Senjata anti-satelit India dikritik untuk alat politik.
CB,
NEW DELHI -- Pemimpin oposisi India, Mamata Banarjee mengkritik uji
coba senjata anti-satelit yang diumumkan oleh Perdana Menteri Narendra
Modi. Banarjee menilai, uji coba senjata anti-satelit tersebut
dimanfaatkan sebagai alat politik menjelang pemilihan umum (pemilu).
"Pengumuman hari ini adalah sebuah drama dan publisitas oleh Modi
yang berharap bisa mendapatkan keuntungan politik saat pemilu," ujar
Banarjee, Rabu (27/3).
Banarjee mengatakan, hal tersebut
merupakan pelanggaran berat terhadap kode etik pemilu. Selanjutnya,
Banarjee akan mengadukan keluhan ini kepada Komisi Pemilihan Umum India.
"Kami akan mengajukan keluhan ini kepada Komisi Pemilihan Umum," ujar Banarjee.
Juru
bicara Komisi Pemilihan Umum India tidak menanggapi komentar atas
pernyataan Banarjee maupun uji coba senjata anti-satelit tersebut.
Pemilu India akan dilangsungkan pada 11 April 2019 mendatang.
India
telah menembak sebuah satelit di luar angkasa dengan rudal
anti-satelit. Hal itu merupakan terobosan besar dalam program luar
angkasa India.
Perdana
Menteri India Narendra Modi mengumumkan penembakan satelit tersebut
melalui siaran televisi. Dalam pidatonya, Modi mengatakan, India akan
menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit setelah
Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Cina.
"Beberapa waktu lalu
para ilmuwan kami telah menembak satelit sejauh 300 kilometer di luar
angkasa, di orbit rendah bumi. India telah membuat prestasi luar biasa
hari ini, India mendaftarkan namanya sebagai kekuatan luar angkasa,"
ujar Modi.
India telah memiliki program luar angkasa selama
bertahun-tahun. Seorang pakar keamanan di Pusat Kebijakan Riset New
Delhi, Brahma Chellaney mengatakan, AS, Rusia, dan Cina sedang
berlomba-lomba membuat senjata anti-satelit (ASAT).
"Ruang
angkasa sedang diubah menjadi medan pertempuran, dalam hal ini
keberhasilan India dengan senjata ASAT merupakan hal penting," kata
Chellaney.
Seorang pakar dari Institute for Defence Studies
and Analyses, Ajay Lele mengatakan, India didorong untuk membuat
program anti-satelit yang diuji oleh Cina. Sebelumnya, para ilmuwan
pertahanan India telah meminta persetujuan politik untuk melakukan uji
coba secara langsung. Namun, pemerintah berkali-kali menentangnya karena
khawatir terhadap kecaman internasional.
Lele mengatakan,
India kemungkinan besar telah menghancurkan satelitnya sendiri dalam
rangkaian uji coba yang dilakukan selama tiga menit. Menurutnya, India
menggunakan rudah yang tidak memiliki hulu ledak.
"India
telah menggunakan rudal yang tidak memiliki hulu ledak, sehingga hanya
ada strip logam di atas rudal atau bagian logam dan rudal menembakkan
logam itu ke ruang angkasa, dan energi kinetik yang dihasilkan
menciptakan dampak lebih lanjut," ujar Lele.