Dalam pidato sambutannya, Perdana Menteri
Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengatakan bahwa kejahatan berdasarkan
kebencian adalah musuh bersama. (Reuters/Jorge Silva)
Jakarta, CB -- Nama 50 korban yang tewas dalam penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, menggema dalam upacara peringatan teror tersebut di Hagley Park pada Jumat (29/3).
Ribuan orang berdiri dalam hening ketika kelima puluh nama korban yang tewas di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood pada 15 Maret lalu itu dibacakan.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengatakan bahwa kejahatan berdasarkan kebencian adalah musuh bersama.
"Tantangan kita sekarang adalah berusaha sebaik mungkin dalam keseharian karena kita tidak imun terhadap virus kebencian, ketakutan, dan orang lain," ucap Ardern sebagaimana dikutip Reuters.
Ribuan orang berdiri dalam hening ketika kelima puluh nama korban yang tewas di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood pada 15 Maret lalu itu dibacakan.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengatakan bahwa kejahatan berdasarkan kebencian adalah musuh bersama.
"Tantangan kita sekarang adalah berusaha sebaik mungkin dalam keseharian karena kita tidak imun terhadap virus kebencian, ketakutan, dan orang lain," ucap Ardern sebagaimana dikutip Reuters.
Di hadapan perwakilan pemerintahan dari sejumlah negara asing, Ardern kemudian mengatakan bahwa lingkaran ekstremisme semacam ini hanya dapat dihapuskan dengan kerja sama global.
"Jawabannya terletak pada konsep sederhana yang tidak terpaku pada batasan domestik, tak berdasar pada etnis, kekuasaan, atau bahkan format pemerintahan. Jawabannya ada pada kemanusiaan," tuturnya.
Mendengar pidato Ardern, seorang yang hadir dalam upacara tersebut, Farid Ahmed, terus mengangguk. Istri Ahmed, Husna, merupakan salah satu korban tewas dan ia mengaku sudah memaafkan pelaku.
Ahmed
mengatakan bahwa ia tidak mau lagi memiliki "hari yang mendidih
layaknya gunung berapi. Saya ingin punya hati yang penuh cinta dan
kepedulian, penuh kasih dan memaafkan dengan mudah karena hati itu tidak
ingin ada lagi nyawa yang hilang."
Ia kemudian mengajak semua pihak bekerja sama untuk perdamaian dan mengubah cara pandang dengan menganggap semua orang sebagai keluarga.
"Saya mungkin berasal dari satu kultur, kalian dari kultur lain. Saya mungkin punya satu kepercayaan, kalian juga punya kepercayaan lain, tapi jika bersama, kita adalah taman yang indah," katanya.
Ia kemudian mengajak semua pihak bekerja sama untuk perdamaian dan mengubah cara pandang dengan menganggap semua orang sebagai keluarga.
"Saya mungkin berasal dari satu kultur, kalian dari kultur lain. Saya mungkin punya satu kepercayaan, kalian juga punya kepercayaan lain, tapi jika bersama, kita adalah taman yang indah," katanya.
Credit cnnindonesia.com