Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Kamis, 15 September 2016
Taktik Gagal Napoleon Bonaparte Renggut 400.000 Nyawa
Kekalahan memalukan Napoleon Bonaparte di Rusia (Wikipedia)
CB, Jakarta
Napoleon Bonaparte adalah ahli strategi perang terbaik sepanjang
sejarah. Ia menjadi panutan para jenderal dan panglima di zona
pertempuran, bahkan hingga ratusan tahun kemudian.
Karier militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas
kerusuhan yang dimotori kaum pendukung royalis atau kerajaan dengan cara
yang sangat mengejutkan: menembakkan meriam di kota Paris dari atas
menara. Peristiwa itu terjadi tahun 1795 saat Napoleon berusia 26 tahun.
Kemudian ia berhasil membawa kemenangan gilang gemilang Prancis atas
Austria dan Prusia, bahkan nyaris menguasai seluruh daratan Eropa,
dengan jalan mengobarkan perang maupun diplomasi.
Namun, sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Pria
Korsika itu melakukan setidaknya dua kesalahan fatal. Salah satunya
ketika ia menggiring pasukannya, Grande Armée menyeberangi Sungai Niemen
ke Rusia.
Invasi yang diharapkan berakhir dengan kemenangan besar itu justru berubah jadi malapetaka.
Hari
itu, 14 September 1812, pasukan Kaisar Prancis itu memasuki Moskow.
Hanya sedikit dari 275 ribu warganya yang masih ada, tak ada satupun
tentara Rusia yang tertinggal. Nyaris kosong melompong.
Kondisi
tersebut jelas di luar dugaan. Napoleon menginvasi Rusia dengan maksud
memaksa Tsar Alexander I tetap mengikuti sistem kontinental yang
diterapkannya dan memperkecil kemungkinan ancaman Rusia yang akan
menginvasi Polandia.
Namun, Alexander I menolak, sebab sistem itu bakal menghancurkan perekonomian Rusia.
Napoleon Bonaparte (Wikipedia) Sebelumnya, pada 24 Juni 1812, Napoleon memerintahkan Grande
Armée, kekuatan militer terbesar di Eropa pada masanya, untuk menyerbu
Rusia.
Pasukan itu terdiri atas lebih dari 500 ribu serdadu. Tak
hanya dari Prancis tapi dari Prusia, Australia, dan negara lainnya yang
berada di bawah kekuasaan Napoleon.
Rekam jejak keberhasilan
militer pria yang lahir pada 1769 itu terletak pada memobilisasi
pasukannya dengan cepat dan menyerang seketika. Namun, itu ternyata tak
mempan di Rusia.
Padahal Moskow adalah target invasi Prancis kala itu, setelah Rusia
kalah dalam Pertempuran Borodino. Napoleon mengira, dengan merebut kota
itu, Alexander I akan dipaksa takluk.
Namun nyaris tak ada
apapun di kota itu. Para pejabat tsar kabur, tak ada persediaan bahan
pangan untuk disantap pasukan yang lelah setelah menempuh perjalanan
jauh. Sang panglima besar pun menempati sebuah rumah di luar Moskow.
Rusia ternyata menerapkan strategi membumihanguskan kota sambil mundur teratur
Dua
jam setelah tengah malam, kebakaran melanda Moskow. Napoleon segera
menuju Istana Kremlin, di mana pria itu menyaksikan api yang terus
berkobar dan membesar.
Laporan-laporan aneh bermunculan, yang
mengatakan para patriot Rusia menyulut api. Tiba-tiba kebakaran terjadi
di Kremlin, diduga dilakukan oleh polisi militer Rusia yang segera
dieksekusi setelah tertangkap.
Dengan kebakaran yang kian hebat,
Napoleon dan para pengikutnya dipaksa melarikan diri ke pinggiran
Moskow. Mereka nyaris tewas tercekik asap. Tiga hari kemudian, api
padam, dua pertiga kota binasa, tinggal abu dan debu gosong.
Buntut dari bencana itu, Napoleon masih berharap Alexander akan menawarkan perdamaian
"Saudaraku
yang terhormat. Moskow yang indah dan magis tak bersisa lagi. Bagaimana
bisa Anda mengirim kota terindah di dunia itu menuju ke kehancuran,
sebuah kota yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk membangunnya?,"
tulis Napoleon dalam surat untuk Tsar Alexander, seperti dikutip dari
situs History, Selasa (13/9/2016).
Api diduga dikobarkan atas perintah Gubernur Jenderal Moskow, Feodor Rostopchin -- meski yang bersangkutan menolak tuduhan itu.
Siapapun
yang melakukannya, Alexander mengatakan, bumi hangus atas Moskow justru
telah 'menerangi jiwanya'. Ia tak sudi bernegosiasi dengan Napoleon. Kekalahan Telak
Sebulan penuh menunggu penyerahan kekuasaan Rusia dalam kesia-siaan, Napoleon terpaksa balik kanan. Ia memimpin pasukannya yang lapar dan lelah bertolak dari Moskow yang tinggal puing.
Tak
disangka, tentara pimpinan Komandan Rusia, Jenderal Mikhail Kutuzov
muncul dan mengobarkan pertempuran pada 19 Oktober 1812 di
Maloyaroslavets.
Grande Armée yang kocar-kacir akhirnya mundur
dari lokasi yang subur di wilayah selatan. Saat manuver mundur itulah,
tentara Napoleon terus-terusan menderita akibat gempuran pasukan Rusia
yang tanpa ampun.
Tak berdaya akibat kelaparan, suhu beku di
bawah nol derajat Celcius, dan tombak mematikan Cossack, pasukan
Napoleon mencapai Sungai Berezina akhir bulan November, dekat perbatasan
dengan Prancis yang diduduki Lithuania.
Namun, sungai yang
awalnya beku tiba-tiba mencair, air deras menggelegak, sementara pihak
Rusia telah menghancurkan jembatan di Borisov.
Para insinyur
Napoleon kemudian masih sempat membangun dua jembatan penyeberangan di
Studienka. Namun, desakan Rusia memaksa pihak Prancis membakar
infrastruktur penghubung itu meninggalkan 10 ribu serdadu yang terjebak
di sisi lainnya.
Meski tentara tsar tak sampai menyerang, mereka
yang tertinggal mengalami penderitaan tak terkira akibat tak ada
makanan, tubuh yang payah, dan udara yang beku. Pada Desember tahun itu,
Napoleon meninggalkan pasukannya menuju Paris.
Invasi Napoleon Bonaparte ke Moskow, Rusia berujung pada kekalahan (Wikipedia)
Kabar berembus bahwa sang kaisar tewas dan para jenderalnya melancarkan kudeta yang gagal.
Napoleon ternyata melakukan perjalanan incognito di seluruh Eropa, hanya disertai segelintir pembantunya. Ia mencapai Paris pada 18 Desember 1812.
Enam hari kemudian, Grande Armée akhirnya lolos dari Rusia, setelah
babak belur dan kehilangan lebih dari 400 ribu tentara selama invasi
yang berujung kekalahan telak.
Mengetahui kekalahan Napoleon Bonaparte, wilayah Eropa lain pun bangkit untuk mengalahkan Napoleon pada tahun 1814.
Buntut dari kekalahannya, Napoleon diasingkan ke Pulau Elba. Namun,
ia berhasil melarikan diri ke Prancis pada awal 1815 dan membentuk
pasukan baru yang menikmati kesuksesan sekilas sebelum kekalahan yang
menyakitkan di Waterloo pada bulan Juni 1815 -- yang konon tak lepas
dari campur tangan alam: amuk Gunung Tambora di Sumbawa, Indonesia.
Napoleon kemudian diasingkan ke pulau terpencil Saint Helena, di mana ia meninggal enam tahun kemudian.
Sejarah lain mencatat pada 14 September 2007, Jepang meluncurkan Kaguya, pesawat luar angkasa pertamanya dalam misi ke Bulan.
Dan pada 14 September 1982, Grace Kelly, bintang Hollywood yang menjadi putri kerajaan Monako tutup usia secara tragis.
Sumber: dailymail.co.uk
Perempuan cantik mengalami kecelakaan parah satu hari sebelumnya, 13 September 1982 di kawasan jalan pegunungan.
Mobilnya masuk jurang saat perjalanan menuju kawasan Monte Carlo,
Monako. Kendaraannya jatuh dalam kondisi terbalik dan ringsek parah.