamu, chairman,” balas mereka. “Melayani rakyat.”
Kapal induk produksi dalam negeri China yang masih menjalani uji coba kemarin tidak dipertunjukkan kepada publik. Namun, kapal induk Liaoning dilaporkan mengikuti parade tersebut. Kapal induk pertama milik China itu dibeli dari Ukraina pada 1998 dan direstrukturisasi ulang.
Hal yang menjadi perhatian pada parade tersebut adalah Nanchang. Itu merupakan kapal destroyer tipe 55 dengan berat 10.000 ton. Kapal tipe 055 mengadopsi fitur siluman sehingga tidak bisa terdeteksi radar musuh.Pergerakan kapal juga tidak terlalu berisik dan tidak menimbulkan radiasi elektromagnetik serta inframerah.
Kapal itu diproduksi oleh Changxingdao-Jiangnan Shipyard dan Dalian Shipbuilding Industry Company. Kapal perang itu merupakan pembaharuan dari kapal destroyer tipe 052D. Biaya produksi kapal itu mencapai 6 miliar Yuan China dan mulai dibuat sejak 2014 dan resmi beroperasi pada tahun ini.
Selain itu, China juga mempertontonkan kapal selama nuklir baru. Menurut pakar keamanan regional berbasis di Singapura, Collin Koh, kapal selam itu merupakan modifikasi kapal selama kelas Jin bertenaga nuklir.
AL China memiliki empat kapal selam kelas Jin yang bertugas di Pulau Hainan di selatan. “Kapal selama itu tidak adalah versi modifikasi dibandingkan kapal selam yang sepenuhnya baru. Namun, ada perkembangan yang signifikan,” ungkap Koh dari Sekolah Kajian Internasioal S Rajaratman Singapura. Sayangnya, kata dia, belum ada gambaran lengkap tentang modifikasi tersebut.
Parade kapal militer AL China tahun memang menjadi perhatian bagi Xi, sama seperti tahun lalu. Parade kapal kemarin menghadirkan 32 kapal perang China dan 39 pesawat tempur. Selain itu, 13 negara ikut mengirimkan kapal perang pada acara tersebut, termasuk India, Jepang, Vietnam, dan Australia. Sebanyak 61 negara mengirimkan delegasi pada acara tersebut, termasuk simposius yang akan digelar hari ini dan besok.
Sebelumnya, pada pertemuan dengan para pejabat AL luar negeri di pusat pelayaran Olimpiade Qindao, Xi mengungkapkan AL dari seluruh dunia seharusnya bekerja untuk melindungi perdamaian dan tatanan maritim dunia. “Orang China cinta dan berjuang untuk perdamaian dan akan mengikuti pembangunan perdamaian,” kata Xi.
Dia mengungkapkan, semua orang seharusnya saling menghargai satu sama lain dan memperlakukan untuk kesetaraan, serta mengutamakan kepercayaan yang saling menguntungkan. Dia juga ingin memperkuat dialog dan pertukaran maritime serta kerja sama pragmatis antara AL di seluruh dunia.
“Semua negara seharusnya mengutamakan konsultasi yang serta, memperkuat mekanisme komunikasi krisis, memperkuat kerja sama keamanan regional, dan mempromosikan penyelesaian yang layak terkait ketegangan maritim,” kata Xi.
Perang kapal perang China terakhir terjadi dengan Vietnam di Laut China Selatan pada 1974 dan 1988. China telah ikut berpartisipasi dengan patroli anti-pemabajakan di perairan Somalia sejak akhir 2008.
AS hanya mengirimkan delegasi ke Qindao yang dipimpin atase AL dari Kedutaan Besarnya di Beijing. Washington juga tidak mengirimkan kapal perangnya. Namun, kapal USS Blue Ridge yang menjadi bagian Armada Ketujuh AS di Jepang mengunjungi Hong Kong pada Sabtu lalu.
Seorang pejabat AL AS di USS Blue Ridge mengungkapkan Armada Ketujuh terus melanjutkan operasi intensif di kawasan. Itu termasuk operasi kebebasan navigasi untuk melawan klaim maritime yang berlebihan oleh China.
Beijing mengaku keberatan dengan patroli yang dilakukan AS di kepulauan Paracels dan Spratlys di Laut China Selatan yang diklaim mereka.
Credit sindonews.com
Unjuk Kekuatan, China Perlihatkan Kapal Selam Nuklir dan Kapal Penghancur
China menunjukkan kapal perusak dengan peluru kendali Tipe 055, Nanchang, ke hadapan publik pada parade ini untuk pertama kalinya seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (24/4/2019).
Selama parade besar Angkatan Laut internasional yang diadakan pada peringatan ke-70 berdirinya Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat, Beijing memamerkan kapal selam bertenaga nuklir untuk pertama kalinya.
Beijing mengadakan serangkaian acara dari 22 April hingga 25 April untuk memperingati ulang tahun angkatan lautnya, dengan sekitar 20 kapal angkatan laut asing juga ikut serta dalam parade tersebut.
China mengatakan kapal perang dari sekitar belasan negara juga mengambil bagian. Salah satu sumber diplomatik yang mengetahui langsung hal itu mengatakan total ada 13 negara. Pihak Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China pun menyiapkan langkah terbaik untuk menyambut mereka.
Australia, sekutu dekat Amerika Serikat, mengirimkan kapal fregat rudal kendali HMAS Melbourne. Jepang juga mengirim kapal perusak ke Qingdao.
Negara-negara lain yang ikut serta termasuk sekutu dekat China, Rusia, dan tiga negara yang terlibat perselisihan dengan China atas klaim di Laut Cina Selatan yang disengketakan: Vietnam, Malaysia, dan Filipina.
Credit sindonews.com