Rencana pengetatan aturan kepemilikan senjata memicu 'pembelian panik' oleh warga.
CB,
WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern berjanji
untuk memperketat undang-undang senjata pascaserangan teror masjid di
Kota Christchurch. Pernyataan itu kemudian mengakibatkan lonjakan angka
penjualan senjata di negara tersebut.
Seperti
Newsroom.co.nz,
pemilik toko senjata daring maupun luring menginformasikan adanya
lonjakan penjualan di gerai mereka pada Sabtu (16/3) pagi. Termasuk,
toko senjata Gun City cabang Christchurch yang sibuk melayani pelanggan.
Mereka
mengunggah daring fenomena "pembelian panik" itu. Orang-orang menyerbu
toko untuk membeli senjata api. Kiwi Gun Blog merilis di halaman grup
Facebook tentang angka bagus dari penjualan senjata semi-otomatis dan amunisi.
Hal
itu senada dengan pemilik toko senjata Auckland yang mencatat
peningkatan signifikan angka penjualan senjata semi-otomatis. Namun, dia
enggan memberitahukan harga dan berapa banyak stok yang tersisa di
toko.
Pelaku teror Christchurch juga menggunakan senjata
semi-otomatis saat menembaki Muslim yang beribadah di dua masjid, pada
Jumat (15/3). Saat diamankan polisi, tersangka utama Brenton Tarrant
memiliki dua senjata di dalam mobil dan sebuah alat peledak.
PM
Jacinda Ardern mengatakan, Tarrant memiliki total lima senjata api.
Fakta bahwa dia bisa mendapat akses kepada sejumlah tipe senjata itu
menunjukkan hukum senjata di Selandia Baru belum sesuai dan ideal.
Masih
timbul pertanyaan tentang bagaimana wujud tanggung jawab atas serangan
teror Christchurch. Belum diketahui seperti apa cara pemerintah
memperketat lisensi senjata atau membatasi akses senjata yang
dimodifikasi secara ilegal.
Pakar senjata mengatakan,
senapan yang digunakan Tarrant di masjid pertama adalah senjata
semi-otomatis Mossberg 930. Senjata itu memiliki silinder tujuh putaran.
Saat pria itu kehabisan amunisi, dia beralih ke AR15.
Sebagai
informasi, AR15 adalah senapan olahraga semi-otomatis, dan di antara
senjata api yang saat ini paling laris terjual. Menurut situs senjata
daring, AR15 sering digunakan untuk berburu rusa dan menembak sasaran
kompetitif.
Kedua jenis senjata yang digunakan tersangka
bisa didapatkan oleh pemilik lisensi regular kategori A tanpa
persyaratan tambahan lain. Walau senjata Tarrant legal dengan lisensi,
tapi senapan AR15-nya ilegal karena dimodifikasi dengan mesin besar.
Sesuai
pedoman Arms Act pada 1992, senapan semi-otomatis AR15 hanya memiliki
kapasitas tujuh putaran. Faktanya, senapan Tarrant memiliki silinder 30
putaran, 40 putaran, dan 60 putaran.
Bagiannya seperti
didapatkan dari penjual senjata lokal. Untuk mendapatkan lisensi senjata
di Selandia Baru, seseorang harus berusia lebih dari 16 tahun, lulus
pemeriksaan latar belakang, dan memiliki dua sanak (saudara atau
pasangan).
Menurut polisi, Tarrant tidak memiliki sejarah kriminal dan tidak dikenal polisi di Selandia Baru atau Australia. Laman
Newsroom.co.nz melaporkan, sebelum insiden ini dia tidak masuk dalam daftar polisi atau daftar teroris.
Pria
asal Australia itu sesekali datang ke Selandia Baru. Saat bertandang
pada November 2017, dia memperoleh lisensi senjata dasar kategori A.
Sebulan kemudian, dia mendaftar ke pengecer senjata daring populer tapi
tidak membeli apa pun.