G7 dengan beranggotakan AS, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang, serta Uni Eropa. (Reuters/Yves Herman)
Jakarta, CB -- Presiden Amerika Serikat
(AS) Donald Trump ingin Rusia kembali masuk keanggotaan forum tujuh
negara maju utama penggerak ekonomi dunia atau yang dikenal dengan G7.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat akan menghadiri Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang digelar di Quebec, Kanada, pada 8-9 Juni
2018.
Sebelumnya, Rusia masuk ke forum ini dan disebut G8 pada
1998. Namun, Rusia keluar pada 2014 dan forum menjadi G7 dengan
beranggotakan AS, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang,
serta Uni Eropa.
Padahal, menurut Trump, kehadiran Rusia yang merupakan salah satu negara dengan perekonomian besar seharusnya diperhatikan.
"Saya akan merekomendasikan (Rusia dimasukkan), itu terserah mereka
(anggota G7 lain). Tapi Rusia seharusnya ada di pertemuan itu, menjadi
bagian itu," ujar Trump, dilansir dari
AFP, Sabtu (9/6).
Namun, keinginan Trump itu ditentang oleh para anggota G7,
khususnya dari negara-negara Uni Eropa. Presiden Perancis Emmanuel
Marcon, Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Inggris Theresa
May, dan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menyatakan penolakan
tersebut di tengah perhelatan KTT G7.
Alasan utama yang
mendasari penolakan itu karena Rusia pernah memberi dukungan kepada
kelompok separatis di timur Ukraina. Menurut negara-negara Eropa, Rusia
tidak bisa diterima sampai ada perbaikan dalam krisis di Ukraina.
"Kami
sepakat bahwa kembalinya Rusia ke G7 tidak dapat terjadi, kecuali
kemajuan substansial dibuat dalam hal masalah dengan Ukraina," kata
Merkel di sela perhelatan KTT G7.
Alasan lain, Rusia ikut campur terhadap rencana pembunuhan para
pembangkang Rusia di tanah Eropa. Maret lalu, seorang mantan mata-mata
Rusia Sergei Skripal yang kini tinggal di Inggris, diracuni. Inggris
menuding Rusia menjadi dalang serangan racun itu, namun Rusia membantah.
Di
Amerika Serikat, Rusia juga dituding ikut campur dalam pemilu presiden
2016 yang akhirnya dimenangkan Trump. Baik Trump ataupun Rusia juga
membantah tudingan ini.
Sementara Presiden Uni Eropa Donald Tusk,
rupanya tak ingin membahas usul Trump. Namun, ia menyatakan bahwa forum
tersebut lebih baik berjalan dengan anggota saat ini.
"Mari biarkan G7 apa adanya, itu angka keberuntungan, setidaknya dalam budaya kita," pungkasnya.
Credit
cnnindonesia.com