MADRID
- Spanyol menarik sementara kapal fregat Mendez Nunez, dengan 215
pelaut di dalamnya, dari kelompok tempur yang dipimpin oleh kapal induk
Amerika Serikat (AS) USS Abraham Lincoln. Penarikan kapal perang itu
atas perintah dari Menteri Pertahanan Spanyol, Margaritas Robles.
Sumber
Kementerian Pertahanan Spanyol mengatakan pejabat pemerintah telah
memerintahkan tindakan penarikan sementara kapal fregat Mendez Nunez
dari kelompok tempur kapal induk USS Abraham Lincoln saat berada di
Timur Tengah.
"Kapal itu sedang dalam misi keliling dan tidak
akan masuk ke dalam jenis misi lain," sumber-sumber Kementerian
Pertahanan Spanyol mengungkapkan, dikutip Sputnik dari situs berita El Mundo, Selasa (14/5/2019).
Penarikan
itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan baru-baru ini antara AS
dan Iran. Keputusan itu diambil Robles di Brussels, selama pertemuan
para menteri pertahanan Uni Eropa.
"Langkah ini dapat memicu
krisis diplomatik antara AS dan Spanyol," wartawan ABC memperingatkan,
mengutip sumber militer Spanyol yang mencatat bahwa hal itu dapat
menyebabkan hilangnya kepercayaan AS terhadap Spanyol.
Sebelumnya
selama kunjungannya ke pangkalan udara Moron de la Frontera di Sevilla,
Robles menekankan bahwa sehubungan dengan krisis Iran Spanyol
berkomitmen pada Uni Eropa dan organisasi internasional.
"Dan di situlah kita akan selalu mengadopsi kesamaan posisi," ujarnya.
Ia
bersikeras bahwa Spanyol adalah mitra serius dan dapat diandalkan.
"Tetapi bahwa Angkatan Bersenjata hanya terikat oleh perjanjian yang
dibuat dengan Uni Eropa dan NATO," tegasnya.
Integrasi
Mendez Nunez ke dalam kelompok tempur AS - di mana tidak ada kapal
non-AS - direncanakan setidaknya setahun yang lalu. Armada ini telah
melintasi Selat Bab el Mandeb, yang menghubungkan Laut Merah ke Samudra
Hindia, dan menuju Selat Hormuz. Pada 9 Mei, kelompok itu berlayar
melalui Terusan Suez.
Fregat Spanyol diharapkan untuk kembali ke tanah airnya setelah mengunjungi California dan melewati Terusan Panama.
Ilustrasi bendera Korea Utara. (John Pavelka/Wikimedia Commons)
Jakarta, CBa -- Seorang warga Amerika Serikat, Andrew Hong, yang diduga menjadi dalang penyerbuan Kedutaan BesarKorea Utara
di Spanyol saat ini dilaporkan menghilang. Menurut kuasa hukumnya, Lee
Wolosky, dia tidak tahu keberadaan kliennya dan kemungkinan dia
menghindar dari kejaran tim pembunuh yang diutus Korut.
Seperti
dilansir CNN, Selasa (23/4), Hong merupakan ketua kelompok Cheollima
Civil Defense (CCD). Aparat keamanan AS, US Marshals, sudah menggerebek
kediamannya pada Kamis pekan lalu, tetapi dia tidak ada di tempat.
"Dia khawatir akan keselamatannya. Kami punya alasan untuk meyakini tim
pembunuh Korut sudah dikirim untuk membunuh Hong dan kemungkinan juga
yang lainnya, dan dia mengambil langkah untuk menghindari mereka," kata
Wolosky.
Tidak lama setelah penyerbuan itu, hakim Spanyol, Jose
de la Mata, menyatakan Hong adalah pemimpin dari kelompok yang menyerbu
kedubes Korut pada Februari lalu.
Menurut hakim, Hong dan
anggota CCD menganiaya dan memborgol sejumlah staf kedubes Korut. Mereka
juga memaksa salah satu pejabat senior untuk membelot.
Mereka lantas kabur dari kedutaan itu dengan membawa dua komputer dan sejumlah perangkat keras.
Sedangkan
seorang mantan Marinir AS, Christopher Ahn, yang diduga terlibat dalam
penyerbuan itu sudah ditangkap dan diajukan ke pengadilan. Namun,
kasusnya sampai saat ini masih tertutup dari masyarakat.
Melalui
situsnya, CCD mengatakan kelompoknya telah berbagi informasi yang
diperoleh hasil penyusupan dengan Biro Investigasi Federal Amerika
Serikat (FBI). Kelompok yang pernah mendeklarasikan diri sebagai
pemerintah tandingan Korut itu menganggap informasi-informasi tersebut
"bernilai besar".
CCD yang menyatakan diri sebagai Pemerintahan Khusus Pembebasan Joseon
bertujuan untuk menggulingkan rezim Kim Jong-un. Mereka menyatakan
menjadi rujukan dan tempat meminta bantuan bagi warga Korut yang
membelot.
Rakyat venezuela mendengarkan pidato pemimpin
oposisi Juan Guaido yang memproklamirkan diri sebagai presiden di
Caracas, Venezuela, Kamis (28/3).
Foto: AP Photo/Natacha Pisarenko
Carvajal melawan permintaan ekstradisi AS dengan alasan memiliki hubungan di Spanyol.
CB,
MADRID -- Mantan Kepala Intelijen Militer Venezuela, Hugo Carvajal,
ditahan di penjara oleh Pengadilan Tinggi Spanyol pada Sabtu (13/4)
waktu setempat. Ia ditahan sambil menunggu keputusan soal permintaan
ekstradisi ke Amerika Serikat (AS).
Juru Bicara Pengadilan Tinggi Spanyol yang meminta namanya
dianonimkan mengatakan, mantan jenderal dan sekutu dekat Hugo Cavez itu
ditangkap polisi Spanyol satu hari sebelumnya. Ia ditangkap dengan surat
perintah AS atas tuduhan perdagangan narkoba.
Namun, usai
penangkapannya, AS memuji Carvajal karena berpotensi melawan
pemerintahan Nicolas Maduro. Carvajal mendukung Juan Guaido menjadi
presiden sementara Venenzuela. Sementara, pemerintahan Maduro diketahui
masih mempertahankan kendali atas sebagian besar angkatan bersenjata
Venezuela dan lembaga-lembaga negara.
Selama persidangan
Sabtu di Pengadilan Tinggi Madrid, Carvajal membantah hubungannya dengan
perdagangan narkoba. Selain itu, ia juga dituduh sebagai pendukung
kelompok pemberontak Farc Kolombia, yang juga ia sangkal. "Ia juga
menantang potensi ekstradisi ke AS dan sehingga masih akan ditimbang
oleh pengadilan," kata juru bicara itu dilansir Reuters.
Carvajal
melawan permintaan ekstradisi AS dengan alasan memiliki hubungan di
Spanyol, yakni tempat keluarganya ada di Spanyol. Carvajal meninggalkan
Venezuela sebulan lalu dan berpergian dengan kapal selama 16 jam untuk
mencapai Republik Dominika sebelum ia terbang ke Madrid.
Departemen
Kehakiman AS mengatakan telah meminta ekstradisi Carvajal atas tuduhan
penyeludupan kokain yang diajukan pada 2011 dan kasusnya dibuka pada
2014. Carvajal sebelumnya telah disetujui oleh pemerintah AS pada 2008,
sebab membantu secara materi kegiatan perdagangan narkotika dari
kelompok pemberontak Farc Kolombia.
Seorang pejabat
pemerintahan AS mengatakan bahwa Carvajal memiliki informasi berharga
tentang Maduro dan bersedia bekerja sama dengan AS. Carvajal mengecam
penerus Chavez, Maduro pada bulan Februari dan mendukung pemimpin
oposisi Juan Guaido yang pada bulan Januari menyatakan dirinya sebagai
pemimpin sementara Venezuela.
PYONGYANG
- Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Korea Utara (Korut)
menuturkan, serangan terhadap kantor Kedutaan Besar mereka di Spanyol
adalah aksi terorisme. Serangan itu diketahui terjadi pada Februari
lalu.
"Suatu intrusi ilegal ke dalam dan pendudukan misi
diplomatik dan tindakan pencurian adalah pelanggaran berat terhadap
kedaulatan negara dan merupakan pelanggaran mencolok hukum
internasional, dan tindakan semacam ini tidak boleh ditoleransi di
dunia," kata pejabat itu, seperti dilansir Reuters pada Minggu (31/3).
Dia
kemuudian menyerukan penyelidikan dan mengatakan Korut secara cermat
mengawasi desas-desus bahwa Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat
(AS) atau FBI dan kelompok anti-Kout berada di balik serangan itu.
Namun,
Korut telah berhenti menyalahkan Washington secara langsung atas
serangan itu dan meminta pemerintah Spanyol untuk melakukan penyelidikan
secara bertanggung jawab. "Kami akan menunggu hasilnya dengan sabar,"
ucapnya.
Sementara itu, sebelumnya diwartakan hakim Pengadilan
Nasional Spanyol, Jose de la Mata, mengeluarkan surat perintah
penangkapan internasional untuk dua tersangka pelaku serangan terhadap
Kedutaan Besar Korut di Madrid.
Tujuh anggota geng beranggotakan
10 orang yang menyerang kedutaan Korut pada 22 Februari telah diadili.
Hakim menuntut mereka dengan penahanan ilegal, perampokan dengan
kekerasan dan intimidasi, dan keanggotaan dalam geng kriminal di antara
tuntutan kejahatan lainnya.
Hakim Spanyol membenarkan bahwa semua penyerang yang terlibat dalam insiden itu saat ini berada di luar negeri.
Menurut
dokumen pengadilan, para penyerang bertindak atas inisiatif mereka
sendiri dan menyatakan bahwa mereka adalah anggota gerakan hak asasi
manusia untuk pembebasan Korut.
CB, Jakarta - Pemerintah Spanyol menolak permintaan presiden Meksiko yang menuntut meminta maaf karena menjajah negaranya lima ratus tahun lalu.
Presiden
Andres Manuel Lopez Obrador, seorang sayap kiri Meksiko, melayangkan
surat kepada Raja Spanyol King Felipe VI dan Paus Fransiskus, agar
mereka meminta maaf kepada orang-orang pribumi Meksiko.
"Ada
pembantaian dan penindasan. Yang disebut penaklukan itu dilakukan
dengan pedang dan salib. Mereka membangun gereja-gereja mereka di atas
kuil," kata Lopez Obrador dalam sebuah pesan video, seperti dikutip dari
The Telegraph, 27 Maret 2019.
Labrador merekam pesan video di monumen peringatan suku Maya atas
perang pertama melawan penakluk Spanyol Hernan Cortes melawan pribumi
lima ratus tahun lalu.
Keluarga
Kerajaan Spanyol saat Raja Spanyol Felipe VI bersiap menuju
pelantikan(kedua dar kiri) di La Zarzuela Palace di Madrid, 19/6.
REUTERS / Zipi / Pool
Beberapa jam setelah pesan pemimpin
Meksiko diunggah ke media sosial, pemerintah Spanyol mengeluarkan
pernyataan yang menyayangkan pernyataan Lopez Obrador.
"Kedatangan
orang Spanyol di tempat yang sekarang adalah tanah Meksiko 500 tahun
yang lalu tidak dapat dinilai berdasarkan pemikiran kontemporer. Rakyat
kita selalu dapat menafsirkan masa lalu kita bersama tanpa kemarahan dan
dengan perspektif yang konstruktif. Ada ikatan kasih sayang antara
orang Spanyol dan Meksiko," balas pemerintah Spanyol
Lima
abad silam, Hernan Cortes memulai penaklukan dari pesisir Tabasco dan
dibantu oleh kelompok pribumi setempat. Cortes memimpin skuadron
tempurnya di Tenochtitlan (yang sekarang adalah Mexico City), dan menang
dua tahun kemudian pada 1521. Kemudian kerajaan Aztec hancur dan
seluruh penduduk pribumi beralih memeluk Kristen.
Di
depan pendukungnya, Lopez Obrador menatakan ingin mendamaikan Meksiko,
Kerajaan Spanyol dan Vatikan, dengan melihat kembali sejarah invasi dan
tiga abad kolonisasi.
Lopez Obrador mengatakan ingin mengubah interpretasi Spanyol
bahwa peristiwa 500 tahun lalu di Meksiko sebagai pertemuan dua budaya,
karena menurutnya itu adalah pembunuhan pribumi Meksiko.
Ilustrasi Ibu Kota Pyongyang, Korea Utara. (REUTERS/Damir Sagolj)
Jakarta, CB -- Sebuah organisasi berjuluk
Cheollima Civil Defense (CCD) mengaku bertanggung jawab atas penyerangan
terhadap kedutaan besar Korea Utara di Madrid, Spanyol, pada 22 Februari lalu.
Dalam
peristiwa itu sejumlah staf kedutaan besar Korut disekap dan pelaku
mencuri sejumlah barang seperti komputer. Para penyusup dilaporkan kabur
menggunakan kendaraan mewah.
Melalui situsnya, CCD mengatakan
kelompoknya telah berbagi informasi yang diperoleh hasil penyusupan
dengan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI). Kelompok yang
pernah mendeklarasikan diri sebagai pemerintah tandingan Korut itu
menganggap informasi-informasi tersebut "bernilai besar".
"Informasi
ini dibagikan secara sukarela dan (pertemuan) atas permintaan mereka,
bukan kami," tutur CCD merujuk pada pertemuannya dengan FBI.
CCD juga mengatakan mereka berbagi informasi dengan FBI "berdasarkan
ketentuan kerahasiaan yang disepakati bersama" yang tampaknya "telah
dilanggar".
CCD membenarkan serangannya terhadap kedutaan Korut.
Mereka menyebutkan fasilitas diplomatik Korut cuma kedok untuk
menyamarkan sejumlah kegiatan ilegal.
"Kedutaan dan kantor rezim
Korut adalah pusat perdagangan narkotika dan senjata, serta media bagi
kelanjutan propaganda rezim otoriter yang secara sistematis melakukan
kejahatan kemanusiaan terhadap warganya sendiri (dan negara lainnya),"
papar CCD.
Dalam pernyataannya juga, CCD membantah laporan media
Spanyol ada aksi pemukulan dan pembungkaman terhadap para staf kedubes
Korut.
"Semua penghuni kedutaan diperlakukan dengan bermartabat dan hati-hati," tulis kelompok itu.
CCD juga menegaskan "tidak ada pemerintah lain" yang mengetahui serangan
itu sampai benar-benar terjadi. Pernyataan itu diutarakan menyusul
tudingan media Spanyol ada dugaan keterlibatan Agensi Intelijen Pusat AS
(CIA) dalam peristiwa itu.
Meski pengakuan CCD ini belum bisa
dikonfirmasi, namun kelompok itu mengaku memegang bukti kuat "yang dapat
memverifikasi pernyataan kami."
Klaim CCD itu muncul setelah
hakim Spanyol mencabut perintah kerahasiaan dalam kasus ini. Hakim Jose
de la Mata mengatakan bukti dari berbagai kejahatan telah ditemukan,
termasuk pelanggaran, ancaman, penahanan ilegal, dan pencurian yang
dilakukan oleh "organisasi kriminal."
Sejauh ini seorang warga
Amerika Serikat, Meksiko, dan Korea Selatan dituduh berpartisipasi dalam
serangan misterius yang disebut dilakukan oleh 10 orang itu.
Hakim
menuturkan salah satu dari mereka disebut membagikan materi yang dicuri
itu ke FBI. Hakim juga meyakini para penyerang kabur ke AS dan
bermaksud meminta seluruh pelaku diekstradisi ke Spanyol, di mana mereka
dapat menghadapi hukuman penjara maksimal 28 tahun.
Sementara itu, dikutip The Straits Times, juru bicara FBI
menolak berkomentar langsung ketika ditanya apakah biro tersebut berbagi
informasi dalam pertemuan dengan kelompok itu.
"FBI memiliki
hubungan kerja yang kuat dengan mitra penegak hukum Spanyol yang
berfokus pada saling berbagi informasi dan kerja sama rutin seputar
seputar masalah-masalah yang ada," ucap juru bicara FBI itu.
MADRID
- Hakim Pengadilan Nasional Spanyol, Jose de la Mata, mengeluarkan
surat perintah penangkapan internasional untuk dua tersangka pelaku
serangan terhadap kedutaan Korea Utara (Korut) di Madrid pada Februari
lalu. Hal itu dikatakan dinas pers pengadilan.
Tujuh anggota geng
beranggotakan 10 orang yang menyerang kedutaan Korut pada 22 Februari
telah diadili. Hakim menuntut mereka dengan penahanan ilegal, perampokan
dengan kekerasan dan intimidasi, dan keanggotaan dalam geng kriminal di
antara tuntutan kejahatan lainnya.
"Dua surat perintah
penangkapan internasional telah dikeluarkan, termasuk satu untuk
pemimpin geng," pejabat itu menjelaskan seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (27/3/2019).
Hakim Spanyol membenarkan bahwa semua penyerang yang terlibat dalam insiden itu saat ini berada di luar negeri.
Menurut
dokumen pengadilan, para penyerang bertindak atas inisiatif mereka
sendiri dan menyatakan bahwa mereka adalah anggota gerakan hak asasi
manusia untuk pembebasan Korut.
Pada 22 Februari, anggota geng
menjebol kedutaan besar Korut di Madrid, memborgol karyawan kedutaan dan
memukuli mereka sementara Charge d'Affaires sementara Yu Sok-so dibawa
ke sebuah ruangan untuk diinterogasi.
Para
penyerang dilaporkan mencoba mendapatkan beberapa informasi tentang
mantan Duta Besar Korut untuk Spanyol Kim Hyok-chol, yang merupakan
salah satu tokoh penting yang mempromosikan KTT kedua antara Presiden AS
Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un.
Para penyerang
dilaporkan mengambil beberapa komputer dan dokumen dari gedung kedutaan.
Yu Sok-so memberi tahu polisi Spanyol bahwa mereka adalah warga negara
Korea Selatan (Korsel).
Ilustrasi bendera Korea Utara. (REUTERS/Denis Balibouse)
Jakarta, CB -- Kedutaan Besar Korea Utara di Madrid, Spanyol
dilaporkan diserang sejumlah orang tidak dikenal pada 22 Februari lalu.
Para pelaku mencuri sejumlah barang dan kemudian kabur menggunakan
kendaraan mewah.
Seperti dilansir CNN, Kamis (21/3),
juru bicara Kepolisian Spanyol menyatakan dari laporan disebutkan pelaku
penyerangan berjumlah sepuluh orang. Masing-masing dari mereka
merangsek masuk ke kedutaan Korea Utara, dan menggunakan senjata palsu
untuk menakuti.
Mereka kemudian mengikat sejumlah staf kedutaan menggunakan tali
kemudian menginterogasi dan juga menganiaya. Mereka lantas pergi membawa
sejumlah barang.
Saat peristiwa terjadi, seorang staf perempuan
berhasil kabur dan berteriak meminta bantuan. Warga yang mendengar
teriakan itu kemudian menelepon polisi. Namun, ketika polisi datang dan
hendak memeriksa keadaan, para staf kedutaan menyatakan tidak terjadi
apa-apa seolah seperti menutupi insiden itu.
Peristiwa itu
terjadi beberapa hari sebelum pertemuan Presiden Amerika Serikat, Donald
Trump, dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, pada akhir
Februari lalu.
Ketika dikonfirmasi, kepolisian Spanyol menolak merinci soal laporan
penyerangan ke kedutaan Korut itu. Sedangkan Kementerian Dalam Negeri
Spanyol juga menolak memberikan konfirmasi dan beralasan tidak bisa
memberikan komentar terhadap proses penyelidikan.
Dugaan
penyerang disampaikan oleh sumber di pemerintah AS. Mereka yakin itu
adalah perbuatan kelompok Cheollima Civil Defense (CCD). Mereka adalah
sebuah kelompok rahasia yang bercita-cita menggulingkan rezim Kim
Jong-un. Sayang mereka juga tidak memberikan konfirmasi terkait tuduhan
itu.
CCD mulai dikenal ketika dilaporkan melindungi Kim Han-sol,
anak mendiang Kim Jong-nam. Kim Jong-nam adalah saudara tiri Kim
Jong-un, yang meninggal akibat diracun menggunakan zat saraf VX di
Bandara Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2017 lalu.
Pemerintah Korea Selatan dna Malaysia menduga Korut terlibat dalam pembunuhan itu. Namun, Korut menyangkal.
Bendera Spanyol (kiri) dan Catalonia
berkibar di atap Istana Generalitat, kantor pusat pemerintah wilayah
Catalonia di Barcelona, Spanyol, Senin (30/10/2017). (REUTERS/Yves
Herman/djo/17)
Madrid (CB) - Dua orang Catalonia yang dilatih oleh organisasi
YPG/PKK di Suriah mengancam akan mengarahkan senjata mereka ke Spanyol
setelah mereka kembali ke Catalonia, kata media Spanyol.
Rekaman yang disiarkan pada akhir Januari memperlihatkan seorang lelaki
dan seorang perempuan yang mengancam akan menerapkan pelatihan mereka
terhadap negara mereka segera setelah mereka pulang dari Suriah.
Kedua orang yang bertopeng tersebut berbicara dalam Bahasa Catalonia,
dan menyatakan mereka berperang bersama kelompok yang "memperjuangkan
kemerdekaan Catalonia".
Sambil membawa senjata, sepanjang rekaman video itu dan mengaku sebagai
"internasionalis" --rujukan kepada Brigade Internasional yang datang ke
Spanyol selama Perang Saudara Spanyol melawan diktator Francisco Franco,
yang memerintah Spanyol dari 1939 sampai kematiannya pada 1975.
Pusat Intelijen Nasional Spanyol mengatakan lembaga tersebut
memperlakukan ancaman itu secara serius, dan mengumumkan bahwa lembaga
tersebut telah melancarkan penyelidikan untuk mengidentifikasi kedua
tersangka.
Pusat Intelijen Spanyol menegaskan bahwa para tersangka adalah ancaman
nyata buat Spanyol, dan mereka harus ditangkap serta diadili sepulang
mereka.
Lembaga itu juga mengatakan bergabung dalam pergolakan bersenjata di
luar negeri tanpa izin dari Negara Spanyol adalah pelanggaran pidana dan
itu membahayakan kepentingan Spanyol, yang tidak memihak.
Lebih dari 10 warga negara Spanyol telah bergabung dengan kelompok
YPG/PKK selama beberapa tahun belakangan, dua di antara mereka ditangkap
pada 2015 di Madrid dan pengadilan membebaskan mereka dengan jaminan.
Dalam kegiatan terornya selama 30 tahun melawan Pemerintah Turki, PKK
telah merenggut tak kurang dari 40.000 jiwa, termasuk perempuan dan anak
kecil. YPG adalah cabang PKK di Suriah.
MADRID
- Ribuan pendukung kemerdekaan Catalan berunjuk rasa di pusat Kota
Madrid untuk menentang pengadilan terhadap 12 pemimpin oposisi. Para
pemimpin oposisi Catalan itu terancam penjara atas peran mereka
menyelenggarakan referendum kemerdekaan dari Spanyol pada 2017.
Para
demonstran yang melakukan perjalanan dari wilayah Catalonia untuk
berunjuk rasa itu mengibarkan bendera Catalan dan membawa spanduk
bertulis “Penentuan nasib sendiri itu bukan kejahatan.”
Penyelenggara
unjuk rasa memperkirakan sebanyak 120.000 orang mengikuti demonstrasi
itu. Adapun kepolisian menyatakan pengunjuk rasa mencapai 18.000 orang.
Ketegangan antara Madrid dan Barcelona itu terjadi sejak deklarasi
kemerdekaan Catalonia pada akhir 2017, tapi pengadilan terhadap 12
pemimpin separatis telah merusak proses negosiasi.
Ke-12
orang itu diadili di Madrid dengan berbagai dakwaan mulai dari
pemberontakan hingga penyalahgunaan dana. Semua tuduhan itu disangkal
para pemimpin separatis. Krisis Catalan itu mewarnai pemilu 28 April
dengan tiga partai sayap kanan, yakni konservatif Partai Rakyat (PP),
sayap kanan-tengah Ciudadanos, dan sayap kanan-jauh Partai Vox, mendesak
Spanyol mengambil sikap lebih keras pada separatis.
Survei
menunjukkan dukungan untuk partai-partai Catalan mungkin semakin kuat
jika Perdana Menteri (PM) Pedro Sanchez membentuk pemerintahan setelah
pemilu. Sebagian besar survei menunjukkan kubu Sosialis Sanchez
memenangkan sebagian besar kursi tapi tidak dapat meraih mayoritas
parlemen.
Sanchez berkuasa dengan memenangkan mosi tidak percaya
tahun lalu dengan dukungan partai-partai separatis Catalan, tapi tidak
bisa meloloskan rancangan anggarannya sehingga membuatnya menyerukan
pemilu lebih awal.
MADRID
- Badan intelijen Amerika Serikat (AS), CIA, diduga terlibat dalam
serangan terhadap Kedutaan Besar (Kedubes) Korea Utara (Korut) di
Spanyol. Demikian laporan media setempat, mengutip sumber-sumber
investigasi. Jika dikonfirmasi, hal ini kemungkinan akan menyebabkan
perselisihan besar antara Spanyol dan AS.
"Setidaknya dua dari 10
pelaku, yang masuk ke Kedubes Korut, telah diidentifikasi dan terhubung
dengan Badan Intelijen Pusat," tulis El Pais yang disitir RT, Kamis (14/3/2019).
Badan
mata-mata AS itu telah membantah keterlibatan mereka. Namun sumber
pemerintah Spanyol mengatakan kepada surat kabar itu bantahan tersebut
tidak cukup meyakinkan.
Jika
peran CIA dalam insiden tersebut dikonfirmasi, hal itu mungkin akan
menyebabkan perselisihan diplomatik antara Madrid dan Washington.
Keterlibatan penjahat biasa dalam insiden itu dikesampingkan tidak lama
setelah serangan itu terjadi, karena seluruh operasi menyerupai
pekerjaan penyerangan oleh sel militer.
Insiden aneh - dan
seperti di film-film - terjadi pada 22 Februari lalu, ketika sekelompok
pria menyerang misi diplomatik Korut di Spanyol, yang terletak di
Madrid. Para penyerang menahan dan menyumpal mulut staf Kedubes. Mereka
kemudian menggeledah kedutaan selama empat jam, mencuri komputer dan
perangkat elektronik lainnya.
Salah satu karyawan Kedubes Korut
berhasil melarikan diri dan memberi tahu tetangga, yang kemudian
memanggil polisi. Namun ketika penegak hukum tiba, mereka dilaporkan
disambut oleh seorang individu, yang meyakinkan mereka bahwa semuanya
baik-baik saja di fasilitas diplomatik itu. Tak lama setelah itu, para
tersangka keluar dari kedutaan dengan dua kendaraan curian dan pergi,
meninggalkan mobil-mobil itu di jalan.
Polisi
kemudian menemukan staf misi diplomatik Korut, yang diikat, disumpal
dan mendapati tas di kepala mereka. Beberapa diplomat memerlukan
perawatan medis setelah insiden tersebut karena cedera ringan. Sementara
serangan itu dilaporkan secara luas oleh media lokal, Kedutaan Korut
tidak memberikan pernyataan apa pun.
Para pelaku mungkin tengah
mencari informasi tentang mantan duta besar Korut untuk Spanyol - Kym
Hyok-chol. Diplomat itu bertugas selama bertahun-tahun, namun ia diusir
pada 2017 lalu di tengah uji coba nuklir berturut-turut yang dilakukan
oleh Pyongyang. Ia kemudian bergabung dengan tim negosiator negara itu
dan berpartisipasi dalam mengatur KTT Preisden AS Donald Trump-Pemimpin
Korut Kim Jong-un di Vietnam - yang berujung pada kegagalan hanya lima
hari setelah insiden di Madrid.
Pengunjuk rasa mengibarkan bendera
Spanyol dan berteriak di depan balai kota dalam sebuah demonstrasi
mendukung persatuan Spanyol sehari sebelum referendum kemerdekaan 1
Oktober yang dilarang di Catalunya, di Madrid, Spanyol, Sabtu
(30/9/2017). (REUTERS/Sergio Perez/cfo/17)
Barcelona (CB) - Ratusan orang turun ke jalan di Barcelona
pada Minggu (24/2) untuk menentang kunjungan Raja Spanyol Felipe VI ke
Catalunya, wilayah yang gagal memisahkan diri pada 2017.
Raja Spanyol menjadi tokoh polarisasi di Catalunya sejak ia melakukan
campur tangan politik yang langka di puncak krisis pemisahan Catalunya.
Ketika itu, dia menyebut para pemimpin prokemerdekaan tidak bertanggung
jawab dan tidak demokratis.
Raja Spanyol berkunjung ke Barcelona, Ibu Kota Catalunya, pada Minggu
untuk menggelar makan malam bagi pertemuan industri telepon seluler.
Kalangan separatis Catalunya menyikapi kunjungan tersebut dengan
membakari foto-foto Raja dan menutup sejumlah jalan di pusat kota
Barcelona.
Para demonstran membawa spanduk-spanduk bertuliskan "Hentikan
Penindasan" dan "Rotten Bourbouns", mengacu kepada kediaman kerajaan
Spanyol. Mereka juga melemparkan telur ke arah polisi daerah di Museu
Nacional d`Art de Catalunya (MNAC), tempat perjamuan makan malam
berlangsung.
Kehadiran Raja di Barcelona muncul di tengah saat yang sulit bagi
politik Spanyol, yaitu ketika 12 pemimpin separatis Catalunya menjalani
persidangan di Madrid atas gerakan kemerdekaan.
Perdana Menteri Sosialis Spanyol Pedro Sanchez menyerukan pemilu dini
pada 28 April setelah sejumlah partai prokemerdekaan Catalunya bergabung
dengan partai-partai oposisi untuk menentang RUU anggaran 2019 yang
diusungnya.
LONDON
- Sebuah kapal perang Spanyol telah memerintahkan kapal-kapal komersial
untuk meninggalkan perairan Inggris. Angkatan Laut Kerajaan Inggris pun
mengirim sekitar tiga kapal perang untuk mengatasi ketegangan tersebut.
Pemerintah Gibraltar telah mengonfirmasi upaya pengusiran kapal-kapal komersial itu oleh kapal perang Spanyol.
Dalam
rekaman audio, awak kapal perang Spanyol pada hari Minggu mengatakan
kapal-kapal komersial yang berlabuh di Rock agar meninggalkan perairan
yang ia klaim sebagai wilayah Spanyol.
Kementerian
Luar Negeri Inggris mengatakan kapal-kapal komersial yang telah
diberitahu untuk pergi diperintahkan untuk tetap berada di wilayah
Otoritas Pelabuhan Gibraltar. Kementerian itu menyebut upaya pengusiran
oleh kapal perang Spanyol sebagai tindakan "bodoh"
"Hanya ada
nilai gangguan pada permainan konyol ini yang dimainkan oleh mereka yang
tidak menerima kedaulatan Inggris yang tidak dapat disangkal atas
perairan di sekitar Gibraltar sebagaimana diakui oleh seluruh dunia
dalam konvensi PBB tentang hukum laut," kata juru bicara kementerian
itu, seperti dikutip The Guardian, Senin (18/2/2019).
"Tampaknya masih ada beberapa di Angkatan Laut Spanyol yang berpikir mereka dapat mengabaikan hukum internasional," lanjut dia.
Pemerintah Gibraltar menuduh kapal Spanyol berusaha mengambil "tindakan eksekutif" terhadap kapal-kapal komersial.
Seorang
anggota kru kapal terdengar dalam rekaman audio meminta kapal Spanyol
untuk memverifikasi perintah pengusiran itu kapal komersial tersebut
berlabuh di Gibraltar. "Kami tidak terapung - kami berada di jangkar
sekarang," katanya, sebelum diberitahu lagi untuk meninggalkan perairan
Spanyol.
Sebuah
pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah Gibraltar mengatakan;
“Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengerahkan kapal dan perahu karet ke
lokasi kejadian. Setelah ditantang oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris,
kapal perang Spanyol berlayar perlahan di sepanjang pantai Gibraltar
dengan senjatanya terbuka dan diawaki."
"Pemerintah Gibraltar
sedang memverifikasi setiap aspek dari insiden itu untuk memastikan
bahwa tindakan yang tepat diambil sesegera mungkin," lanjut pernyataan
pemerintah.
Ketegangan terjadi antara partai pemerintah dengan dengan nasionalis Catalan.
CB,
MADRID -- Pemerintah Spanyol harus mengumumkan pemilihan umum cepat
jika mereka gagal meloloskan rancangan anggaran yang mereka ajukan dalam
pemungutan suara di badan legislatif. Isu anggaran ini sudah
membahayakan pemerintah Spanyol sejak pekan lalu ketika partai
nasionalis Catalan mengumumkan tidak akan mendukung anggaran tersebut.
Penolakan partai nasionalis Catalan ini diumumkan setelah pemerintah
Spanyol menolak menegosiasikan kemerdekaan mereka. Ketegangan antara
partai berkuasa Spanish Socialist Party (PSOE) dan nasionalis Catalan
berdasarkan persidangan 12 pemimpin Catalan yang ditahan sejak 2017
lalu.
Para pemimpin Catalonia termasuk mantan Wakil
Presiden Wilayah Oriol Junqueras dan sembilan mantan menterinya
menghadapi tuntutan 25 tahun penjara atas tuduhan pemberontakan. Para
pemimpin separatis Catalan berharap dapat mengadakan negosiasi dengan
PSOE tentang memutuskan nasib mereka sendiri.
Salah
satunya kemungkinan mengadakan referendum. Tapi Menteri Keuangan
Spanyol Maria Jesus Montero sudah mengatakan tidak ada negosiasi tentang
hal tersebut. "Tidak mau atau mampu untuk bernegosiasi di luar tembok
konstitusi," kata Maria Dilansir di Aljazirah Rabu (13/2) .
Konstitusi
Spanyol melarang wilayah mana pun untuk memisahkan diri. Seorang
pramuniaga di sebuah restoran di dekat Stasiun Atocha di Madrid, Xose do
Covelo mengatakan ia mengetahui persidangan para pemimpin Catalan
tersebut akan berdampak sesuatu di masa depan.
Covelo
sendiri tidak memiliki pendapat pribadi tentang upaya Catalonia
memisahkan diri. "Bagi saya ini seperti permainan, kami tidak tahu jika
perdana menteri akan tetap bertahan atau harus pergi begitu juga
Katalonia," kata Covelo.
Pemerintah Spanyol menilai
referendum kemerdekaan yang digelar Catalonia pada tahun 2017 ilegal. Di
bulan yang sama wilayah yang bergejolak itu menyatakan memisahkan diri
dari Spanyol. Akhirnya otonomi mereka dicabut oleh pemerintah pusat dan
pemerintah Spanyol menggelar pemilihan umum pada bulan Desember 2017
dengan harapan dapat meletakkan pemimpin pro-Spanyol di pemerintahan
Catalonia.
Partai serikat buruh dari kelompok sayap kanan
memenangkan pemilihan umum itu. Tapi kelompok separatis berhasil
mempertahankan kekuasan mereka di pemerintahan Catalonia.
PSOE
memiliki 84 dari 350 kursi di badan legislatif Spanyol, Congress of
Deputies. Jumlah tersebut masih belum cukup menempatkan PSOE menjadi
partai mayoritas. Sementara partai kiri-tengah yang berkoalisi dengan
partai sayap kiri yang dipimpin Podemos memiliki 67 kursi.
Perdana
Menteri Spanyol Pedro Sanchez dari PSOE berkuasa sejak Juni 2018. Ia
menggantikan Mariano Rajoy yang diturunkan dalam mosi tidak percaya.
Suara mosi percaya PSOE datang dari partai-partai pro-kemerdekaan di
wilayah Basque dan Catalonia seperti Catalan Republic Left dan Catalan
European Democratic Party, yang memiliki 17 kursi.
Pada
hari Senin (11/2) lalu partai-partai pro-kemerdekaan mengancam tidak
akan mendukung anggaran yang diajukan pemerintah. Kecuali jika Sachez
memberikan Catalonia untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Media-media
Spanyol melaporkan jika anggaran ini tidak berhasil diloloskan Sanchez
akan mengadakan pemilihan umum pada pertengahan April. Dengan harapan
dapat memobilisir pemilih sayap-kanan.
Koalisi partai
yang berkuasa telah memperkuat sistem kesejahteraan Spanyol. Sesuatu
yang dihancurkan oleh langkah penghematan yang dilakukan People's Party
(PP), yang berkuasa dari tahun 2011 sampai 2018
CB, Jakarta - Setahun lalu parlemen regional Catalonia memilih untuk mendeklarasikan kemerdekaan dari Spanyol menyusul referendum yang memerdekan diri dari Spanyol.
Sejak
itu, politisi dan aktivis Catalan pro kemerdekaan telah ditahan dalam
penahanan pra persidangan atas tuduhan pemberontakan, ketidaktaatan, dan
penggelapan dana publik karena dugaan peran mereka dalam referendum dan
deklarasi kemerdekaan berikutnya dari Spanyol.
Yang
lainnya, seperti mantan Presiden Catalan Carles Puigdemont, telah
melarikan diri dari Spanyol untuk menghindari tuduhan dan melobi
kemerdekaan Catalonia di Uni Eropa.
Presiden Catalonia, Carles Puigdemont. REUTERS
Dua
belas terdakwa diadili di hadapan Mahkamah Agung Spanyol pada hari
Selasa di Madrid atas dugaan peran mereka dalam acara yang mengarah pada
deklarasi Oktober 2017.
Para terdakwa menghadapi total gabungan sekitar 200 tahun penjara jika mereka diberikan hukuman maksimal.
Sebagian
besar politisi yang diadili dari dua partai politik: Partai Kiri
Republik Catalan (ERC) dan Partai Demokrat Katalan Eropa (PDeCAT).
Para
pemimpin Majelis Nasional Catalan (ANC) dan Omnium Cultural (OC), dua
organisasi masyarakat sipil pro kemerdekaan, juga akan diadili, dan
berikut tokoh yang diadili, seperti dikutip dari Aljazeera, 13 Februari
2019.
Oriol Junqueras
Oriol Junqueras,
mantan wakil presiden, adalah anggota berpangkat tertinggi dari
pemerintahan Catalan sebelumnya yang diadili di hadapan Mahkamah Agung
Spanyol. Dia menghadapi tuduhan pemberontakan dan penggelapan dan
dituduh mendorong referendum meskipun memahami "risiko besar" kekerasan
yang terkait dengan itu.
Junqueras, mantan guru sejarah, wali
kota, dan anggota Parlemen Eropa, masih memimpin ERC dari penjara,
memberinya pengaruh politik yang cukup besar dalam politik nasional
Spanyol.
Kejaksaan Agung Spanyol meminta hukuman penjara 25 tahun, sedangkan Jaksa Agung Spanyol menuntut 12 tahun.
Joaquim Forn
Joaquim
Forn, mantan menteri dalam negeri Catalan yang mengawasi pelaksanaan
perintah jaksa agung di Catalonia, juga didakwa dengan pemberontakan dan
penggelapan.
Dakwaannya juga menyatakan bahwa dia memahami risiko kekerasan yang terkait dengan referendum tetapi memilih untuk maju terus.
Forn
memiliki sejarah politik yang panjang di Barcelona, menjabat sebagai
anggota dewan kota sejak 1999 dan wakil wali kota pertama dari 2011
hingga 2015.
Kantor Kejaksaan Agung Spanyol meminta hukuman penjara 16 tahun, sedangkan Jaksa Agung Spanyol menuntut hukuman 11 tahun.
Jordi Sanchez dan Jordi Cuixart
Jordis bersaudara adalah pemimpin masyarakat sipil pro kemerdekaan.
Sanchez dari ANC dan Cuixart dari OC. Keduanya membantu mengorganisir
protes pro kemerdekaan besar pada hari-hari sebelum referendum 1 Oktober
2017, dan didakwa dengan hasutan dan pemberontakan.
Mereka pada
awalnya dituduh dihasut oleh jaksa agung pada bulan September, dan
hukuman penjara mereka diperintahkan pada 16 Oktober 2017 oleh hakim
Spanyol Carmen Lamela.
Mereka menghadapi tuduhan mendorong
kekerasan terhadap polisi nasional Spanyol selama protes, tetapi banyak
media melaporkan video dari dua pria yang naik di atas mobil untuk
meminta demonstran tetap damai.
Kelompok-kelompok HAM, termasuk Amnesty International, telah meminta pembebasan mereka.
Kantor
Kejaksaan Agung Spanyol meminta hukuman penjara 17 tahun untuk
keduanya, sedangkan Jaksa Agung Spanyol menuntut delapan tahun.
Carme Forcadell
Carme
Forcadell, mantan presiden parlemen Catalan, didakwa dengan
pemberontakan dan dituduh memberikan suara untuk kemerdekaan sebelum
deklarasi kemerdekaan.
Kantor Kejaksaan Agung Spanyol meminta hukuman penjara 17 tahun, sedangkan Jaksa Agung Spanyol menuntut 10 tahun.
Raul Romeva
Raul Romeva, seorang politisi Katalan, mantan MEP, ekonom dan analis, adalah kepala urusan luar negeri di bawah Puigdemont.
Hakim
Mahkamah Agung Pablo Llarena menuduh Romeva mencoba menciptakan
"struktur negara [Catalan]" yang independen dari Spanyol dan berusaha
mempromosikan penerimaan negara Catalan dalam perannya dalam Komite
Parlemen Eropa untuk Urusan Luar Negeri.
Romeva mengatakan kepada
kantor berita Reuters bahwa penjara "melihat persidangan sebagai
kesempatan untuk menyampaikan pendapat publik dan masyarakat di
Catalonia, Spanyol dan jelas di tingkat internasional."
Kantor
Kejaksaan Agung Spanyol meminta hukuman penjara 16 tahun untuk Romeva,
sementara Jaksa Agung Spanyol menuntut hukuman 11 tahun.
Dolors Bassa
Dolors
Bassa adalah seorang pendidik dan anggota serikat pekerja yang memulai
karir politiknya pada 2007. Dia terpilih sebagai anggota parlemen
Catalonia pada 2015 dan menjabat sebagai penasihat tenaga kerja, urusan
sosial dan keluarga di bawah Puigdemont.
Bassa didakwa dengan
pemberontakan dan penggelapan karena menggunakan pelayanannya untuk
menanggung sebagian biaya yang berkaitan dengan referendum kemerdekaan.
Kantor Kejaksaan Agung Spanyol meminta hukuman penjara 16 tahun, sedangkan Jaksa Agung Spanyol menuntut Bassa selama 11 tahun.
Carles Mundo
Carles Mundo, seorang pengacara, mantan penasihat hukum di bawah
Puigdemont dan anggota ERC, dipenjara bersama dengan Junqueras pada
November 2017 setelah deklarasi kemerdekaan. Dia didakwa dengan
penggelapan dan membelot.
Dia dibebaskan dengan jaminan pada bulan
Desember 2017 setelah memenangkan pemilihan kembali dalam pemungutan
suara regional yang disebut oleh pemerintah Spanyol. Mundo membuat
pengumuman mengejutkan bahwa ia akan meninggalkan politik pada Januari
2018, tak lama setelah ia dibebaskan.
Baik Kantor Jaksa Agung Spanyol dan Pengacara Umum Spanyol meminta 7 tahun untuk Mundo. Jordi Turull
Jordi
Turull, seorang pengacara dan anggota PDeCAT yang karier politiknya
dimulai pada 1987, telah menjadi wakil di parlemen Catalan sejak 2004
ketika ia terpilih sebagai penasihat dan juru bicara kepresidenan oleh
Puigdemont pada 2017.
Dia didakwa dengan pemberontakan dan penggelapan.
Llarena menuduh Turull mendorong mobilisasi mendukung referendum dan merancang dan mengelola iklan referendum.
Kantor Kejaksaan Agung Spanyol meminta hukuman penjara 16 tahun, sedangkan Jaksa Agung Spanyol menuntut hukuman 11 tahun.
Josep Rull
Rull,
seorang anggota PDeCAT dan anggota parlemen selama 20 tahun, adalah
penasihat untuk wilayah dan keberlanjutan di bawah Puigdemont. Dia
dituduh melakukan pemberontakan dan penggelapan.
Rull dituduh
memainkan peran "signifikan" dalam gerakan kemerdekaan sejak 2015, serta
menghentikan polisi nasional Spanyol dari melakukan upaya untuk
menghentikan referendum kemerdekaan.
Dia telah berada dalam
penahanan pra persidangan sejak Maret 2018. Kantor Kejaksaan Agung
Spanyol meminta hukuman penjara 16 tahun, sedangkan Jaksa Agung Spanyol
menuntut 11 tahun.
Orang-orang
melambaikan bendera estelada di Barcelona, Spanyol, 27 Oktober 2017.
Parlemen daerah Catalonia mengeluarkan sebuah mosi untuk mendirikan
sebuah Republik Catalan yang independen. AP Meritxell Borras
Meritxell
Borras adalah tokoh terkemuka dalam politik Catalan. Dia telah aktif
dalam politik lokal sejak 1995 dan merupakan putri Jacint Borras, salah
satu pendiri Konvergensi Demokratik Catalonia (CDC) yang pro kemerdekaan
yang sekarang sudah tidak berfungsi.
CDC tengah adalah partai
separatis terkemuka sampai para anggotanya memilih untuk membubarkan dan
mereformasi pada tahun 2016, sebagian karena banyak skandal korupsi.
Banyak mantan anggotanya bergabung dengan PDeCAT
Borras, yang
adalah penasihat hubungan pemerintah dan kelembagaan di bawah
Puigdemont, telah didakwa dengan ketidaktaatan dan penggelapan. Kantor
Kejaksaan Agung Spanyol dan Pengacara Umum Spanyol telah meminta hukuman
tujuh tahun.
Santi Vila
Santi
Vila adalah anggota lama CDC dan kemudian PDeCAT. Dia adalah penasihat
bisnis dan budaya pada saat referendum kemerdekaan dan telah dituduh
melakukan penggelapan dan ketidaktaatan sehubungan dengan dugaan
keterlibatannya.
Vila membayar uang jaminan 50.000 euro (Rp 795
juta) pada November 2017 dan mengundurkan diri dari PDeCAT pada Juni
2018. Kantor Kejaksaan Agung Spanyol dan Pengacara Umum Spanyol telah
meminta hukuman tujuh tahun atas keterlibatannya dalam pro kemederdekaan
Catalonia.
Nelayan Gaza akhirnya bisa melaut kembali usai 50 hari serangan militer Israel ke Gaza, Palestina.
Foto: Reuters
Film dokumenter Gaza pertama kali tayang di Sundance Film Festival awal 2019.
CB,
BETHLEHEM – Film dokumenter Gaza berhasil meraih penghargaan Premios
Goya Award di Spanyol. Film yang disutradarai Gary Keane dan Andrew
McConnell itu menjadi film pendek dokumenter terbaik.
Film dokumenter Gaza pertama kali tayang di Sundance Film Festival awal 2019.
Film dokumenter ini menggambarkan tentang kehidupan
orang-orang Palestina di Jalur Gaza yang terkepung di bawah blokade
Israel hampir 12 tahun. Dunia menyebut Gaza sebagai penjara terbuka yang
terbesar.
McConnell
sendiri adalah seorang jurnalis foto. Dia pertama kali mengunjungi Gaza
pada 2010, dan pada 2012 ia bekerjasama dengan pembuat film dokumenter
yakni Keane.
Keduanya terlibat dalam kerjasama untuk pembuatan film tersebut. Film dokumenter ini dibuat pada 2014 dan 2015.
McConnell
dan Keane memfokuskan sebagian besar cerita yang berhubungan dengan
laut dan keluarga nelayan serta seorang anak laki-laki berusia 14 tahun.
Mereka tinggal di kamp pengungsian dan menghabiskan waktunya di sekitar
laut.
“Kami ingin membuat orang berkumpul dan
membiarkan mereka menceritakan kisahnya. Narasi berasal dari mereka. Itu
tidak datang dari kami. Kami melihat orang normal dengan keluarga
mencoba untuk hidup, mencoba memberi makan keluarganya, mencoba
mempertahankan beberapa kesamaan," kata Keane seperti dilansir Maan News pada Selasa (5/2) dini hari.
“Inti
dari film ini adalah bagaimana rasanya hidup di tanah yang luar biasa
ini. Gaza sangat bersemangat, penuh warna, dan ramai. Itu salah satu
tempat paling unik yang pernah saya kunjungi. " kata McConnell.
Penghargaan
Goya yang didirikan pada 1987 adalah penghargaan film tahunan nasional
di Spanyol dan diberikan kepada spesialis terbaik dalam bidang seni dan
kreatif.
LONDON - Sebuah kapal patroli Spanyol dikejar sebuah kapal kecil Angkatan Laut Inggris
dari pantai Gibraltar pada Selasa (5/2/2019) kemarin. Insiden itu
terjadi setelah kapal patroli Spanyol melanggar batas perairan yang
dikuasai Inggris selama latihan di lepas pantai Gibraltar.
Kapal
HMS Sabre terlibat dalam manuver dengan kapal Angkatan Laut Inggris
RHIB, ketika kapal Spanyol - Tornado - berlayar ke arah latihan, di mana
ia bertahan selama dua jam.
Dalam latihan yang telah diberitahu
sebelumnya oleh pihak berwenang Gibraltar, kapal-kapal diperingatkan
bahwa manuver kecepatan tinggi dan penembakan hampa akan terjadi. Kapal
yang hendak lewat perlu menghubungi kapal Angkatan Laut Inggris yang
terlibat dalam latihan dengan menggunakan Saluran 16 - yang dilakukan
Spanyol, untuk menyiarkan lagu kebangsaan negara itu.
"Kami
dapat mengkonfirmasi telah terjadi serangan oleh Angkatan Laut Spanyol.
Seperti semua serangan, kapal Angkatan Laut Spanyol menantang kapal
Angkatan Laut Inggris. Ketika ditantang, kapal angkatan laut Spanyol
kemudian meninggalkan Perairan Teritorial Gibraltar Inggris," kata
Kantor Luar Negeri & Persemakmuran dalam sebuah pernyataan.
"Serangan
adalah pelanggaran kedaulatan, bukan ancaman terhadapnya. Kami tidak
memiliki keraguan tentang kedaulatan kami atas Gibraltar. Inggris tidak
akan pernah melakukan pengaturan di mana orang-orang Gibraltar akan
lulus di bawah kedaulatan negara lain melawan keinginan mereka, atau
memasuki proses negosiasi kedaulatan yang tidak puas dengan Gibraltar,"
sambung pernyataan itu seperti dikutip dari laman Sputnik, Rabu (6/2/2019).
Gibraltar,
yang terletak di pantai selatan Spanyol, telah menjadi Wilayah Luar
Negeri Inggris sejak 1713, ketika Spanyol menyerahkannya ke Inggris di
bawah The Treaty of Utrecht.
Namun
sejak referendum Brexit pada Juni 2016, wilayah ini menjadi masalah
yang hangat diperdebatkan antara kedua negara anggota NATO. Gibraltar
memilih untuk tetap menjadi wilayah luar negeri Inggris dalam referendum
2002, dengan 99 persen memilih untuk menyelaraskan semata-mata dengan
Inggris daripada berbagi kedaulatan dengan Spanyol.
Insiden ini
terjadi hanya beberapa hari setelah Uni Eropa membuat marah Inggris
dengan menjuluki Gibraltar "koloni mahkota Inggris" dalam sebuah dokumen
yang menjamin perjalanan bebas visa bagi warga negara Inggris setelah
Brexit.
Ini merupakan kunjungan pertama Raja Spanyol dalam waktu 40 tahun.
CB,
BAGHDAD -- Raja Spanyol Felipe VI melakukan kunjungan resmi pertamanya
ke ibu kota Irak, Baghdad pada Rabu (30/1). Ini merupakan kunjungan
pertama kali Raja Spanyol dalam waktu 40 tahun sebagai negara anggota
koalisi internasional kelompok ISIS.
Sumber Kementerian Luar Negeri yang meminta anonim dikutip Anadolu Agency mengatakan, kedatangan Raja disambut dalam sebuah upacara resmi. Presiden Irak Barham Salih menerima langsung Raja Felipe.
Sekitar
425 personel militer Spanyol saat ini bertugas di koalisi yang dipimpin
AS. Koalisi itu dibentuk pada 2014 untuk melawan kelompok teroris ISIS.
Kontingen Spanyol dilaporkan telah ditugaskan secara eksklusif untuk
melatih personel militer Irak dan tidak terlibat dalam operasi tempur.
Ketika
koalisi dibentuk pada 2014, Madrid awalnya hanya mengirim 30 personel
militer untuk melayani dengan aliansi. Namun, dalam lebih dari empat
tahun sejak itu, kontribusi Spanyol meningkat secara bertahap.
Pada
akhir 2017, para pejabat di Baghdad menyatakan bahwa kehadiran militer
ISIS di Irak telah hancur setelah perang tiga tahun antara kelompok
teroris dan tentara Irak yang didukung koalisi.
Namun
demikian, Baghdad terus melakukan operasi terhadap keberadaan kelompok
itu yang masih ada di bagian-bagian tertentu negara itu.
Raja
Felipe adalah salah satu dari pemimpin yang mengunjungi Baghdad sejak
awal tahun ini, termasuk Presiden AS Donald Trump. .Baghdad juga menjadi
tuan rumah bagi para diplomat utama dua sekutu utamanya, Washington dan
Teheran.
MADRID
- Menteri Luar Negeri Spanyol, Josep Borrell menyatakan, sebuah proses
Brexit yang keras, di mana Inggris akan meninggalkan Uni Eropa (UE)
tanpa adanya kesepakatan, akan menjadi bencana besar.
Keluarnya
Inggris dari UE, yang memiliki batas waktu hingga 29 Maret menjadi
sangat tidak pasti. Alasannya, Parlemen Inggris kemungkinan besar akan
menolak untuk meratifikasi kesepakatan yang telah dicapai London dan
Brussel pada Desember tahun lalu.
Meratifikasi Perjanjian Brexit
sebelum 30 Maret akan mengakhiri hukum UE di Inggris per tanggal 1
Januari 2021, dengan masa transisi 21 bulan. Namun, tanpa ratifikasi
sebelum batas waktu, skenario Brexit akan berlaku, di mana hukum UE akan
segera berakhir di Inggris pada 30 Maret tahun ini.
"Brexit
yang keras akan menjadi bencana bagi semua orang," kata Borrell saat
konferensi di Madrid, tanpa memberikan perincian, seperti dilansir
Reuters pada Senin (14/1).
Borrell, dalam konferensi itu kemudian
mengatakan bahwa, bahkan dalam kasus Inggris meninggalkan UE tanpa
adanya kesepakatan, perjanjian bilateral dengan Spanyol atas Gibraltar
akan tetap ada.
Gibraltar adalah wilayah Inggris di pantai
selatan Spanyol dan sangat bergantung pada aliran tenaga kerja dan
perdagangan bebas dari Spanyol, menjadikannya titik utama pertikaian
antara kedua negara. Spanyol telah lama mengklaim kedaulatan Gibraltar.
Dia
kemudian mengatakan, status warga Inggris di Spanyol dan warga Spanyol
di Inggris tidak akan berubah secara substansial dalam kasus Brexit yang
keras. "Spanyol memiliki rencana darurat untuk menghadapi apa yang
disebut Brexit keras," ungkapnya.
Ada sekitar 300 ribu warga
negara Inggris, banyak di antaranya adalah pensiunan, tinggal di
Spanyol. Sementara itu sekitar 130 ribu warga Spanyol tinggal di
kepulauan Inggris.
CB, Jakarta - Spanyol mengumumkan akan bergabung dengan Jerman dan Perancis sebagai mitra penuh dalam program pengembangan pesawat tempur generasi keenam.
Prancis
dan Jerman awalnya menawarkan status sebagai pengawas kepada Spanyol
pada program tersebut, tetapi Spanyol minggu ini secara resmi diminta
untuk berpartisipasi sebagai mitra sepenuhnya, yang juga akan
membutuhkan pengeluaran keuangan tertentu.
"Rencana
saat ini adalah untuk menandatangani nota kesepahaman trilateral di
sela-sela Paris Air Show 2019 di Le Bourget," kata sumber, dikutip dari
Business Insider, 10 Desember 2018.
Pada Juli 2017, Prancis dan Jerman mengumumkan bahwa mereka akan
bergabung untuk membangun pesawat tempur Eropa tingkat lanjut untuk
menggantikan Rafales Dassault dari Prancis dan Eurofighter Typhoon
Jerman.
Pesawat
Eurofighter Typhoon terbang di urutan pertama, pesawat ini sempat
dinobatkan sebagai salah satu calon pengganti, pesawat F-5 Tiger milik
TNI AU. Pesawat ini sangat canggih berkat aplikasi radar AESA, dan mampu
membawa senjata dalam jumlah banyak. Siauliai, Lithuania, 20 Mei 2015.
REUTERS / Ints Kalnins
Pada Juli 2018, pabrikan pesawat
Perancis Dassault Aviation menerbitkan sebuah video yang memberikan
gambaran sekilas tentang bagaimana rupa pesawat generasi keenam.
"ini
tampaknya menjadi kandidat yang pantas untuk pesaing F-35 dan Su-57,"
ujar Sim Tack, analis militer utama di Force Analysis dan di Stratfor,
kepada Business Insider.
Tidak
seperti F-35, pesawat tempur generasi mendatang Dassault kemungkinan
memiliki dua mesin dan karena itu lebih banyak dorongan, kata Tack.
"Dalam
hal kemampuan, fokusnya mungkin akan pada teknologi siluman, dan
integrasi dengan sistem informasi," kata Tack, seperti "berbagi
informasi antara pesawat, dan mungkin drone komando.
Tack menambahkan pesawat ini masih dipedebatkan apakah masuk kategori generasi kelima atau enam.
Program
pesawat tempur Eropa ini dikenal sebagai Next Generation Weapon System
atau NGWS, menurut laporan The Drive. Kementerian Pertahanan Spanyol
mengklaim Italia dan Belanda telah menandatangani kesepakatan untuk
menjadi bagian program pengembangan pesawat tempur yang digagas Inggris,
Tempest, yang diprediksi akan bergabung dengan Jerman dan Prancis untuk
proyek pesawat tempur Eropa.
Menteri
Pertahanan Spanyol Margarita Robles meminta perusahaan Spanyol untuk
meresmikan penggabungan proyek dengan Letter of Intention (LOI) atau
memorandum trilateral.
"Biaya yang dibutuhkan untuk menjadi bagian
program sekitar 25 juta euro (Rp 415 miliar) untuk dua tahun ke depan,"
menurut laporan The Drive.
Meskipun Spanyol telah resmi
mengumumkan ikut dalam proyek, namun tidak memberikan keterangan secara
spesifik apa peran Spanyol dalam program pesawat tempur generasi keenam tersebut, meskipun tertarik untuk keanggotaan penuh bersama Jerman dan Prancis.