Foto: Nadia Permatasari/Infografis
Jakarta - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengambil keputusan besar. Pemerintah
memilih PT Pertamina (Persero) untuk mengelola salah satu ladang minyak
terbesar di Indonesia yakni Blok Rokan.
Keputusan tersebut diumumkan langsung oleh Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar kemarin malam di kantornya.
Blok
Rokan akan habis masa kontraknya pada 2021 mendatang. Blok tersebut
sebelumnya dikuasai PT Chevron Pacific Indonesia dengan waktu yang cukup
lama.
Chevron sebenarnya masih ingin mempertahankan Blok Rokan.
Sehingga, terjadilah perebutan antara Chevron dan Pertamina yang juga
menginginkan blok tersebut.
Lantas apa alasan pemerintah memilih Pertamina? Berikut berita selengkapnya:
Pertamina Ambil Alih Blok Rokan
Pengelolaan Blok Rokan diserahkan ke PT Pertamina (Persero). Kontrak Blok Rokan sendiri akan berakhir pada 2021 mendatang.
Ladang minyak terbesar di Indonesia ini sebelumnya menjadi rebutan PT Chevron Pacific Indonesia dan PT Pertamina (Persero).
"Setelah
melihat proposal hari ini, jam 5 sore maka pemerintah lewat Menteri
ESDM menetapkan pengelolaan Blok Rokan mulai tahun 2021 selama 20 tahun
ke depan akan diberikan kepada Pertamina," kata Wakil Menteri ESDM
Arcandra Tahar, di Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Terdapat dua
lapangan minyak raksasa di Blok Rokan, Riau. Kedua lapangan itu adalah
Minas dan Duri. Lapangan Minas yang telah memproduksi minyak hingga 4,5
miliar barel minyak sejak mulai berproduksi pada 1970-an adalah lapangan
minyak terbesar di Asia Tenggara.
Pada masa jayanya, produksi
minyak Lapangan Minas pernah menembus angka 1 juta barel per hari (bph).
Sekarang lapangan tua ini masih bisa menghasilkan minyak sekitar 45.000
bph.
'Saudara' Lapangan Minas, yaitu Lapangan Duri, juga salah
satu lapangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di kawasan Asia
Tenggara. Lapangan ini menghasilkan minyak mentah unik yang dikenal
dengan nama Duri Crude.
Blok Rokan yang memiliki luas wilayah
6.264 km2. Pada 2016 lalu masih mampu menghasilkan minyak hingga 256.000
bph, hampir sepertiga dari total produksi minyak nasional saat ini.
Chevron sudah memegang kontrak Blok Rokan sejak 1971 atau 50 tahun lalu.
Alasan Pemerintah Pilih Pertamina
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, keputusan pemerintah
menyerahkan blok tersebut karena menimbang proposal yang ditawarkan
Pertamina.
Pertamina menawarkan signature bonus atau bonus tanda tangan yang diberikan ke pemerintah sebesar Rp 11,3 triliun.
Bonus
tanda tangan adalah bonus yang diserahkan sebelum penandatanganan
kontrak. Tujuannya, untuk menunjukkan perusahaan yang menang lelang itu
bonafide dan bersungguh-sungguh.
"Dari sisi komersial Pertamina,
mengajukan dalam proposal signature bonus US$ 784 juta atau sekitar Rp
11,3 triliun," kata dia di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Kemudian, dia mengatakan komitmen kerja pasti sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.
"Potensi
pendapatan negara selama 20 tahun ke depan sebesar US$ 57 miliar atau
sekitar Rp 825 triliun. Insyaallah potensi pendapatan ini bisa menjadi
pendapatan dan kebaikan bagi kita bangsa Indonesia," ujarnya.
Chevron
sebenarnya masih ingin mengelola blok tersebut. Tapi, penawarannya
kurang memikat pemerintah. Meski, Arcandra enggan membeberkan.
"Penawaran dari Chevron jauh di bawah penawaran yang diajukan oleh Pertamina," tutupnya.
Cadangan Minyak Blok Rokan 1,5 Miliar Barel
Blok Rokan masih memiliki cadangan minyak yang besar. Blok ini diserahkan pengelolaannya ke PT Pertamina (Persero) pada 2021.
Wakil
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar
mengatakan, cadangan minyak blok tersebut diperkirakan 500 juta hingga
1,5 miliar barel.
"Itu berkisar antara 500 juta barel of oil
equivalent sampai 1,5 miliar tanpa EOR (enhanched oil recovery)," kata
dia Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Arcandra mengatakan, pengelolaan itu berpindah ke Pertamina pada 8 Agustus 2021 mendatang.
Kepala
Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Hulu Usaha Minyak dan Gas Bumi
(SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, akan ada masa transisi terkait
pengelolaan Blok Rokan.
"Jadi pemerintah sudah memutuskan,
kemudian sesudah PSC (production sharing contrac) antara Pertamina
ditandatangani, maka fokus berikutnya kerjasama antara Chevron sebagai
eksisiting kontraktor dengan Pertamina sebagai leader kontraktor untuk
melakukan kegiatan-kegiatan transisi sampai dengan masa kontrak yang
sekarang habis guna menjaga tingkat produksi," jelasnya
Tak Ada Kaitan dengan Politik
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar
mengatakan, penyerahan pengelolaan Blok Rokan kepada PT Pertamina
(Persero) tidak ada hubungannya dengan masalah tekanan politik. Blok
Rokan masih dikelola PT Chevron Pacific Indonesia yang masa kontraknya
habis tahun 2021.
Arcandra mengatakan, pengelola Blok Rokan harus memberikan yang terbaik pada pemerintah.
"Yang
kita compare dari sisi komersialnya seperti yang saya sebutkan tadi,
bahwa siapapun pengelola Blok Rokan atau blok-blok terminasi harus bisa
memberikan bagian pemerintah yang lebih daripada kontrak sebelumnya,"
kata dia di Jakarta, Selasa (21/7/2018).
Dalam proposal tersebut,
Arcandra mengatakan, Pertamina menawarkan bonus tandatangan (signature
bonus) yakni bonus yang menunjukkan kesungguhan perusahaan mengelola
Blok Rokan sebesar US$ 784 juta atau setara Rp 11,3 triliun.
Kemudian, dia mengatakan komitmen kerja pasti sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.
"Potensi
pendapatan negara selama 20 tahun ke depan sebesar US$ 57 miliar atau
sekitar Rp 825 triliun. Insya Allah potensi pendapatan ini bisa menjadi
pendapatan dan kebaikan bagi kita bangsa Indonesia," ujarnya.
Salam Perpisahan Arcandra untuk Chevron
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar
mengucapkan salam perpisahan pada PT Chevron Pacific Indonesia. Sebab,
kontrak Blok Rokan yang selama dipegang Chevron akan diserahkan ke PT
Pertamina.
Kontrak Chevron di Blok Rokan akan berakhir pada 2021 mendatang.
"Terakhir
atas nama pemerintah kami dari Kementerian ESDM mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada Chevron yang sudah mengelola blok ini,"
kata dia di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Arcandra berharap Chevron tetap berminat berinvestasi di Indonesia. Dia ingin Chevron mengelola blok-blok lain.
"Semoga Chevron tetap mau berinvestasi di Indonesia untuk blok-blok lain selain Blok Rokan," tambah Arcandra.
Credit
finance.detik.com