KABUL - Persenjataan perang kembali merenggut nyawa warga sipil di Afghanistan. Kali ini korbannya adalah anak-anak.
Sebuah
ranjau darat meledak dan menewaskan tujuh anak serta melukai dua
lainnya di provinsi Ghazni, selatan Ibu Kota Kabul. Ranjau tersebut
meledak setelah anak-anak itu menginjaknya ketika tengah main.
"Ranjau
itu ditanam oleh Taliban di jalan utama untuk menimbulkan korban pada
pasukan keamanan," kata juru bicara provinsi Aref Noori seperti dikutip
dari AFP, Sabtu (11/5/2019).
Kelompok Taliban tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Gerilyawan
Taliban sering menggunakan bom pinggir jalan dan ranjau darat untuk
menargetkan pasukan keamanan Afghanistan. Tetapi senjata mematikan itu
juga menimbulkan korban pada warga sipil.
Amanullah Kamrani,
seorang anggota dewan provinsi Ghazni, mengatakan anak-anak yang menjadi
korban berusia antara tujuh dan sembilan tahun serta setidaknya empat
dari mereka berasal dari satu keluarga.
Konflik selama
bertahun-tahun membuat Afghanistan dipenuhi ranjau darat, mortir yang
tidak meledak, roket dan bom rakitan. Banyak dari benda-benda berbahaya
itu diambil oleh anak-anak yang penasaran.
Bulan
lalu, tujuh anak tewas dan 10 lainnya luka-luka di provinsi Laghman
timur Afghanistan ketika sebuah mortir meledak ketika mereka sedang
memainkannya.
Menurut PBB, 3.804 warga sipil - termasuk lebih
dari 900 anak-anak - tewas di Afghanistan pada 2018, dengan 7.000
lainnya terluka. Itu adalah tahun paling mematikan hingga saat ini bagi
warga sipil dalam konflik Afghanistan.
KABUL
- Gerilyawan Taliban menyerang kantor-kantor organisasi bantuan Amerika
Serikat (AS) di Ibu Kota Afghanistan. Mereka memerangi pasukan keamanan
dan memicu ledakan besar dalam serangan selama enam jam dan menewaskan
sedikitnya lima orang.
Belasan kendaraan dan toko hancur atau
rusak bersama beberapa bangunan. Asap besar mengepul dari daerah itu dan
suara tembakan sporadis bisa terdengar.
Pernyataan Kementerian
Dalam Negeri Afghanistan mengatakan empat warga sipil dan seorang polisi
tewas dan 24 lainnya terluka dalam serangan itu. Belum diketahui apakah
ada warga asing yang terbunuh atau terluka dalam sernagan tersebut.
Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan serangan itu berakhir setelah lima pemberontak tewas oleh pasukan Afghanistan.
"Sekitar 200 orang diselamatkan dari kedua bangunan di dalam kompleks," kata pernyataan itu seperti dilansir dari Time, Kamis (9/5/2019).
Juru
bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Nasrat Rahimi mengatakan
serangan itu menargetkan organisasi bantuan yang berbasis di AS,
Counterpart International, yang memiliki kantor di dekat kantor jaksa
agung Afghanistan.
Kantor grup itu berada di kompleks dengan dua bangunan berlantai lima.
"Kami
sangat sedih dengan serangan ini dan bekerja secepat mungkin untuk
menjelaskan staf kami," kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan di
situs webnya.
“Keselamatan dan keamanan mereka adalah perhatian utama kami," sambung pernyataan itu.
Duta
Besar AS untuk Afghanistan, Johan Bass, mengutuk keras serangan
terhadap LSM tersebut. Dia mengatakan organisasi yang menjadi target
serangan bergerak membantu masyarakat setempat, melatih wartawan dan
mendukung rakyat Afghanistan.
Misi Bantuan PBB di Afghanistan
dalam sebuah pernyataan juga mengecam gerilyawan Taliban karena sengaja
menargetkan organisasi bantuan sipil.
"Serangan hari ini sangat menyedihkan, menghantam organisasi sipil yang membantu warga Afghanistan," bunyi pernyataan itu.
Juru
bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kelompok itu menyerang
organisasi tersebut karena terlibat dalam kegiatan Barat yang berbahaya
di Afghanistan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Gerilyawan
Taliban melakukan serangan hampir setiap hari terhadap pasukan
Afghanistan, bahkan ketika upaya perdamaian telah dipercepat untuk
mengakhiri perang selama 17 tahun di negara itu.
Presiden
Afghanistan Ashraf Ghani menyerukan perdamaian dengan Taliban pekan lalu
dan berjanji untuk membebaskan 175 tahanan Taliban menjelang bulan suci
Ramadhan, yang dimulai Senin ini.
Taliban mengatakan mereka akan
melanjutkan serangan mereka selama Ramadhan, tetapi akan sangat
berhati-hati terhadap warga sipil selama operasi apa pun.
Gerilyawan
telah menolak proposal gencatan senjata di masa lalu, dengan mengatakan
pasukan AS dan NATO harus keluar dari negara itu terlebih dahulu.
Taliban juga menolak untuk bernegosiasi langsung dengan pemerintah di
Kabul, memandangnya sebagai boneka AS.
KABUL
- Amerika Serikat (AS) tidak ingin tergesa-gesa melakukan penarikan
pasukan dari Afghanistan. Hal itu dikatakan oleh seorang anggota
parlemen AS dari Partai Demokrat di Kabul, Aghanistan, di tengah desakan
yang berkelanjutan untuk mengakhiri perang.
Senator Jeanne
Shaheen, anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat yang berpengaruh yang
mengawasi militer AS, juga menekankan bahwa perempuan harus mendapat
tempat di meja perundingan karena AS berusaha untuk bernegosiasi dengan
Taliban.
Presiden Donald Trump tahun lalu mengatakan kepada
penasihatnya bahwa ia ingin memangkas sekitar 14.000 pasukan Amerika di
Afghanistan hingga setengahnya. Hal ini memicu kecaman bahwa ia ingin
mempercepat penarikan pasukan.
"Apa
yang kami dengar di sini adalah bahwa apa pun penyelesaian yang
dinegosiasikan untuk mengakhiri konflik, itu dilakukan dengan cara yang
sangat disengaja, yang memastikan semua pihak dapat berpartisipasi dalam
transisi, dan tidak boleh ada penarikan (pasukan) secara tiba-tiba dari
Afghanistan," kata Shaheen kepada wartawan di kedutaan besar AS.
Rekan-rekan Kongres setuju, katanya, menambahkan pemerintah juga setuju.
"Ada
posisi yang disengaja yang mungkin tidak selalu tercermin dalam tweet
yang datang dari Gedung Putih," katanya, merujuk pada kegemaran Trump
untuk merilis pesan kebijakan luar negeri yang tidak terduga seperti
dikutip dari AFP, Senin (15/4/2019).
Shaheen yang juga duduk di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, dan satu-satunya wanita di panel.
Ia
mengatakan sangat penting bagi perempuan untuk dilibatkan dalam
pembicaraan dengan Taliban, yang rezimnya mencabik-cabik gagasan Barat
tentang hak-hak perempuan dan mengeksekusi perempuan karena tuduhan
perzinahan.
"Apa yang kita ketahui dari data adalah bahwa ketika
wanita terlibat, ada sekitar 35 persen kemungkinan lebih besar bahwa
negosiasi itu akan bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama," ulas
Shaheen.
"Sangat penting bahwa apa pun yang keluar dari negosiasi
damai apa pun, yang kami dukung memiliki wanita di meja perundingan,"
imbuhnya.
Putaran
pembicaraan damai baru diperkirakan akan berlangsung akhir bulan ini
antara para pemimpin politik Afghanistan, termasuk beberapa pejabat dari
pemerintah Kabul, dan Taliban di Ibu Kota Qatar, Doha.
Taliban
telah lama menolak untuk berbicara secara resmi dengan Kabul, menjuluki
pemerintah Afghanistan sebagai "boneka" Barat, dan gerilyawan telah
bersikeras bahwa pejabat pemerintah hanya hadir dalam kapasitas pribadi.
Susunan delegasi belum diumumkan, tetapi daftar awal dilaporkan hanya memiliki dua peserta perempuan.
KABUL
- Gerilyawan Taliban mengklaim telah menembak jatuh sebuah pesawat
pembom B-52 Amerika Serikat. Klaim ini muncul setelah serangan yang
terjadi beberapa hari setelah Taliban menargetkan konvoi AS di
Afghanistan timur laut, menewaskan tiga tentara.
Insiden itu
konon terjadi ketika pesawat itu terbang dari pangkalan udara Shawrab
Airbase di Afghanistan selatan pada Rabu dini hari.
"Mujahidin
(pejuang milisi) dari Emirat Islam menargetkan sebuah pesawat pembom
B-52 AS dengan senjata berat hari ini dini hari di daerah Lar di distrik
Washir, provinsi Helmand," kata seorang juru bicara Taliban seperti
dikutip dari Sputnik, Kamis (11/4/2019).
Pesawat
pembom B-52 itu dikatakan jatuh setelah serangan, menewaskan semua
krunya. Baik otoritas Afghanistan dan AS belum mengomentari klaim ini.
Sebelumnya
pada 8 April lalu, tiga tentara AS tewas dalam serangan bom mobil
terhadap konvoi di dekat Pangkalan Angkatan Udara Bagram di Afghanistan
timur laut. Kelompok Taliban mengaku bertanggung jawab atas pemboman
itu.
Taliban muncul pada 1994 saat puncak perang saudara di
Afghanistan. Kelompok ini memegang tampuk kekuasaan di sebagian besar
negara antara tahun 1996 dan 2001. Selama periode ini, Taliban
menerapkan hukum Syariah Islam.
Taliban
digulingkan dari kekuasaan oleh koalisi pimpinan AS pada 2001 dan sejak
itu melancarkan perang gerilya melawan pemerintah yang berbasis di
Kabul, dan pasukan NATO di Afghanistan serta Pakistan yang bertetangga.
Dubes
Rusia untuk Afghanistan mengatakan pada Februari lalu bahwa gerilyawan
menguasai setidaknya 50 persen wilayah Afghanistan dan jumlah mereka
termasuk dari 3.500 hingga 10.000 pejuang ISIS, yang secara teratur
melakukan serangan teror di seluruh negeri.
KABUL
- Tiga tentara Amerika Serikat (AS) dan seorang kontraktor tewas
terkena ledakan bom di dekat pangkalan utama Amerika di dekat Kabul,
Afghanistan. Serangan bom pada hari Senin itu diklaim kelompok Taliban
sebagai ulah mereka.
Menurut militer AS, ledakan di dekat Lapangan Terbang Bagram yang merupakan fasilitas militer AS terbesar di negara tersebut.
Dalam
sebuah pernyataan, militer Washington juga mengakui bahwa tiga tentara
AS lainnya terluka dalam ledakan itu dan sedang menerima perawatan.
Kelompok Taliban, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (9/4/2019), mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu dan menggambarkannya sebagai bom bunuh diri dengan mobil.
Kelompok
itu mengatakan seorang penyerang meledakkan kendaraan bermuatan bahan
peledak di dekat pangkalan militer di provinsi Parwan.
Ini adalah
salah satu serangan paling mematikan baru-baru ini terhadap personel
AS. Pada November, ledakan bom di pinggir jalan menewaskan tiga tentara
AS di dekat kota Ghazni, Afghanistan tengah.
Bulan lalu dua
tentara Amerika juga tewas di Afghanistan saat melakukan operasi.
Kendati demikian, perang di negara tersebut telah mengambil korban yang
jauh lebih besar pada pasukan keamanan Afghanistan dan warga sipil.
Presiden
Ashraf Ghani, saat berbicara di Forum Ekonomi Dunia pada Januari,
mengatakan bahwa sekitar 45.000 pasukan keamanan Afghanistan telah
terbunuh sejak dia menjabat pada September 2014. Menurutnya, rata-rata
korban tewas mencapai 849 orang per bulan.
Saat ini, ada sekitar
14.000 pasukan AS di Afghanistan. Presiden Donald Trump berencana
menarik pasukan Wasington dari negara tersebut, namun jadwal
penarikannya belum pernah disampaikan pada publik.
Taliban menyerang pos keamanan di Afghanistan Timur
CB, GHAZNI
– Sebanyak sembilan polisi Afghanistan meninggal dunia akibat serangan
militan yang menyerbu pos pemeriksaan mereka di Kota Ghazni, Afghanistan
timur. Setelah membantai polisi, militan Taliban melanjutkan serangan
ke seluruh Kota Ghazni.
Dilaporkan dari Channelnewsasia,
juru bicara polisi Ghazni, Ahmad Khan, menceritakan serangan itu
dimulai pada Jumat (30/3) pagi waktu setempat ketika para militan
Taliban menyerang dua pos pemeriksaan yang letaknya berdekatan.
Militan Taliban kemudian menyerang sekelompok polisi yang bergegas ke tempat kejadian dan menewaskan kepala polisi setempat.
Secara keseluruhan, sembilan petugas tewas dan enam lainnya cedera dalam serangan tersebut.
Jumlah korban tersebut dikonfirmasi oleh juru bicara gubernur Ghazi, Arif Noori.
Pada
Agustus lalu, para militan Taliban sempat menguasai Kota Ghazni sebelum
mereka mundur akibat serangan udara Amerika Serikat dan tentara
Afghanistan.
Serangan umat lalu, menyoroti
kerapuhan keamanan Afghanistan yang sedang berlangsung dan risiko yang
dihadapi pasukan keamanan lokal ketika mereka melakukan pemeriksaan.
Presiden Ashraf Ghani pada Januari mengatakan 45 ribu pasukan keamanan telah terbunuh sejak dia menjabat pada September 2014.
Di akun Twitter-nya, Taliban mengklaim telah membunuh 12 "tentara," meskipun kelompok itu sering melebih-lebihkan jumlahnya.
Sementara
itu di Zabul di Afghanistan selatan, Jumat malam, Gul Islam Seyal, juru
bicara gubernur setempat, mengatakan, empat polisi tewas dan dua
lainnya cedera setelah seorang "penyusup Taliban" melepaskan tembakan ke
sebuah pos pemeriksaan.
Serangan itu terjadi ketika
Amerika Serikat berusaha untuk menengahi perjanjian damai dengan
Taliban dan pemerintah Kabul, lebih dari 17 tahun sejak invasi pimpinan
AS yang menggulingkan para pejuang Islam.
Sisa banjir bandang di Afghanistan, Minggu (31/3). (REUTERS/Jalil Ahmad)
Jakarta, CB -- Banjir bandang yang disebabkan oleh hujan lebat di Afghanistan
sejak Sabtu (30/3), dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 35 orang.
Banjir menghanyutkan ribuan rumah, memutus akses ke desa-desa terpencil
di seluruh negara bagian Afghanistan.
Banjir hebat yang dimulai
Jumat pagi menewaskan sedikitnya 12 orang di provinsi utara Faryab dan
10 orang di provinsi barat Herat. Kabar itu disampaikan juru bicara
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (ANDMA) Afghanistan, kata Hashmat
Bahaduri.
Sementara itu, tambahan korban lainnya yakni delapan
orang tewas berada di provinsi Badghis, dan lima orang lainnya provinsi
Balkh di utara, kata Bahaduri kepada AFP, seraya menambahkan bahwa lebih
dari 3.000 rumah telah hancur.
Di Herat, 10 distrik dan beberapa bagian kota Herat terkena dampak.
"Ratusan
rumah telah hancur dan ribuan lainnya mengungsi," kata juru bicara
gubernur, Jailani Farhad, juru bicara gubernur provinsi.
Direktur Bulan Sabit Merah Afghanistan di Herat, Mir Gulabuddin Miri
mengatakan akses ke beberapa daerah telah terputus. Kondisi ini
mempersulit para relawan menjangkau orang-orang yang masih berada di
lokasi bencana.
"Kerusakannya sangat besar. Lebih dari 12 daerah
di provinsi ini dilanda dengan sangat buruk, orang-orang kehilangan
rumah mereka. Kami hanya bisa menyediakan makanan dan selimut sejauh
ini," katanya.
Pekerja bantuan di provinsi utara Faryab dan Balkh
juga telah berjuang untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada
keluarga yang terkena dampak.
"Tetapi skala bencana sangat besar.
Kami membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan," ujar seorang juru
bicara ANDMA di Afghanistan utara kepada AFP.
Upaya
penyelamatan dan pengiriman bantuan setelah bencana seperti longsoran
dan banjir bandang sering terhambat oleh kurangnya peralatan di
Afghanistan. Infrastruktur yang buruk juga menyulitkan pekerja bantuan
untuk mencapai daerah yang terisolasi.
Awal bulan ini, sedikitnya
20 orang tewas oleh banjir bandang yang disebabkan oleh hujan lebat
yang menyapu ribuan rumah dan kendaraan di provinsi Kandahar selatan.
Pul-e-Alam, Afghanistan (CB) - Seorang pemimpin senior Taliban
telah ditahan di Provinsi Logar pada Selasa (26/3), sementara dua orang
lagi ditahan di Provinsi Nangarhar.
Juru Bicara Direktorat Keamanan Logar Shahpoor Ahmadzai mengatakan
kepada Bakhtar News Agency mengatakan Qari Fareed --seorang pemimpin
senior Taliban-- telah ditangkap bersama senjata apinya di Wilayah
Dehdoshanba, Kota Pul-e-Alam, Provinsi Logar.
Menurut Ahmadzai, sebagaimana dilaporkan BNA --yang dipantau Antara di
Jakarta, Rabu malam, Qari Fareed adalah salah seorang pemimpin kenamaan
Taliban dan pembunuh beberapa polisi di provinsi itu.
Sementara itu dua orang lagi telah ditangkap bersama senjata kiriman di Provinsi Nangarhar.
Kedua orang yang ditahan tersebut dicari karena menyelundupkan senjata
ringan dan berat serta peralatan militer ke tempat yang tak diketahui.
Kantor Media Provinsi Nangarhar mengeluarkan pernyataan pers yang
mengatakan orang yang ditahan itu menaruh senjata canggih di satu
kendaraan.
Belum jelas apakah kedua orang yang ditahan tersebut adalah anggota kelompok gerilyawan atas pedagang senjata.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dalam taklimat bersama Kepala Kebijakan Luar Negeri EU Federica Mogherini. (Anadolu)
Kabul, Afghanistan (CB) - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa
(EU) pada Selasa, selama kunjungannya ke Ibu Kota Afghanistan, Kabul,
menyampaikan dukungan penuh organisasi regional itu buat proses
perdamaian milik Afghanistan.
Federica Mogherini bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Arg (Istana Presiden Afghanistan).
Dalam taklimat bersama dengan Ghani, Mogherini mengumumkan EU siap
menjadi penjamin kesepakatan perdamaian di negara yang dicabik perang
tersebut, kata Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di
Jakarta, Selasa malam. Wanita pejabat itu menegaskan kerangka kerja
konstitusional harus ditegakkan untuk mewujudkan perdamaian yang
berkelanjutan.
"Yang pertama dan utama, proses tersebut milik rakyat Afghanistan dan
lembaga Afghanistan dan tak ada langkah mundur ketika sampai pada
demokrasi, susunan lembaga dan terutama hak asasi manusia, ketentuan
hukum dan semua pencapaian yang telah diwujudkan terutama buat perempuan
Afghanistan, buat anak-anak dan kelompok minoritas di negeri ini," kata
Ketua Kebijakan Luar Negeri EU tersebut.
Pada gilirannya, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan
Afghanistan berada di jantung Asia, dan ketakstabilan di Afghanistan
akan memiliki dampak pada seluruh wilayah itu.
"Kestabilan tak bisa diwujudkan dengan intimidasi atau dengan kekuatan
dan senjata yang hanya akan memulai era baru ketakstabilan," demikian
peringatan Presiden Afghanistan tersebut.
Pernyataan itu dikeluarkan saat milisi Taliban dan AS dijadwalkan
melanjutkan pembicaraan pada April di Doha, Qatar. Pemerintah
Afghanistan makin merasa disisihkan di meja perundingan. Taliban tak
bersedia berbicara dengan Pemerintah Afghanistan, sehingga mengakibatkan
kebuntuan.
Saat menyerukan gencatan senjata segera dan dilanjutkannya pembicaraan
perdamaian di negara yang diporakporandakan perang tersebut, Mogherini
mengatakan EU akan selalu memihak rakyat Afghanistan.
Sejumlah polisi membawa seorang korban
penyerangan mortar ke rumah sakit di Kabul, Afghanistan, Kamis
(7/3/2019). Laporan sementara dari otoritas keamanan setempat, kejadian
tersebut telah menyebabkan tiga orang tewas dan 22 orang lainnya
luka-luka. ANTARA FOTO/REUTERS/Omar Sobhani/wsj.
Kabul (CB) - Sepuluh anak yang merupakan bagian dari keluarga
besar terbunuh dalam serangan udara oleh Amerika Serikat di Afghanistan,
bersama tiga orang dewasa warga sipil, Perserikatan Bangsa-bangsa
melaporkan, Senin.
Serangan udara yang berlangsung pada Sabtu dini hari merupakan bagian
dari pertempuran antara Taliban dan pasukan Amerika Serikat dan
Afghanistan, dan berlangsung sekitar 30 jam di Kunduz, suatu provinsi di
Afghanitan Utara tempat Taliban kuat di tempat tersebut.
Anak-anak terpisah dari keluarga mereka akibat pertikaian dimana-mana di
negeri tersebut, menurut Misi Bantuan di Afghanistan (UNAMA), yang
menyiarkan laporan pendahuluan tentang kejadian tersebut.
UNAMA mengatakan dalam suatu taklimat bahwa telah terverifikasi 13 warga
sipil yang menjadi korban di sekitar waktu kejadian serangan udara.
Tiga warga sipil lagi menderita luka. Peristiwa tersebut terjadi di Telawka --yang berada di dekat kota Kunduz.
Sersan Debra Richardson, perempuan juru bicara untuk Misi Dukungan Tegas
di Afghanistan dipimpin NATO, membenarkan bahwa pasukan AS melancarkan
serangan udara, tetapi dia mengatakan pada Senin bahwa misi tersebut
belum mengonfirmasi bahwa serangan itu menyebabkan jatuh korban warga
sipil.
Dia menuturkan bahwa tujuan misi tersebut bertujuan mencegah jatuhnya
korban sipil, sedangkan Taliban dengan sengaja bersembunyi di antara
warga sipil.
Jumlah warga sipil Afghanistan yang terbunuh pada tahun lalu dalam
serangan udara maupun bom bunuh diri telah meningkat, PBB mengatakan
dalam laporan bulan Februari. Korban anak-anak akibat serangan udara
telah meningkat setiap tahun sejak 2014.
Pertempuran meningkat selama perundingan ulang antara AS dan utusan
Taliban untuk tujuan mengakhiri perang Afghanistan yang telah
berlangsung selama 17 tahun.
Ilustrasi: korban tewas di Afghanistan. (ANTARA FOTO/REUTERS/Omar Sobhani/wsj)
Kunduz, Afghanistan (CB) - Serangan-serangan udara Amerika
Serikat di Provinsi Kunduz, Afghanistan Utara, menewaskan lebih dari 10
warga sipil pada Sabtu, kata pejabat-pejabat setempat, sementara
pertempuran sengit berkecamuk di sana dan di Provinsi Helmand, di bagian
selatan negara itu.
Serangan-serangan udara itu menewaskan 13 warga sipil, kata Safiullah
Amiri, anggota Dewan Provinsi Kunduz. Di antara para korban terdapat
beberapa anak-anak, kata Amruddin, anggota dewan lainnya, yang menyebut
jumlah warga sipil yang tewas 12 orang.
Jenazah korban dibawa ke kota Kunduz di belakang truk sebagai protes oleh puluhan warga sipil terhadap kematian tersebut.
Kematian warga sipil terjadi ketika pasukan pemerintah Afghanistan dan
Taliban mengklaim mengalami kerugian besar di masing-masing pihak di
Kunduz dan Helmand, dua benteng Taliban.
Sersan Debra Richardson, wanita juru bicara bagi misi "Resolute Support"
--yang dipimpin NATO di Afghanistan, mengatakan pihaknya mengetahui
laporan-laporan tentang korban sipil, dengan menambahkan bahwa misi itu
meninjau kembali semua tuduhan yang kredibel.
"Kami ambil tiap langkah untuk mencegah jatuhnya korban di kalangan
warga sipil, berbeda dari Taliban yang sengaja bersembunyi di belakang
kaum wanita dan anak-anak," kata dia dalam satu pernyataan.
Resolute Support, yang beranggotakan tentara dari 39 negara, melatih, memberi nasehat dan membantu pasukan keamanan Afghanistan.
Richardson mengatakan pasukan gabungan Afghanistan dan AS bertempur
melawan Taliban sekitar 30 jam sejak Jumat hingga Sabtu dekat kota
Kunduz. Dalam pertempuran Taliban bergerak masuk dan keluar rumah warga
sipil.
Setelah membunuh 94 petempur Taliban, sejumlah serdadu AS dan
Afghanistan mengendarai satu kendaraan ke tempat pemriksaan, tempat dia
mengatakan mereka di serang dari jarak dekat, kemudian diikuti oleh
petempur Taliban dari sisi tempat pemeriksaan yang menembaki mereka.
Serangan udara kemudian dilancarkan atas kompleks Taliban, salah satu di antara sekian kompleks hari itu, ujarnya.
Menurut satu sumber senior militer Afghanistan, empat prajurit Afghanistan gugur dalam pertempuran itu.
Taliban menyatakan pihaknya telah membunuh 19 anggota pasukan Afghanistan dan lima dari pasukan asing di Kunduz.
Dua ledakan terjadi di suatu perayaan di
Laskhar Gah, di bagian selatan Afghanistan, pada Sabtu, mencederai
gubernur Provinsi Helmand, kata perwira keamanan..
Lashkar Gah, Afghanistan (CB)
- Dua ledakan terjadi di suatu perayaan di Laskhar Gah, di bagian
selatan Afghanistan, pada Sabtu, mencederai gubernur Provinsi Helmand,
kata perwira keamanan.
Ledakan-ledakan tersebut terjadi saat warga masyarakat merayakan Hari Petani.
Gubernur Helmand Mohammad Yasin Khan jatuh dan terluka akibat
ledakan-ledakan itu sebelum ia dengan cepat dibawa keluar dari tempat
acara, kata seorang saksi mata Reuters.
Para pekerja darurat tiba untuk membantu merawat sedikitnya 15 orang
yang terluka. Penyebab ledakan tersebut sejauh ini belum jelas tetapi
tampaknya disebabkan oleh bahan peledak yang ditanam.
Tidak segera jelas apakah ada orang yang tewas.
Helmand merupakan salah satu provinsi di Afghanistan, tempat para
pemberontak memiliki kendali dan pengaruh besar. Lashkar Gah adalah ibu
kota provinsi itu.
KABUL
- Dua tentara Amerika Serikat (AS) tewas di Afghanistan pada Jumat
(22/3/2019) ketika melakukan operasi. Demikian pernyataan yang
dikeluarkan misi dukungan NATO dalam sebuah pernyataan.
Namun
pernyataan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut dan merahasiakan
identitas tentara yang tewas sampai keluarga terdekat diberitahu seperti
dilansir dari Reuters.
Misi militer AS di Afghanistan
difokuskan pada membimbing dan membantu pasukan Afghanistan melawan
Taliban, yang digulingkan dari kekuasaan pada tahun 2001.
Kekerasan
telah tiada henti di Afghanistan meskipun gerilyawan Taliban telah
mengadakan beberapa putaran pembicaraan dengan para pejabat AS tentang
penyelesaian damai. Pembicaraan terakhir berakhir bulan ini dengan kedua
belah pihak mengutip kemajuan, tetapi tidak ada kesepakatan untuk
mengakhiri perang selama 17 tahun.
Misi Dukungan NATO sendiri
terdiri dari 17.000 tentara di mana sekitar setengahnya berasal dari AS.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump berkeinginan untuk menarik pasukan AS
dari Afghanistan. Trump berencana untuk menarik lebih dari 5.000
tentara AS dari Afghanistan
Dokumentasi ledakan di dekat Gedung Parlemen Afghanistan, di Kabul, Senin (22/6/15). (REUTERS/Mohammad Ismail)
Kabul (CB) - Enam orang tewas dan hampir 30 orang lagi cedera
ketika beberapa ledakan mengguncang Ibu Kota Afghanistan, Kabul, Kamis,
kata Kementerian Kesehatan negeri itu.
Baseer Mujahed, Juru Bicara bagi Polisi Nasional Afghanistan di Kabul,
mengatakan kepada Kantor Berita Turki, Anadolu, ledakan bom rakitan
(IED) menggunakan Permukiman Karta-e-Sakhi di Kabul Barat, selama
perayaan Nevruz, yang menandai awal musim semi.
Sebelumnya, Mujahed telah mengatakan dua orang tewas dan lebih dari
selusin lagi cedera dalam ledakan itu. Namun, Kementerian Kesehatan
Masyarakat belakangan mengubah jumlah korban jiwa jadi enam dan cedera
jadi 29.
Belum ada klaim pertanggung-jawaban dalam serangan tersebut. Lembaga
lokal Tolo News melaporkan bahan peledak rakitan pinggir jalan dan bom
mortir digunakan dalam serangan itu.
WASHINGTON
- Dewan Keamanan (DK) PBB dilaporkan telah menyetujui dengan suara
bulat sebuah resolusi perpanjangan mandat Misi PBB ke Afghanistan atau
UNAMA. Resolusi itu diajukan oleh Indonesia dan Jerman.
“Ini
adalah Resolusi pertama dari Indonesia yang berhasil disahkan oleh DK
PBB sejak keanggotaan Indonesia pada DK PBB sejak Januari 2019," kata
Duta Besar Indonesia untuk PBB, Dian Triansyah Djani seperti dikutip
Sindonews dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Minggu
(17/3).
Pria yang kerap disapa Trian itu kemudian mengatakan,
resolusi ini penting, karena memberikan mandat kepada badan PBB untuk
lanjutkan berbagai kegiatan yang mendukung Afghanistan, guna mencapai
kemajuan dalam proses perdamaian yang sedang berlangsung, termasuk
pembangunan yang menjadi prioritas Pemerintah Afghanistan.
"Kesatuan
dari DK PBB penting untuk memberikan sinyal kepada Afghanistan bahwa
komunitas internasional dukung Afghanistan secara penuh," ungkapnya.
Resolusi
itu berisikan peran PBB untuk mendukung perdamaian dan stabilitas di
Afghanistan, serta komitmen DK PBB akan kedaulatan, kemerdekaan,
integritas wilayah dan kesatuan dari Afghanistan. Resolusi juga
memberikan dukungan kepada Pemerintah Afghanistan untuk membangun
negaranya dan memperkuat demokrasi.
Sentralitas
dan proses politik yang komprehensif, inklusif bersifat Afghan-led dan
Afghan-owned dan menjadikan Afghanistan sebagai platform untuk kerjasama
internasional, juga telah digarisbawahi pada resolusi.
Perpanjangan
mandat UNAMA penting untuk koordinasi berbagai bantuan internasional
termasuk memberikan dukungan yang diperlukan dalam persiapan Pemilu
Presiden tahun 2019 di Afghanistan.
Taliban merayakan gencatan senjata di
Distrik Ghanikhel di Provinsi Nangarhar, Afghanistan. Gambar diambil
pada 16 Juni, 2018. (REUTERS/Parwiz)
Kabul (CB) - Sedikitnya 50 anggota pasukan keamanan Afghanistan
telah menyerah ke Taliban dalam pertempuran untuk menguasai Provinsi
Badghis di bagian barat negara itu, peristiwa yang telah merenggut cukup
banyak korban, kata para pejabat.
Pertempuran di Afghanistan telah meningkat bahkan ketika para pejabat
Taliban dan Amerika Serikat menyelesaikan babak paling terbaru dari
perundingan perdamaian pada Selasa, yang disebutkan kedua pihak
mengalami kemajuan.
Kekerasan di Afghanistan biasanya menunjukkan peningkatan pada musim semi.
Sebanyak 100 personel Afganistan yang merupakan bagian dari kepolisian
perbatasan di bawah Kementerian Dalam Negeri berusaha meninggalkan
pos-pos mereka ke negara tetangga Turkmenistan pada Sabtu, tetapi mereka
dicegah masuk ke negara itu, kata Abdul Aziz Bik, ketua dewan Provinsi
Baghdis, pada Ahad.
Sekitar 50 personel polisi perbatasan Afghanistan menyerah, sisanya lagi
terus bertempur di distrik Bala Murghab, katanya. Bala Murghab
merupakan distrik yang sangat padat di provinsi itu.
"Para tentara ini telah bertempur melawan Talban selama bertahun-tahun
dan jika mereka menyerah, mereka akan dibunuh oleh Taliban," kata Bik
Distrik itu berisiko jatuh ke ke tangan Taliban jika pasukan Afghanistan
tidak memperoleh tambahan kekuatan di darat dan udara, kata Abdullah
Afzali, anggota dewan itu pada Sabtu.
Taliban menyatakan 90 personel polisi perbatasan telah menyerah kepada
kelompok militan itu yang mengunggah foto-foto mereka yang ditangkap
Taliban dan menambahkan pihaknya telah membunuh banyak lagi.
Jamshid Shahabi, juru bicara gubernur Badghis, mengatakan Taliban telah
menggelembungkan perkiraan jumlah anggota pasukan yang ditangkap.
Sejauh ini belum jelas berapa banyak personel polisi Afghanistan dan
anggota Taliban yang terbunuh atau terluka dalam pertempuran untuk
menguasai distrik itu.
Tetapi Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mencuit bahwa
serangan-serangan di Bala Murghab telah menimbulkan banyak korban.
Dikatakan, pihaknya telah memfasilitasi penyerahan 20 jasad tentara ke
Korps Tentara Nasional Afghanistan.
Dalam cuitannya di Twitter, Kementerian Pertahanan Afghanistan
mengatakan pasukannya telah membunuh 12 anggota Taliban di Bala Murghab,
sebagai bagian dari operasi di seluruh 10 provinsi selama 24 jam
sebelumnya. Seorang jubir kementerian itu tidak dapat dihubungi untuk
dimintai komentar.
Distrik Bala Murghab telah menjadi medan tempur dalam beberapa bulan
belakangan. Taliban membunuh 20 serdadu Afghanistan dan menangkap 20
lagi kurang dari sepekan lalu.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan
Menteri Luar Negeri Afghanistan Salahuddin Rabbani dalam joint press
statement, usai melakukan pertemuan bilateral, di Gedung Pancasila,
Kementerian Luar Negeri RI, di Jakarta, Jumat (15/3/2019). (ANTARA/Yuni
Arisandy)
Jakarta (CB) - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno
Marsudi dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Afghanistan
Salahuddin Rabbani kembali menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia siap
berkontribusi dalam proses dan upaya mewujudkan perdamaian di
Afghanistan.
"Dalam pertemuan tadi, Indonesia kembali menegaskan komitmen dan
dukungan penuh bagi perdamaian Afghanistan. Kami membahas berbagai
kemajuan dalam proses penciptaan perdamaian. Indonesia siap
berkontribusi dalam proses perdamaian di Afghanistan," kata Menteri Luar
Negeri Retno Marsudi, di Jakarta, Jumat.
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu RI usai melakukan pertemuan
bilateral dengan Menlu Afghanistan di Gedung Pancasila, Kementerian Luar
Negeri RI.
Menurut Menlu Retno, berdasarkan perspektif Pemerintah RI, Indonesia
dapat berkontribusi dalam tiga hal untuk proses perdamaian di
Afghanistan, yaitu dalam proses membangun rasa saling percaya (trust
building), upaya pembangunan perdamaian (peace building), dan menggalang
dukungan di fora internasional.
"Pertama, 'trust building' merupakan elemen penting dalam tiap proses
perdamaian. Tahun lalu Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan trilateral
ulama Indonesia-Pakistan-Afghanistan. Indonesia siap memfasilitasi
berbagai kegiatan 'trust building' untuk perdamaian Afghanistan," ujar
Menlu Retno.
Kedua, untuk proses pembangunan perdamaian dan "state building",
Indonesia menawarkan bantuan pembangunan kapasitas dan beasiswa kepada
pemerintah dan warga Afghanistan.
"Indonesia menawarkan 100 beasiswa di bidang minyak, gas, dan
pertambangan. Indonesia juga memberikan pelatihan untuk para diplomat
Afghanistan serta pelatihan untuk prosedur ekspor impor," ujar Menlu
Retno.
Selain itu, Pemerintah Indonesia siap berbagi pengalaman dan praktik
terbaik tentang penyelenggaraan pemilu kepada Afghanistan yang akan
menyelenggarakan pemilihan umum dalam waktu dekat.
"Isu tentang perempuan juga sangat penting, maka salah satu program
pembangunan kapasitas yang diberikan adalah terkait isu pemberdayaan
perempuan," kata Menlu RI itu pula.
Saat ini, Pemerintah Indonesia juga berupaya untuk menyelesaikan
pembangunan Indonesia Islamic Center (IIC) di Kabul, dan juga memulai
pembangunan klinik kesehatan di dalam IIC.
Ketiga, pemerintah Indonesia dapat berkontribusi dalam proses perdamaian
di Afghanistan dengan menggalang dukungan dari berbagai fora
internasional.
"Di fora internasional, termasuk PBB, Indonesia terus menggalang
dukungan bagi proses perdamaian Afghanistan. Indonesia bersama Jerman
sedang merumuskan resolusi untuk perpanjangan misi UNAMA (Misi Bantuan
PBB di Afghanistan)," ujar Menlu Retno.
"Indonesia juga terus mendorong PBB untuk mendukung proses perdamaian dan stabilitas di Afghanistan," katanya pula.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi
melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Afghanistan
Salahuddin Rabbani, di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI, di
Jakarta, Jumat (15/3/2019). (ANTARA/Yuni Arisandy)
Jakarta (CB) - Pemerintah Republik Indonesia meminta dukungan
dari Afghanistan untuk pencalonan Indonesia sebagai anggota Dewan Hak
Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM PBB) periode 2020-2022.
Permintaan dukungan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno
Marsudi dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Afghanistan
Salahuddin Rabbani, di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, di
Jakarta, Jumat.
"Indonesia meminta dukungan bagi pencalonan untuk keanggotaan di Dewan
HAM PBB periode 2020-2022 pemilihannya akan berlangsung pada Oktober
2019 di New York," ujar Menlu Retno.
Menlu RI sebelumnya pada bulan lalu telah meluncurkan kampanye
pencalonan Indonesia sebagai anggota Dewan HAM PBB periode 2020-2022 di
Markas PBB di Jenewa, Swiss.
Menlu Retno pada pertemuan Tingkat Tinggi Sidang Dewan HAM PBB Sesi
ke-40, juga menyampaikan komitmen Indonesia sebagai mitra terpercaya
bagi demokrasi, pembangunan, dan keadilan sosial.
Indonesia merupakan salah satu anggota pendiri Dewan HAM PBB, dan
sebelumnya telah empat kali menjadi anggota Dewan HAM untuk periode
2006-2007, 2007-2010, 2012-2014 dan 2015-2017.
Dalam pencalonan kali ini, terdapat lima kandidat dari kelompok Asia
Pasifik, yaitu Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Marshall Island, dan
Iran yang akan memperebutkan empat kursi.
Dewan HAM memiliki 47 anggota yang dipilih oleh Majelis Umum PBB dan bersidang sedikitnya tiga kali dalam setahun.
Kabul (CB) - Satu buku biografi mantan pemimpin Taliban, yang
bermata satu, Mullah Omar, menyebutkan ia tinggal di dekat satu
pangkalan AS selama bertahun-tahun, bukan di Pakistan seperti yang telah
dikatakan para pejabat Amerika.
Buku itu mengungkapkan kegagalan Barat untuk melacak dia. Tapi
seorang juru bicara presiden Afghanistan menggambarkan pernyataan
tersebut sebagai "khayalan".
Di dalam bukunya, "Op Noek Naar De Vijand (Mencari Seorang Musuh)",
wartawati Belanda Bette Dam mengatakan Mullah Omar tak pernah tinggal di
negara tetangga Afghanistan, Pakistan.
Milisi Taliban, yang dipimpin Mullah Omar, menguasai Afghanistan dari
1996 sampai 2001, dan telah melancarkan perlawanan anti-pemerintah sejak
itu.
Mullah Omar, yang melimpahkan kemimpinan Taliban sejak 2001, tampaknya
telah bertindak lebih sebagai pemimpin spiritual, kata buku tersebut,
sebagaimana dilaporkan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis
malam. Dan gerakan garis keras itu merahasiakan kematiannya pada 2013
selama dua tahun.
Ia dicari di Amerika Serikat karena menyediakan tempat bersembunyi buat
pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang disebut-sebut menjadi otak
serangan 11/9 di Amerika Serikat dan bersembunyi di Pakistan. Washington
telah menjanjikan imbalan 10 juta dolar AS untuk pemberi keterangan
mengenai keberadaan Osama.
Pasukan AS bahkan menggeledah tempat tinggalnya dalam satu kejadian,
tapi gagal menemukan tempat persembunyian Omar, kata Dam kepada Reuters.
"Buku tersebut menggaris-bawahi kegagalan dinas intelijen Barat pada
saat para pejabat AS dan Taliban mengadakan pembicaraan perdamaian guna
mengakhiri perang 17-tahun di Afghanistan," kata wartawati itu.
Kedutaan besar AS di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, belum menanggapi
permintaan untuk memberi komentar. Amerika Serikat telah menghentikan
Dana Dukungan Koalisi buat Pakiatan akibat "kegagalannya" untuk
melakukan tindakan tegas terhadap anggota Taliban Afghanistan yang
beroperasi dari wilayah Pakistan.
Haroon Chakhansuri, Juru Bicara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani,
"dengan tegas membantah" buku tersebut dan mengatakan itu adalah
"pernyataan khayalan" bahwa Omar berada di Afghanistan.
"Kami memiliki cukup bukti yang memperlihatkan ia (Omar) menetap dan
meninggal di Pakistan ...," kata Chakhansuri di akun Twitter.
Amrullah Saleh, mantan kepala dinas intelijen Afghanistan dan calon dalam pemilihan presiden mendatang, juga menolak buku itu.
"Apa yang disebut laporan investigasi dan menyatakan Mullah Omar tinggal
dan meninggal di Afghanistan tak lebih dari sepotong propaganda
manipulatif," katanya di akun Twitter.
Pada Juli 2015, Taliban secara resmi mengkonfirmasi Mullah Omar telah meninggal dua tahun sebelumnya.
Putra paling tua Mullah Omar, Mohammad Yaqoob, mengatakan di dalam
rekaman audio pada September 2015 bahwa ayahnya telah menderita
hepatitis C dan meninggal di Afghanistan.
Dam sebelumnya telah menerbitkan buku mengenai Afghanistan dan menjadi
pengajar tamu mengenai Afghanistan di Sciences Po di Paris.
KABUL
- Pasukan Amerika Serikat (AS) melancarkan dua serangan udara
"mempertahankan diri" di dekat titik pemeriksaan Tentara Nasional
Afghanistan di provinsi Uruzgan pada hari Rabu. Demikian pernyataan juru
bicara koalisi.
Pemerintah Afghanistan mengeluarkan pernyataan
yang mengatakan bahwa lima tentara Afghanistan tewas dan 10 lainnya
luka-luka dalam serangan itu - jumlah yang diterima koalisi, kata
seorang pejabat.
Para pejabat AS dan koalisi mengatakan bahwa
serangan itu diluncurkan pada Rabu pagi waktu setempat setelah konvoi
AS-Afghanistan dihujani tembakan oleh pasukan bersahabat yang
ditempatkan di dekat titik pemeriksaan. Tidak ada pasukan AS yang
terbunuh dalam insiden itu.
"AS
melancarkan serangan udara presisi di dekat titik pemeriksaan Tentara
Nasional Afghanistan pada hari Rabu setelah pasukan Afghanistan dan AS
dihujani tembakan dan meminta dukungan udara," menurut Letnan Ubon
Mendie, juru bicara pasukan AS yang berbasis di Afghanistan seperti
dikutip dari CNN, Kamis (14/3/2019).
"Serangan itu
dilakukan setelah pasukan Afghanistan dan AS dihujani senjata granat dan
roket kecil yang efektif dan mendorong dukungan udara untuk pertahanan
diri," katanya dalam sebuah pernyataan kepada CNN.
Konvoi itu
mencoba mengomunikasikan bahwa itu adalah kelompok yang bersahabat
ketika mendekati titik pemeriksaan tetapi tidak mampu menjelaskan
situasinya, kata para pejabat AS dan koalisi.
Pasukan
reaksi cepat Afghanistan pada awalnya dipanggil untuk membantu tetapi
aksi penembakan terus berlanjut. Pada akhirnya, pasukan AS menyerukan
serangan udara yang menargetkan daerah dekat titik pemeriksaan tempat
mereka percaya penembakan berasal.
"Kami beroperasi di lingkungan
yang kompleks di mana pejuang musuh tidak mengenakan seragam dan
menggunakan kendaraan militer curian untuk menyerang pasukan
pemerintah," kata Mendie.
Sementara insiden itu saat ini sedang
diselidiki, seorang pejabat koalisi mengatakan teori awal pada saat ini
adalah bahwa tentara Afghanistan tidak menyadari bahwa mereka menembaki
konvoi yang bersahabat.