Tarrant meneceritakan perjalanannya dan pandangannya melalui manifesto.
CB,
ISTANBUL -- Pihak berwenang di Eropa bekerja memastikan terdakwa
penembakan masjid di Selandia Baru memiliki hubungan dengan kelompok
sayap kanan di benua Eropa. Sejak Jumat, para pejabat di Turki,
Bulgaria, dan Yunani telah memulai penyelidikan formal terhadap dugaan
perjalanan pelaku ke Eropa pada tahun-tahun sebelum ia pindah ke
Selandia Baru.
Brenton Harrison Tarrant, warga Australia berusia 28 tahun, tampaknya
telah melakukan perjalanan ke seluruh Eropa, Timur Tengah, dan Asia,
termasuk ke Turki, Prancis, Pakistan, Bulgaria, Hungaria, dan Korea
Utara, seperti dilansir di
The Guardian, Selasa (19/3).
Manifesto yang diterbitkan
online
pada menit sebelum dugaan serangan Tarrant terhadap dua masjid di
Christchurch mengklaim saat bepergian melalui Eropa barat pada 2017
pandangannya tentang imigrasi berubah secara dramatis. Tarrant menulis
saat melakukan perjalanan melalui Prancis, Portugal, dan Spanyol dia
merasa ngeri dengan pembunuhan Ebba Åkerlund, seorang gadis berusia 11
tahun. Gadis tersebut tewas ketika seorang pria Uzbek, Rakhmat Akilov,
melajukan truknya ke sekelompok pejalan kaki di Stockholm pada April
2017.
Dua dari senapan yang digunakan dalam penembakan
Christchurch memiliki referensi ke Åkerlund yang tertulis di sana, di
antara pesan-pesan lainnya. Manifes itu juga merujuk pemilihan Prancis
2017, mengatakan ia putus asa pada kekalahan pemimpin Front Nasional
sayap kanan, Marine Le Pen.
Manifes itu memberi kesan
sangat sedih tentang imigrasi di Prancis. Dia menulis dia merasa marah
dan putus asa bahwa orang-orang Prancis sering menjadi minoritas
sendiri. Tarrant tidak berada di radar badan-badan intelijen di
Australia atau Selandia Baru, para ahli percaya kemungkinan ia telah
dipengaruhi gerakan identitas sayap kanan.
Dibentuk di
Prancis pada 2016, gerakan ini menampilkan kiasan umum tentang apa yang
diklaim penganutnya sebagai pengganti budaya Eropa dengan yang bukan
Eropa, banyak di antaranya digemakan dalam dokumen tersebut, berjudul
"Penggantian Agung".
Ahli kontra-terorisme Greg Barton,
dari Deakin University di Melbourne, mengatakan tampaknya Tarrant
berbagi sejumlah gagasan dengan gerakan itu. "Ini hanya spekulasi saja,
tetapi akan masuk akal dalam konteks itu ia telah mengambil ide-ide
tersebut saat bepergian di Eropa pada waktu itu," katanya kepada
Guardian.
Manifesto
itu juga menyatakan keprihatinan terhadap lingkungan, sesuatu yang
dikatakan Barton adalah prinsip "gerakan dominion", sebuah kelompok yang
ia gambarkan sebagai manifestasi Selandia Baru dari identitas Eropa.
Gerakan itu menutup situsnya setelah penembakan Jumat, dan mengeluarkan
pernyataan yang mengatakan dengan tegas mengutuk peristiwa di
Christchurch.
"Baik gerakan kami maupun anggotanya tidak
pernah memiliki komunikasi atau hubungan dengan pelaku," kata kelompok
itu dalam sebuah catatan di halaman tertutup. Situsnya sebelumnya
menyatakan Eropa adalah orang-orang yang menentukan bangsa ini.
Pejabat
Yunani mengatakan Tarrant telah mengunjungi Yunani secara singkat pada
2016. Sebuah pernyataan dari kementerian perlindungan warga mengatakan
ia terbang dari kota Istanbul Turki pada 20 Maret dan tinggal beberapa
hari di pulau Kreta dan Santorini.
Tarrant juga memiliki
dua pemberhentian di bandara Yunani pada November dan Desember tahun
itu. Seorang sumber kepolisian Yunani mengatakan penyelidikan atas
pergerakan Tarrant masih berlanjut.
Dia juga melakukan dua
perjalanan ke Turki pada 2016 untuk total 43 hari. Dia mengunjungi
negara itu dari 17-20 Maret dan tiba kembali pada 13 September sebelum
pergi pada 25 Oktober. Pejabat Turki yang mengatakan pihak berwenang
saat ini sedang menyelidiki gerakan dan kontak teroris itu di dalam
negara.
Manifes itu memuat banyak referensi eksplisit ke
kekaisaran Ottoman, Turki dan presidennya, Recep Tayyip Erdoğan, yang
menyatakan umat Islam harus diusir dari bagian Turki yang terletak di
barat dari pembagian benua antara Eropa dan Asia.
Menurut
kepala jaksa Bulgaria, Sotir Tsatsarov, Tarrant mengunjungi Bulgariafrom
9-15 November tahun lalu, mengklaim ia ingin mengunjungi situs
bersejarah dan mempelajari sejarah negara Balkan. Tsatarov mengatakan
negara itu akan menyelidiki apakah alasan ini benar atau jika ia
memiliki tujuan lain.
Penyelidik mengatakan Tarrant tiba di
Sofia dari Dubai pada 9 November dan menyewa mobil pada hari berikutnya
untuk mengunjungi situs bersejarah di 10 lokasi. "Dia berangkat pada 15
November dengan penerbangan menuju ibukota Romania, Bucharest, di mana
dia menyewa mobil untuk bepergian ke Hungaria," kata Tsatsarov.
Warga
Australia ini juga melakukan perjalanan dengan bus melintasi Serbia,
Kroasia, Montenegro, dan Bosnia-Herzegovina dari 28-30 Desember 2016.
Dalam siaran langsung serangan pada Jumat, sebuah lagu nasionalis Serbia
dapat terdengar diputar melalui pelantang suara mobilnya.
Menurut
laporan radio, Tarrant juga mengunjungi Spanyol tahun lalu. Jaringan
Cadena Ser mengatakan dia menghabiskan satu malam di sebuah hotel di
selatan kota Jerez pada Februari 2018.