NEW DELHI
- Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi dicemooh para politisi
oposisi karena dianggap menghina Angkatan Udara India (IAF). Dia
berkomentar bahwa awan dapat membantu jet-jet tempur IAF menghindari
radar Pakistan ketika melakukan serangan udara akhir Februari lalu.
Modi
mengaku secara pribadi memberi lampu hijau bagi jet-jet tempur IAF
untuk melakukan serangan udara di sebuah situs di Balakot, Pakistan,
yang diduga sebagai kamp teroris akhir Februari meski cuaca sedang
buruk. Dia lantas mengklaim cuaca buruk berupa awan itu justru dapat
membantu menutupi pesawat tempur IAF dari radar musuh.
Para politisi partai oposisi mengatakan pernyataan Modi "konyol" dan "tidak bertanggung jawab".
Dalam serangkaian tweet,
pemimpin Partai Komunis, Sitaram Yechury, mengecam PM Modi yang dia
anggap sudah menghina IAF. "Membuatnya tampak seolah-olah militer bodoh
dan tidak profesional," katanya.
"Keamanan nasional bukanlah
sesuatu yang bisa dianggap enteng. Pernyataan yang tidak bertanggung
jawab dari Modi sangat merusak. Seseorang seperti ini tidak dapat tetap
menjadi PM India," lanjut Yechury, seperti dikutip Sputnik, Senin (13/5/2019).
Pemimpin oposisi di majelis legislatif Jammu dan Kashmir, Omar Abdullah, juga tidak bisa tinggal diam atas pernyataan Modi.
"Radar
Pakistan tidak menembus awan. Ini adalah bagian yang penting dari
informasi taktis yang sangat penting ketika merencanakan serangan udara
di masa depan," tulis Omar Abdullah di Twitter.
Salman Soz,
seorang anggota Partai Kongres, juga telah ikut meramaikan kecaman
terhadap pernyataan blunder PM Modi. "Jika Modi benar-benar percaya
bahwa awan dapat membantu jet-jet menjauh dari radar, maka itu adalah
masalah keamanan yang sangat serius," katanya.
Komentar Modi itu sejatinya dia lontarkan dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi News Nation
pada hari Sabtu. "Para ahli memikirkan kembali serangan udara karena
cuaca buruk, tetapi saya katakan, begitu banyak awan dan hujan bisa
bermanfaat. Mungkin kita bisa lolos dari radar mereka. Ini adalah
kebijaksanaan mentah saya, saya katakan mungkin ada manfaatnya. Akhirnya
saya berkata, ada tutupan awan, silakan lanjutkan," katanya.
Pada
26 Februari lalu, IAF melakukan serangan udara di sebuah kamp yang
diduga sebagai kamp teroris Jaish-e-Mohammed di Balakot, Kashmir yang
dikelola Pakistan. IAF mengklaim serangannya menewaskan banyak militan
dan menghancurkan sejumlah fasilitas.
Islamabad membantah
keberadaan kamp semacam itu di wilayahnya. Sedangkan media mengutip
penduduk setempat mengatakan bahwa selain menghantam sekitar 15 pohon
pinus, hanya satu warga lanjut usia yang terluka dalam serangan udara
waktu itu.
Hubungan yang tegang secara historis antara India dan
Pakistan telah memanas sejak kelompok Jaish-e-Mohammed dianggap
bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri terhadap konvoi pasukan
keamanan India pada 14 Februari yang menewaskan lebih dari 40 polisi
paramiliter.
Anggota unit penjinak bom mensurvei
kendaraan yang rusak di lokasi setelah ledakan di dekat sebuah masjid di
Quetta, Pakistan 13 Mei 2019. ANTARA/REUTERS / Naseer Ahmed/pri
(REUTERS/NASEER AHMED)
Quetta (CB) - Bom rakitan yang dipasang di sepeda motor dan
menargetkan kendaraan milik kepolisian meledak di dekat sebuah masjid di
Kota Quetta Pakistan Barat, Senin.
Akibatnya, empat polisi gugur dan 11 lainnya mengalami luka, kata pejabat.
Tehrik-i Taliban Pakistan (TTP), Taliban Pakistan, mengaku bertanggung
jawab atas ledakan tersebut dalam pernyataan di sebuah email, hanya
beberapa hari setelah mereka mengklaim serangan terhadap polisi yang
menjaga Sufi, kuil paling tua di Kota Lahore.
Pasukan keamanan berstatus siaga tinggi selama bulan suci Ramadan,
dengan keamanan ekstra di sejumlah objek vital di seluruh penjuru
negeri.
Menteri Dalam Negeri di Provinsi Balochistan, Ziaullah Langove
mengatakan bom pada Senin menargetkan polisi yang menjaga masjid, tempat
para jemaah menjalankan salat tarawih.
Kepala kepolisian Quetta Abdul Razzaq Cheema mengatakan empat polisi tewas dan dua polisi lainnnya terluka.
Ilustrasi serangan bom di Pakistan. (REUTERS/Naseer Ahmed)
Jakarta, CB -- Faksi militan Taliban Pakistan menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom
di Kota Lahore, hari ini, Rabu (8/5). Aksi keji yang dilakukan saat
Ramadan di situs ziarah jemaah Sufi, Data Darbar, menewaskan sembilan
orang.
"Serangan itu dilakukan saat tidak ada satu pun warga
sipil di dekat polisi," kata juru bicara kelompok militan Hizbul Ahrar,
Abdul Aziz Yousafzai, seperti dilansir Reuters.
Pada 2010, kuil itu juga pernah menjadi target serangan yang menewaskan
40 orang. Sejak saat itu, keamanan di Kuil Data Darbar diperketat.
Selama ini, pengikut aliran Sufi di Pakistan kerap menjadi target serangan mematikan oleh kelompok militan Islam, termasuk ISIS.
Kebanyakan kelompok garis keras menganggap situs keramat kaum Sufi dan ritual yang sering dilakukan di makam "tidak Islami."
Pakistan
mulai meningkatkan upaya memberantas ekstremisme setelah serangan di
sebuah sekolah di Peshawar yang merenggut 150 nyawa pada 2014 lalu.
Sejak saat itu, keamanan semakin ditingkatkan, tapi militan masih bisa memanfaatkan celah untuk melakukan serangan.
Pusat-pusat
kota besar, seperti Lahore dan Punjab, juga tak lepas dari serangan
militan. Pada Maret 2018, misalnya, serangan di Lahore menewaskan
sembilan orang.
Sejumlah kritikus menganggap upaya militer dan pemerintah untuk mengatasi terorisme ini tak menyentuh akar ekstremisme.
Ratusan pelajar membawa bendera Pakistan
dan poster saat mengikuti aksi unjuk rasa anti-Amerika di Lahore, Kamis
(1/12). Pakistan, yang marah akibat serangan udara lintas perbatasan
NATO yang menewaskan 24 tentara Pakistan, dapat menarik dukungannya
untuk perang terhadap militansi apabila kedaulatannya dilanggar lagi,
komentar Menteri Luar Negeri Pakistan yang dirilis Kamis kemarin. (FOTO
ANTARA/REUTERS/Mohsin Raz)
Lahore, Pakistan (CB) - Satu bom yang ditujukan kepada polisi di
luar tempat suci utama Sufi di Kota Lahore, Pakistan, Rabu, menewaskan
sedikitnya 10 orang dan melukai lebih dari 20 orang lagi, kata beberapa
pejabat.
Ledakan tersebut, yang terjadi sehari setelah dimulainya Bulan Suci
Ramadhan, terjadi di satu pos pemeriksaan polisi di dekat Data Darbar,
salah satu tempat suci terbesar kaum Sufi di Asia Selatan, yang menarik
puluhan ribu pelancong setahun.
'Polisi adalah sasaran utama serangan ini. Kami sedang mengumpulkan
bukti forensik untuk memastikan sifat ledakan tersebut," kata Ashfaq
Khan, Wakil Inspektur Jenderal Operasi Polisi di Lahore, sebagaimana
dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu petang.
Seorang juru bicara polisi mengatakan jumlah korban jiwa naik jadi 10,
enam di antara mereka warga sipil dan empat polisi, setelah seorang
polisi meninggal akibat luka-lukanya. Para pejabat sebelumnya mengatakan
delapan polisi telah meninggal. Sedikitnya 23 orang lagi cedera.
Muhammad Farooq, juru bicara dinas pertolongan di kota itu, mengatakan
tujuh di antara orang yang cedera berada dalam kondisi kritis.
Polisi mendirikan pos pemeriksaan di jalan utama menuju tempat suci
tersebut dan beberapa rumah sakit disiagakan, kata para pejabat.
"Serangan itu dilancarkan pada saat tak ada warga sipil di dekat
polisi," kata Abdul Aziz Yousafzai, juru bicara kelompok garis keras.
Perdana Menteri Imran Khan mengeluarkan pernyataan yang mengutuk
serangan tersebut dan meminta pemerintah provinsi agar membantu korban.
Sufi, yang mengikuti ajaran kebatinan Islam dan telah dipraktekkan di
Asia Selatan selama berabad-abad, telah sering diserang oleh gerilyawan
garis keras pada masa lalu.
Pada 2010, dua pembom bunuh diri menyerang tempat suci Data Barbar
sehingga menewaskan 42 orang dan melukai 175 orang lagi, dalam serangan
yang dikatakan oleh banyak pejabat dilakukan oleh Taliban Pakistan.
Kekerasan oleh kelompok garis keras sejak itu telah merosot tajam di
Pakistan, setelah pemerintah melakukan penindasan sesudah serangan
paling mematikan pada 2014, yang menewaskan lebih dari 150 orang, banyak
anak kecil, di satu sekolah di Peshawar, Pakisatan Barat.
Sejak satu serangan di satu taman di Lahore yang ditujukan kepada
perayaan Paskah Kristen pada 2016 menewaskan lebih dari 70 orang,
kebanyakan kota terbesar kedua di Pakistan telah tenang walaupun satu
serangan tahun lalu menewaskan sembilan orang.
Namun, para pejabat memperingatkan bahwa ledakan pada Rabu memperlihatkan perlunya bagi kewaspadaan selama Ramadhan.
"Orang mesti tetap berhati-hati dengan keadaan di sekitar mereka ketika
mereka beribadah," kata Menteri Provinsi Punjab Mian Aslam.
Polisi mengatakan kondisi siaga keamanan umum diberlakukan tapi tak ada
peringatan khusus mengenai ancaman terhadap Data Barbar, yang dilindungi
oleh berlapis keamanan ketat.
Kompleks itu berisi tempat suci Sayed Ali bin Osman Al-Hajvery, yang
dikenal luas sebagai Data Ganj Bakhsh, tokoh Sufi Abad Ke-11 yang
berasal dari Ghazni di wilayah yang sekarang termasuk di dalam wilayah
Afghanistan.
ISLAMABAD
- Militer Pakistan mengancam akan memberikan respons secara
besar-besaran jika terjadi perang baru dengan India. Ancaman ini
dilontarkan Kepala Angkatan Udara Pakistan (PAF), Marsekal Mujahid Anwar
Khan.
"Dalam hal terjadi kesalahan penanganan oleh musuh,
respons PAF akan lebih kuat dari sebelumnya," kata Khan, merujuk
pertempuran kecil antara dua rival yang terjadi pada bulan Februari
lalu.
Bentrokan sebelumnya dimulai pada 26 Februari, ketika India
melancarkan serangan udara di sebuah kamp pelatihan yang diduga sebagai
markas kelompok teroris di wilayah Pakistan. Islamabad kemudian
merespons dengan serangannya pada hari berikutnya. Jet tempur India saat
itu ditembak jatuh.
"(Respons) PAF pada 27 Februari 2019 melawan agresi musuh akan diingat dalam sejarah sebagai ‘Operation Swift Retort'," ujar Khan kepada Staf Udara ke-24 di Islamabad, Rabu (1/5/2019), seperti dikutip Russia Today.
Dia mengatakan setiap anggota Angkatan Udara pantas mendapatkan penghargaan khusus atas kinerja mereka pada hari tersebut.
Sejak
pertempuran singkat Februari, kedua pihak saling mengumbar retorika
bermusuhan, di mana Perdana Menteri India Narendra Modi pada pertenghan
April menuduh Pakistan mengizinkan teroris menyerang India. Dia
mengancam akan menghantam Pakistan dengan senjata yang dia sebut "Ibu
dari semua bom nuklir".
Ancaman
Modi ditanggapi sinis oleh juru bicara militer Pakistan Mayor Jenderal
Asif Ghafoor. Dia memperingatkan New Delhi untuk tidak menguji tekad
Islamabad.
"Dalam retorika Anda (India), Anda tetap menggunakan
kekuatan nuklir sebagai ancaman," kata Ghafoor. "Kekuatan nuklir bukan
ancaman, itu adalah senjata pencegahan yang tidak boleh dibilang remeh."
WASHINGTON
- Amerika Serikat (AS) dilaporkan menampar Pakistan dengan sanksi visa.
AS menjatuhkan sanksi terhadap Pakistan atas dasar Bagian 243
Undang-Undang Keimigrasian dan Kebangsaan AS.
Bagian 243
Undang-Undang Keimigrasian dan Kebangsaan mengatur penghentian
penerbitan visa sebagai hukuman bagi negara-negara yang menolak atau
menunda tanpa alasan untuk menerima warga negara mereka yang
dideportasi. AS telah memberlakukan pembatasan visa pada Ghana, Guyana,
Gambia, Kamboja, Eritrea, Guinea, Sierra Leone, Myanmar dan Laos.
"Operasi
konsuler di Pakistan tetap tidak berubah. Ini adalah masalah bilateral
dari diskusi yang sedang berlangsung antara AS dan pemerintah Pakistan
dan kami tidak akan membahas secara spesifik pada saat ini," kata
Kementerian Luar Negeri AS.
Menurut
pemberitahuan daftar federal Kementerian Luar Negeri AS, untuk beberapa
negara sanksi dimulai dengan menargetkan pejabat yang bekerja di
kementerian yang bertanggung jawab untuk mengurusi penerimaan kembali
warga yang dideportasi oleh AS.
"Dengan skenario eskalasi yang
menargetkan anggota keluarga pejabat tersebut dan berpotensi pejabat
dari kementerian lain dan kemudian kategori pelamar visa lain jika
sanksi awal tidak terbukti efektif dalam mendorong kerja sama yang lebih
besar dengan pemerintah yang ditargetkan," ucapnya, seperti dilansir
Sputnik pada Minggu (28/4).
Mantan
Duta Besar Pakistan untuk ASm Hussain Haqqani telah menekankan bahwa
penolakan Islamabad untuk menerima warganya yang dideportasi dari AS
bukanlah hal baru. Tetapi sanksi akan menciptakan hambatan bagi warga
Pakistan yang ingin melakukan perjalanan ke Amerika Serikat.
"Langkah
ini akan menciptakan kesulitan bagi warga Pakistan yang ingin atau
perlu melakukan perjalanan ke AS dan bisa dihindari jika pihak berwenang
Pakistan tidak mengabaikan permintaan AS untuk menghormati persyaratan
hukum mereka untuk deportasi," katanya.
TEHERAN
- Iran dan Pakistan sepakat untuk membentuk pasukan reaksi cepat
bersama untuk memerangi aktivitas militan di perbatasan kedua negara.
Kesepakatan itu dicapai saat pertemuan antara Presiden Iran, Hassan
Rouhani dan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan di Teheran.
Khan
tiba di Iran pada hari Minggu untuk membahas masalah-masalah keamanan
dan regional. Kunjungan ini terjadi sehari setelah Islamabad mendesak
Teheran untuk mengambil tindakan terhadap militan di balik serangan di
provinsi Baluchistan, Pakistan.
Hubungan antara Iran dan Pakistan
tegang dalam beberapa bulan terakhir, dengan kedua belah pihak menuduh
satu sama lain tidak melakukan cukup upaya untuk membasmi gerilyawan
yang diduga berlindung di seberang perbatasan.
"Kami
sepakat untuk meningkatkan kerja sama keamanan kedua negara, pasukan
perbatasan kami, pasukan intelijen kami. Dan juga untuk membentuk
pasukan reaksi cepat bersama di perbatasan kedua negara karena memerangi
terorisme," kata Rouhani dalam konferensi pers dengan Khan.
Pada
gilirannya, Khan, seperti dilansir Reuters pada Selasa (23/4),
mengatakan bahwa aktivitas militan di perbatasan bisa menjadi sumber
ketegangan diantara kedua negara.
"Alasan terpenting mengapa saya
di sini, adalah karena saya merasa bahwa masalah terorisme akan
meningkatkan perbedaan di antara negara-negara kita. Jadi, sangat
penting bagi saya untuk datang ke sini dan datang dengan kepala keamanan
kami bahwa kami menyelesaikan masalah ini," ungkapnya.
WASHINGTON
- Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengimbau warganya untuk
tidak bepergian ke Pakistan, khususnya ke provinsi Balochistan, Khyber
Pakhtunkhwa yang sebelumnya bernama Wilayah Kesukuan Administratif
Federal (FATA). Alasannya, provinsi itu sangat berbahaya, karena ancaman
terorisme dan penculikan cukup tinggi.
Washington telah
menempatkan Pakistan secara umum dalam kategori "Level Tiga" atau
"Oranye" dari saran perjalanan barunya yang dikeluarkan untuk warga AS,
mendorong wisatawan untuk mempertimbangkan kembali mengunjungi negara
itu. Tapi, secara khusus AS menempatkan tiga dari empat wilayah Pakistan
ditempatkan dalam kategori "Tingkat Empat" atau yang paling berbahaya.
"Kelompok
teroris terus merencanakan kemungkinan serangan di Pakistan. Teroris
mungkin menyerang dengan sedikit atau tanpa peringatan, bandara,
universitas, lokasi wisata, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, dan
fasilitas pemerintah," kata kementerian itu.
"Teroris
telah menargetkan kami para diplomat dan fasilitas diplomatik di masa
lalu dan informasi menunjukkan mereka terus melakukannya," sambungnya,
seperti dilansir Sputnik pada Rabu (17/4).
AS juga mengimbau
warganya untuk tidak mengunjungi wialayh Kashmir yang dikelola Pakistan
karena terorisme dan potensi pecahnya konflik bersenjata.
"Serangan
teroris terus terjadi di seluruh Pakistan, dengan sebagian besar
terjadi di Balochistan dan Kashmir, termasuk bekas FATA. Serangan
teroris skala besar telah mengakibatkan ratusan korban," ungkapnya.
Provinsi
Balochistan, Khyber Pakhtunkhwa, dan sabuk suku di sepanjang perbatasan
Pakistan-Afghanistan sering digambarkan sebagai tempat yang aman bagi
para teroris. Di masa lalu, AS telah meminta Pakistan untuk mengambil
tindakan yang berkelanjutan, dapat diverifikasi dan konkret terhadap
para pelaku terorisme.
ISLAMABAD
- Pakistan merasa jengkel dengan kesepakatan pembelian sistem
pertahanan udara S-400 senilai USD5,43 miliar yang diteken India dengan
Rusia pada tahun lalu. Menteri Luar Negeri (Menlu) Pakistan Shah
Mohammed Qureshi menggambarkan S-400 sebagai sistem senjata tidak stabil
yang dapat mempengaruhi stabilitas strategis kawasan itu.
Qureshi
pun menyerukan kekuatan global untuk "memperhatikan" tanggung jawab
mereka dalam hal pasokan senjata ke wilayah tersebut.
"Pengenalan
sistem senjata destabilisasi baru, seperti sistem rudal anti-balistik
S-400, dapat lebih jauh menekankan tantangan pada stabilitas strategis.
Mereka dapat mendorong bencana, di bawah rasa aman yang palsu," kata
Qureshi seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (11/4/2019).
Oktober
lalu, India menandatangani kontrak pertahanan senilai USD5,43 miliar
dengan Rusia untuk membeli lima sistem pertahanan udara S-400 meskipun
ada ancaman sanksi AS. Pengiriman sistem S-400 pertama kemungkinan akan
terjadi pada tahun 2020.
Pakistan segera bereaksi dengan
mengklaim bahwa pembelian itu adalah bagian dari upaya India untuk
memperoleh Sistem Pertahanan Rudal Balistik (BMD) melalui berbagai
sumber. Pakistan menambahkan bahwa langkah itu dapat mengacaukan
stabilitas strategis di Asia Selatan.
India membantah tuduhan itu, menganggap pembelian itu perlu untuk keamanan nasionalnya.
Menurut
Qureshi, akuisisi besar-besaran senjata konvensional oleh India yang
digabungkan dengan doktrin ofensif, seperti Cold Start, dan perluasan
aset strategisnya, termasuk kapal selam nuklir, merupakan perkembangan
dengan implikasi keamanan serius bagi Pakistan dan kawasan.
Ia
juga menyebutkan bahwa tes ASAT baru-baru ini yang dilakukan oleh India
pada 27 Maret menimbulkan kekhawatiran di Islamabad. Qureshi
memperingatkan masyarakat internasional agar tidak memberikan konsesi
dan berbagi teknologi canggih dengan India.
"Pengecualian khusus
negara oleh Kelompok Pemasok Nuklir (NSG), telah memiliki implikasi
negatif untuk stabilitas strategis di wilayah kami," ujar Qureshi.
Qureshi
mendesak kekuatan global untuk tetap waspada saat berhadapan dengan
negara-negara di kawasan itu karena stabilitas strategis Asia Selatan
dipengaruhi tidak hanya oleh perkembangan regional tetapi juga oleh
pendekatan komunitas internasional.
Sesuai dengan pernyataan
menteri luar negerinya, Pakistan telah menunjukkan komitmennya terhadap
perdamaian dan stabilitas dengan mengajukan proposal untuk Rezim
Pertahanan Strategis (SRR) - yang didasarkan pada tiga elemen yang
saling terkait dari penyelesaian konflik: pembatasan nuklir, pembatasan
rudal dan keseimbangan konvensional. Ia mengatakan proposal itu tetap di
atas meja dan jika diupayakan bisa meletakkan dasar untuk perdamaian
dan stabilitas abadi di wilayah tersebut.
Krisis
antara dua negara bersenjata nuklir meningkat setelah serangan teroris
Pulwama di mana 40 tentara India terbunuh. Ketegangan semakin meningkat
pada 27 Februari ketika kedua angkatan udara terlibat dalam pertempuran
udara - yang pertama dalam lima dekade terakhir - sebagai balasan atas
serangan udara "non-militer pre-emptive" yang dilakukan oleh Angkatan
Udara India terhadap infrastruktur teror yang tampak nyata di Balakot
Pakistan pada 26 Februari.
Pakistan mengklaim bahwa mereka
menembak jatuh dua jet tempur India dalam pertempuran udara, sementara
India membantah klaim tersebut dan mengatakan bahwa jet tempur yang
jatuh adalah F-16 Angkatan Udara Pakistan yang ditembak jatuh oleh IAF
MiG-21 Bison.
ISLAMABAD
- Angkatan Udara India (IAF) beberkan gambar radar yang diklaim sebagai
bukti bahwa jet tempur MiG-21 Bison-nya menembak jatuh pesawat jet
tempur F-16 Pakistan. Namun, jenderal Islamabad menganggap gambar radar
itu tak bisa membuat kebenaran baru dari bualan yang dibuat.
Juru
bicara Angkatan Darat Pakistan Mayor Jenderal Asif Ghafoor mengatakan
India telah gagal memberikan bukti bahwa salah satu jet tempur F-16 PAF
(Angkatan Udara Pakistan) ditembak jatuh selama pertempuran udara 27
Februari di atas Nowshera, wilayah di antara Jammu dan Kashmir.
"Pengulangan
tidak membuat kebohongan. Meskipun mengklaim memiliki bukti mengenai
pemotretan F-16, IAF masih pendek dalam mempresentasikannya. Jangan
mengabaikan diamnya Pakistan karena tidak memukul genderang di pihak
India. Faktanya adalah bahwa PAF menembak jatuh dua jet IAF, reruntuhan
yang terlihat di tanah oleh semuanya," tulis Ghafoor yang dikutip dari
akun Twitter-nya, @OfficialDGISPR, Selasa (9/4/2019).
Reaksi
jenderal Pakistan itu muncul beberapa jam setelah Angkatan Udara India
mempresentasikan apa yang diklaimnya sebagai gambar radar dari
pertempuran udara antara F-16 Pakistan dan MiG-21 India. Menurut New
Delhi, itu adalah bukti tak terbantahkan bahwa F-16 Pakistan dijatuhkan
meski Islamabad berkali-kali menyangkalnya.
Pembeberan gambar radar itu sejatinya sebagai respons laporan majalah Foreign Policy
yang menyatakan bahwa pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS) sudah
menghitung stok F-16 di pangkalan udara di Pakistan dan tidak ada satu
pun jet tempur buatan AS yang hilang.
Insiden pertempuran udara
jet tempur antara IAF dan PAF itu terjadi pada tanggal 27 Februari,
sehari setelah IAF melakukan serangan udara terhadap sebuah kamp teroris
Jaish-e-Mohammed di Balakot, Pakistan.
NEW DELHI - Militer New Delhi membeberkan gambar radar tentang pertempuran udara (dogfight)
antara pesawat jet tempur India dengan jet tempur Pakistan pada 27
Februari lalu. Gambar itu diklaim sebagai bukti tak terbantahkan bahwa
sebuah jet tempur F-16 Pakistan ditembak jatuh.
Pengungkapan gambar radar itu sebagai respons atas publikasi media Amerika Serikat (AS), Foreign Policy
yang bertentangan dengan klaim India. Laporan yang mengutip pejabat
pertahanan AS itu mengatakan bahwa seluruh F-16 Islamabad sudah dihitung
oleh pejabat militer Washington dan tidak ada satu pun yang hilang.
"IAF
memiliki bukti yang tidak dapat disangkal, tidak hanya fakta bahwa F-16
digunakan oleh PAF (Angkatan Udara Pakistan) pada 27 Februari tetapi
juga bahwa MiG-21 Bison IAF (Angkatan Udara India) menembak jatuh F-16
PAF," kata Wakil Marsekal Udara RGK Kapoor, Asisten Kepala Staf Udara,
sebagaimana dikutip dari NDTV, Selasa (9/4/2019).
Pemerintah
New Delhi mengatakan bahwa dalam duel udara pada 27 Februari—sehari
setelah India mengirim jet tempur ke Balakot, Pakistan, untuk menyerang
kamp pelatihan teror—pilot Abhinandan Varthaman telah terlibat dogfight
dengan salah satu jet tempur Pakistan yang mencoba menargetkan fasilitas
militer India.
Menurut pemerintah tersebut, pilot Abhinandan
Varthaman yang menerbangkan MiG-21 Bison menembak jatuh F-16 Pakistan,
sebelum akhirnya jet tempurnya dibalas ditembak jatuh dan dia berhasil
keluar dengan selamat. Abhinandan Varthaman mendarat melintasi Garis
Kontrol (Line of Control/LoC) Kashmir, ditangkap serta ditahan
selama tiga hari oleh militer Pakistan. Dia diserahkan kembali ke India
sebagai upaya nyata Perdana Menteri Imran Khan untuk meredam eskalasi.
Angkatan
Udara India mengatakan pesawat Pakistan menembakkan beberapa rudal
AIM-120 Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile atau AIM-120 AMRAAM
buatan Amerika Serikat yang memang menjadi senjata F-16.
"Dalam
pertempuran udara sebuah MiG-21 Bison dari IAF yang dikemudikan oleh
Komandan Sayap Abhinandan menembak jatuh satu F-16 PAF. Seperti yang
ditunjukkan dalam gambar radar pada slide. F-16 jatuh dan jatuh
melintasi LoC. IAF kehilangan satu MiG-21 dalam pertempuran udara dan
Abhinandan terlontar dengan aman tetapi parasutnya melayang melintasi
Garis Kontrol, dan ia ditahan oleh Angkatan Darat Pakistan," kata
Kapoor.
Masih
menurut Angkatan Udara India, dua parasut terlihat secara visual dan
data itu diperkuat oleh penyadapan komunikasi radio. Bahkan Perdana
Menteri Pakistan Imran Khan dalam kamera menunjukkan "lebih dari satu
pilot". Ini secara meyakinkan membuktikan bahwa dua pesawat jatuh pada
hari itu di daerah yang sama, berjeda sekitar 1 hingga 1,30 menit.
"IAF
memiliki informasi dan bukti yang lebih kredibel yang secara jelas
mengindikasikan fakta bahwa PAF kehilangan satu F-16 dalam aksi udara
pada tanggal 27 Februari. Namun, karena masalah keamanan dan
kerahasiaan, kami membatasi informasi yang dibagikan pada domain
publik," kata Kapoor.
Perbatasan Kashmir yang memisahkan India dan Pakistan.
Foto: Zee Media Bureau
Status khusus Jammu dan Kashmir dinilai PM India menghambat integrasi negara.
CB,
NEW DELHI -- Perdana Menteri India Narendra Modi berjanji akan
menghapus status khusus wilayah Jammu dan Kashmir jika memenangkan
pemilu India yang dijadwalkan digelar pada Kamis (11/4). Menurutnya,
status tersebut menghambat integrasi negara.
"Nasionalisme adalah inspirasi kami," kata Modi dalam manifesto
pemilu yang dirilis partainya, Bharatiya Janata Party (BJP), pada Senin
(8/4).
Dia meyakini status khusus Jammu dan Kashmir yang
diatur dalam Pasal 35A amandemen konstitusi tahun 1954 sudah tak
relevan. "Kami percaya bahwa Pasal 35A merupakan hambatan dalam
pengembangan negara," ujar Modi.
Pasal 35A diperkenalkan
melalui perintah kepresidenan pada 1954. Pasal tersebut melanjutkan
peraturan wilayah yang lama berdasarkan Pasal 370 Konstitusi India.
Pasal
370 menyangkal tentang hak kepemilikan orang luar atau asing, seperti
properti, misalnya, di wilayah tersebut. Pasal itu juga memungkinkan
Kashmir memiliki konstitusi sendiri. Dalam realisasinya, undang-undang
konstitusional seperti Pasal 35A dan Pasal 370 melarang warga India atau
warga asing memasuki Kashmir tanpa izin.
BJP secara
konsisten mengadvokasi untuk mengakhiri status konstitusional khusus
Kashmir. Sebab, hal itu dianggap menghambat integrasi Kashmir dengan
negara bagian lain di India.
Para pemimpin politik di
Kashmir, yang berpenduduk mayoritas Muslim, telah memperingatkan bahwa
mencabut status khusus wilayah tersebut dapat memicu kerusuhan dan aksi
huru-hara. Di sisi lain, India memang memerangi kelompok bersenjata yang
dianggap sebagai pemberontak di wilayah tersebut selama tiga dekade
terakhir.
"Dalam
lima tahun terakhir, kami telah melakukan semua upaya yang diperlukan
untuk memastikan perdamaian di Jammu dan Kashmir melalui tindakan dan
kebijakan yang tegas," kata BJP dalam manifestonya.
"Kami
berkomitmen untuk mengatasi semua hambatan dalam cara pembangunan dan
menyediakan sumber daya keuangan yang memadai untuk semua wilayah negara
bagian," ujar BJP.
Presiden Partai Konferensi Nasional
Kashmir Farooq Abdullah mengatakan rencana Modi dan BJP mencabut status
khusus Kashmir adalah sebuah kekeliruan. Dia bersumpah tak akan
membiarkan hal itu terjadi. "Mereka keliru. Kami akan berjuang
melawannya," kata dia.
Pada 14 Februari lalu, insiden bom
bunuh diri di Pulwama, Kashmir nyaris menyeret India ke dalam
konfrontasi dengan Pakistan. India menuding Islamabad terlibat dalam
serangan yang menewaskan 44 personel militernya tersebut.
Tuduhan
itu dilayangkan meskipun kelompok Jaish-e-Mohammad telah mengkalim
bertanggung jawab dan menjadi dalang di balik insiden bom bunuh diri di
sana. Pemerintah Pakistan sendiri membantah tegas tudingan India.
Sebagai
iktikad baik Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menawarkan bantuan
kepada India untuk menyelidiki insiden tersebut. Alih-alih menerima
tawaran Khan, India justru melancarkan serangan udara ke Kashmir.
Pakistan
menembak jatuh dua tempur India yang melewati Garis Kontrol Kashmir,
yakni perbatasan de facto kedua negara. Satu pilot India ditangkap dan
ditahan. Belakangan Pakistan memutuskan memulangkan pilot tersebut guna
meredakan ketegangan dan mencegah berlanjutnya eskalasi.
Kashmir
merupakan sebuah wilayah di Himalaya dengan penduduk mayoritas Muslim
yang dipersengketakan India dan Pakistan. Beberapa kelompok di Jammu dan
Kashmir telah berperang melawan India guna meraih kemerdekaan. Kalaupun
tidak berhasil merdeka, mereka ingin berpisah dari India dan bergabung
dengan Pakistan.
NEW DELHI
- Pemerintah India menjawab tuduhan Pakistan bahwa militer New Delhi
menyiapkan agresi baru yang akan berlangsung antara 16 dan 20 April
mendatang. New Delhi mengatakan tuduhan itu tidak masuk akal dan
membangkitkan histeria perang.
Jawaban New Delhi disampaikan juru
bicara Kementerian Luar Negeri Raveesh Kumar. "India menolak pernyataan
Menteri Luar Negeri Pakistan yang tidak bertanggung jawab dan tidak
masuk akal dengan tujuan yang jelas untuk membangkitkan histeria perang
di wilayah tersebut," katanya, dikutip The Indian Express, Senin (8/4/2019).
"Gimmick publik
ini tampaknya merupakan seruan kepada para teroris yang berbasis di
Pakistan untuk melakukan serangan teror di India," lanjut dia.
"India memiliki hak untuk merespons dengan tegas terhadap serangan teroris lintas-perbatasan," imbuh Kumar.
Seperti
diberitakan sebelumnya, Pakistan pada hari Minggu menuduh India sedang
merencanakan agresi baru antara 16 dan 20 April. Islamabad
memperingatkan New Delhi atas risiko terhadap setiap kesalahan yang
diperbuat.
Tuduhan Pakistan disampaikan Menteri Luar Negeri
Pakistan Shah Mahmood Qureshi dalam konferensi pers. "Pemerintah
Pakistan memiliki (informasi) intelijen yang dapat dipercaya bahwa India
sedang menyusun rencana baru," katanya.
"Sebuah insiden baru
bisa dilakukan...dan tujuannya adalah untuk membenarkan tindakan ofensif
mereka (India) terhadap Pakistan dan untuk meningkatkan tekanan
diplomatik terhadap Islamabad," kata Qureshi.
“Jika
itu terjadi, Anda bisa membayangkan dampak dari kejadian itu pada
perdamaian dan stabilitas kawasan. Menurut informasi kami, tindakan
tersebut dapat dilakukan antara 16 dan 20 April," lanjut Qureshi, seraya
menambahkan bahwa Pakistan sedang bersiap untuk merespons.
Ketegangan
kedua negara meningkat tajam setelah India melakukan serangan udara
terhadap situs yang dianggap sebagai kamp kelompok militan
Jaish-e-Mohammed di Pakistan pada 26 Februari 2019. Serangan itu
dilancarkan beberapa hari setelah serangan teroris pada 14 Februari
terhadap personel polisi paramiliter India (CRPF) di Pulwama Pada 27
Februari yang menewaskan lebih dari 40 personel.
Seorang tentara Pakistan mengikat
bendera nasional terbalik di sebuah menara pengawas yang terlihat di
seberang pagar perbatasan antara India dan Pakistan di sektor Ranbir
Singh Pura dekat Jammu, Jumat (1/3/2019). (REUTERS/ADNAN ABIDI)
Karachi (CB) - Pakistan memiliki "intelijen terpercaya" bahwa
India akan menyerang lagi bulan ini, kata Menteri Luar Negeri Shah
Mahmood Qureshi pada Ahad, sementara ketegangan atas kebuntuan Februari
antara dua negara tetangga pemilik senjata nuklir itu tampak mereda.
Serangan tersebut dapat terjadi antara 16 dan 20 April, katanya, dengan
menambahkan bahwa Pakistan telah memberitahu lima anggota tetap Dewan
Keamanan PBB mengenai kecemasannya itu.
Pengeboman bunuh diri oleh militan yang berkedudukan di Pakistan di
Kashmir yang dikuasai India membunuh sedikitnya 40 anggota polisi
paramiliter India pada 14 Februari dan risiko konflik meningkat secara
dramatis pada 27 Februari ketika India melancarkan serangan udara atas
apa yang disebutnya pangkalan latihan militan.
Hari berikutnya Pakistan menembak jatuh satu pesawat tempur India dan menangkap pilotnya yang kemudian dibebaskan.
"Kami memiliki intelijen yang dapat dipercaya bahwa India berencana
melancarkan serangan baru atas Pakistan. Sesuai dengan informasi yang
kami peroleh ini bisa terjadi antara 16 dan 20 April," kata Qureshi
kepada wartawan di Multan, kampung halamannya.
"Dia tidak menjelaskan mengenai apa bukti yang Pakistan miliki atau
bagaimana dia dapat menyebut secara khusus waktunya, tapi dia mengatakan
Perdana Menteri Imran Khan telah setuju berbagi informasi itu dengan
negara itu.
Kantor Kementerian Luar Negeri India tidak segera menjawab surat elektronik yang dikirim untuk diminta komentar.
Khan menyalahkan Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa di India
bagi "penyiapan histeria perang" atas klaim-klaim bahwa India menembak
jatuh satu jet tempur F-16 Pakistan selama kebuntuan Februari.
India mengatakan pihaknya telah menembak sebuah pesawat Pakistan dan
angkatan udaranya memperlihatkan keping-keping dari satu peluru kendali
yang diktakannya telah ditembakkan oleh satu jet F-16 Pakistan yang
ditembak jatuh.
Keberhasilan serangan-serangan India atas sebuah kamp kelompok militan
Jaish-e-Mohammad di bagia baratlaut Pakistan juga menimbulkan keraguan
setelah gambar-gambar satelit menunjukkan kerusakan sedikit.
ISLAMABAD
- Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mahmood Qureshi menuturkan,
pihaknya memiliki intelijen yang dapat dipercaya bahwa India akan
kembali melancarkan serangan pada bulan ini.
Qureshi mengatakan,
serangan itu dapat terjadi antara pertengahan atau akhir bulan April.
Pakistan, lanjut Qureshi, telah memberi tahu lima anggota tetap Dewan
Keamanan (DK) PBB tentang kekhawatirannya.
"Kami memiliki
intelijen yang andal bahwa India merencanakan serangan baru terhadap
Pakistan. Sesuai informasi kami, ini bisa terjadi antara 16 dan 20
April," kata Qureshi, seperti dilansir Reuters pada Minggu (7/4).
Dia
tidak menguraikan bukti apa yang dimiliki Pakistan atau bagaimana dia
bisa begitu spesifik dengan waktunya, tetapi dia mengatakan Perdana
Menteri Imran Khan telah setuju untuk berbagi informasi mengenai hal
ini.
Sementara itu, sebelumnya Khan mengecam Partai Bharatiya
Janata (BJP) yang berkuasa di India karena membangkitkan histeria perang
atas klaim palsu bahwa India menembak jatuh F-16 Pakistan dalam
pertempuran udara Februari lalu. Khan mengatakan akan kebenaran selalu
menang.
Majalah Foreign Policy yang berbasis di Amerika
Serikat (AS), mengutip para pejabat AS, mengatakan semua jet tempur F-16
Pakistan telah diperiksa dan bisa dipertanggungjawabkan. Penilaian
Washington itu bertentangan dengan penilaian Angkatan Udara India (IAF)
yang mengklaim jet tempur MiG-21-nya telah menembak jatuh salah satu jet
tempur F-16 Pakistan.
"Kebenaran
selalu menang dan selalu merupakan kebijakan terbaik. Upaya BJP untuk
memenangkan pemilu melalui membangkitkan histeria perang dan klaim palsu
menjatuhkan F-16 Pakistan telah menjadi bumerang, dengan para pejabat
Pertahanan AS juga membenarkan bahwa tidak ada F-16 yang hilang dari
armada Pakistan," ucap Khan.
KARACHI
- Perdana Menteri Imran Khan mengecam Partai Bharatiya Janata (BJP)
yang berkuasa di India karena membangkitkan histeria perang atas klaim
palsu bahwa India menembak jatuh F-16 Pakistan dalam pertempuran udara
Februari lalu. PM Khan mengatakan akan kebenaran selalu menang.
Majalah Foreign Policy
yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengutip para pejabat AS,
mengatakan semua jet tempur F-16 Pakistan telah diperiksa dan bisa
dipertanggungjawabkan. Penilaian Washington itu bertentangan dengan
penilaian Angkatan Udara India (IAF) yang mengklaim jet tempur
MiG-21-nya telah menembak jatuh salah satu jet tempur F-16 Pakistan.
"Kebenaran selalu menang dan selalu merupakan kebijakan terbaik," kata PM Khan dalam sebuah tweet-nya, Sabtu (6/4/2019).
"Upaya
BJP untuk memenangkan pemilu melalui membangkitkan histeria perang dan
klaim palsu menjatuhkan F-16 Pakistan telah menjadi bumerang, dengan
para pejabat Pertahanan AS juga membenarkan bahwa tidak ada F-16 yang
hilang dari armada Pakistan," lanjut Khan.
Dua
negara bersenjata nuklir itu terlibat dalam pertempuran udara atau
dogfight di wilayah Kashmir yang disengketakan sehari setelah jet-jet
tempur India menyeberang ke Pakistan untuk menyerang sebuah kamp yang
diduga sebagai markas kelompok militan anti-India, Jaish-e-Mohammed
(JeM).
India mengklaim mengklaim telah menembak jatuh sebuah
pesawat jet tempur F-16 Pakistan dengan memperlihatkan puing-puing rudal
yang disebut New Delhi telah ditembakkan oleh F-16 Pakistan sebelum
jatuh. Rudal yang dimaksud itu adalah AIM-120 Advanced Medium-Range
Air-to-Air Missile atau AIM-120 AMRAAM buatan Amerika Serikat yang
memang menjadi senjata F-16.
Foreign Policy mengatakan
dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada hari Kamis bahwa dua pejabat
pertahanan AS yang memiliki pengetahuan langsung tentang masalah ini
mengatakan bahwa personel AS telah melakukan penghitungan F-16 Pakistan
dan tidak menemukan satu pun yang hilang.
Penilaian AS itu belum
diberikan secara resmi kepada India dan Pakistan. Jika penilaian AS
benar, maka itu akan menjadi pukulan lebih lanjut bagi Perdana Menteri
India Narendra Modi, yang mengatakan bahwa India telah memberi pelajaran
kepada Pakistan. PM Modi akan bersaing dalam pemilu pekan depan.
BJP,
partainya Modi, telah berkampanye bahwa platform keamanan nasional
India tangguh, terutama yang berkaitan dengan musuh utamanya, Pakistan.
New Delhi menyalahkan Pakistan karena memicu pemberontakan 30 tahun di
Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim. Namun, Islamabad membantah
terlibat.
Juru bicara BJP Bizay Sonkar Shastri menolak anggapan Khan bahwa India membangkitkan histeria perang.
"Pertama,
kebiasaan berbohong mereka (Pakistan) bukanlah rahasia bagi dunia.
Kedua, ini benar-benar jelas bahwa akar terorisme terletak di Pakistan
dan terorisme dikembangkan di Pakistan," katanya kepada Reuters, yang dilansir Minggu (7/4/2019).
Klaim
keberhasilan serangan udara India terhadap sebuah kamp kelompok militan
Jaish-e-Mohammed di Pakistan barat laut juga telah diragukan setelah
gambar satelit menunjukkan tak ada tanda kerusakan sedikit pun di situs
yang diklaim menjadi target pemboman udara.
Jurnalis Matloob Musawi dibawa OTK bersenjata secara paksa.
CB, KARACHI
— Keluarga dari jurnalis asal Pakistan, Matloob Musavi, melaporkan
penculikan menimpa Matloob oleh orang tak dikenal (OTK). Saudara
laki-laki Matloob, Minhaj Musavi, mengatakan insiden ini berlangsung di
kediaman mereka di Karachi pada Sabtu (30/3) kemarin.
Minhaj
menuturkan bahwa rumah mereka didatangi sekelompok pria bersenjata dan
mengenakan topeng di wajah. Seketika, Matloob secara paksa dibawa pergi
dalam kendaraan yang dibawa penculik.
Menurut
Minhaj, kendaraan yang digunakan penculik tersebut termasuk kendaraan
polisi. Hingga saat ini, belum ada kabar apapun mengenai keadaan
Matloob.
Mengutip Foxnews, Perhimpunan
Jurnalis Karachi mengecam insiden tersebut. Mereka telah menuntut
pembebasan Matloob yang diyakini dibawa oleh pasukan keamanan negara.
Beberapa
petinggi perhimpunan jurnalis Karachi, Imtiaz Faran dan Atman Sabir
mengatakan pasukan keamanan yang memasuki rumah tanpa menyebut identitas
mereka adalah suatu tindakan yang tercela. Sebelumnya, sejumlah
jurnalis dan blogger juga mengakui adanya ancaman atas artikel yang
dibuat.
Bahkan, di antara jurnalis dan blogger di
Karachi tersebut juga pernah ditahan dan diancam. Hal itu terjadi
beberapa bulan lalu, setelah mereka menulis secara kritis artikel
mengenai badan keamanan Pakistan.
ISLAMABAD
- Seorang mantan jenderal India mengakui bahwa Islamabad telah
mengalahkan New Delhi dalam perang hibrida atau dia sebut sebagai
"perang generasi kelima". Dia menyarankan militer negaranya untuk
belajar dari militer Pakistan.
Mantan jenderal bernama Syed Ata Hasnain pernah menjadi komandan militer India. "Mereka (India) harus belajar dari Inter-Services Public Relations (ISPR—sayap media militer Pakistan), bagaimana cara berperang dalam perang generasi kelima," kata Hasnain kepada sebuah think tank Inggris, seperti dikutip Sputnik, Sabtu (30/3/2019).
Menurutnya,
ISPR telah membuktikan bahwa media tetap menjadi alat yang sangat
efektif dalam perang hibrida, termasuk konflik informasi. "Pakistan
menunjukkan keterampilan profesional yang hebat," katanya.
Hasnain
mengklaim bahwa tidak mungkin memenangkan perang tradisional di medan
perang di zaman modern. Bahkan, kata dia, Amerika Serikat pun memerlukan
waktu 18 tahun untuk menyadari kenyataan seperti itu.
Komentar
Hasnain muncul beberapa hari setelah Kementerian Luar Negeri Pakistan
menyatakan bahwa mereka telah menyelidiki secara menyeluruh dokumen
India terkait dengan serangan teror di Pulwama 14 Februari. Menurut
kementerian tersebut tidak menemukan bukti adanya kamp teror di lokasi
yang disebutkan oleh New Delhi, atau dari siapa pun yang disebutkan
dalam dokumen yang dapat dikaitkan dengan serangan itu.
"Sementara
54 orang yang ditahan sedang diselidiki, sejauh ini tidak ada rincian
yang menghubungkan mereka dengan (serangan di) Pulwama. Demikian pula,
22 lokasi pin yang digunakan bersama oleh India telah diperiksa. Tidak
ada kamp seperti itu. Pakistan bersedia mengizinkan kunjungan, atas
permintaan, ke lokasi-lokasi ini," lanjut kementerian tersebut.
Kementerian
itu menegaskan kembali bahwa informasi dan dokumen tambahan dari India
akan sangat penting untuk melanjutkan proses penyelidikan dan bahwa
Pakistan tetap berkomitmen untuk membawa proses ini ke kesimpulan logis.
Pekan
lalu, Presiden Pakistan Arif Alvi menuduh India memiliki sikap "tidak
bertanggung jawab" dan memuji tanggapan langsung dan efektif Islamabad
atas apa yang ia sebut sebagai "agresi India".
“Setelah serangan
(di) Pulwama, India menyalahkan Pakistan tanpa bukti. India tidak
mematuhi hukum internasional dan melanggar wilayah udara Pakistan," kata
Alvi, merujuk pada serangan 14 Februari terhadap konvoi keamanan India
di wilayah Kashmir dikuasai India oleh militan Islam yang berbasis di
Pakistan, yang menewaskan lebih dari 40 polisi paramiliter India.
Jaish-e-Mohammed (JeM), sebuah kelompok teror yang berbasis di Pakistan,
mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan Angkatan Udara India
melakukan serangan udara di sebuah kamp JeM di Pakistan pada 26
Februari. Namun, Islamabad bahwa pesawat-pesawat jet tempur India tdak
pernah menargetkan kamp-kamp yang dimaksud.
Kebuntuan pun meningkat, yang mengakibatkan pertempuran udara pada 27 Februari antara pesawat tempur kedua negara.
Ilustrasi rudal India. (REUTERS/Indian Defence Research and Development Organisation)
Jakarta, CB -- India dilaporkan
berhasil menembak jatuh salah satu satelit milik mereka dengan rudal.
Hal itu membuat Perdana Menteri Narendra Modi mengklaim mereka kini
sejajar dengan negara-negara lain dalam hal penjelajahan antariksa,
tetapi membuat Pakistan meradang.
Modi
memuji keberhasilan itu yang dianggapnya sebagai prestasi bersejarah
dan menunjukkan perkembangan besar dalam teknologi luar angkasa India.
Modi
menuturkan India menjadi negara keempat setelah Amerika Serikat, Rusia,
dan China yang berhasil menggunakan peluru kendali anti-satelit semacam
itu.
"Beberapa waktu lalu, para ilmuwan kita menembak jatuh
sebuah satelit yang berjarak 300 kilometer di luar angkasa, di orbit
rendah bumi," tutur Modi dalam pidatonya, Rabu (27/3).
"India telah membuat prestasi yang sebelumnya tidak pernah terjadi hari
ini. Dengan ini, India menyatakan diri sebagai negara yang memiliki
kekuatan di luar angkasa."
Pengumuman itu disampaikan Modi dalam pidato nasional yang ditayangkan secara serempak di seluruh negeri melalui televisi.
India telah memiliki rencana membangun teknologi luar angkasanya sejak bertahun-tahun lalu.
Pakistan
sebagai negara tetangga langsung menanggapi pernyataan Modi. Mereka
berharap kemampuan India tidak menjadi ancaman bagi pihak lain.
"Luar
angkasa adalah warisan umat manusia dan setiap negara wajib bertanggung
jawab untuk menghindari aksi yang bisa memicu militerisasi di
antariksa," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan.
"Kami
berharap negara lain yang di masa lampau mengecam keras unjuk kemampuan
seperti itu bisa mempersiapkan aturan main untuk mencegah ancaman
militer di ruang angkasa," lanjut pernyataan itu.
China yang merupakan tetangga India belum memberikan tanggapan.
Relasi
Pakistan dan India baru-baru ini terus menegang setelah kedua negara
kembali terlibat bentrok militer di perbatasan Kashmir.
Sementara itu, dikutip Reuters, China juga pernah menghancurkan sebuah satelit di luar angkasa menggunakan teknologi serupa pada 2007 lalu.
Berdasarkan Secure World Foundation, penghancuran itu menghasilkan
sampah luar angkasa terbesar dalam sejarah yakni sebanyak 3.000
material.
Sedangkan Amerika Serikat pertama kali melakukan uji
coba rudal anti-satelit pada 1959. Rusia melakukan uji coba serupa
sekitar 1960 dan 1970.
ISLAMABAD
- Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan berpendapat bahwa kemungkinan
perang dengan India belum berakhir. Dia menyebut, ini dikarenakan
Perdana Menteri India, Narendra Modi masih melanjutkan retorika
anti-Pakistan untuk menguatkan sentimen publik mengenai situasi di
perbatasan sampai pemilihan di India berakhir.
Menyatakan
keprihatinan serius atas ketegangan yang terus-menerus terjadi di
perbatasan, Khan memperingatkan bahwa bahaya perang dengan India belum
berakhir. Khan meramalkan bahwa hubungan kedua negara akan tetap tegang
sampai pemilihan umum di India berakhir.
"Bahayanya
belum berakhir. Situasinya akan tetap tegang sampai pemilihan umum
mendatang di India. Kami sudah siap untuk mencegah segala agresi dari
India," kata Khan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada
Rabu (27/3).
Pernyataan itu muncul di tengah laporan masih terus terjadi penembakan
lintas perbatasan oleh pasukan kedua negara, baik itu menggunakan mortir
atau senapan mesin berat. Kedua negara juga dilaporkan memperkuat
posisi di sepanjang perbatasan dengan sistem rudal pertahanan udara dan
jet tempur.
Pakistan sendiri masih belum membuka
wilayah udaranya untuk penerbangan sipil India sejak 26 Februari, ketika
Angkatan Udara India melakukan serangan "non-militer pre-emptive" di
Balakot di Pakistan dan mengklaim telah menghancurkan infrastruktur
teror yang dioperasikan oleh Jaish-e-Mohammed.
Serangan
India ini direspon oleh Angkatan Udara Pakistan yang melakukan serangan
ke wilayah India sehari setelahnya dan terlibat dalam pertempuran udara
dengan Angkatan Udara India.