Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Jumat, 05 April 2019
AS Stop Kirim F-35 ke Turki, Israel Makin Digdaya di Timur Tengah
TEL AVIV
- Keputusan Amerika Serikat (AS) menghentikan pengiriman pesawat jet
tempur F-35 ke Turki karena membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia
telah menguntungkan Israel. Negara mayoritas Yahudi itu semakin digdaya
di udara Timur Tengah.
Langkah Washington tersebut menyusul
peringatan berulang kali baik dari Amerika Serikat maupun sekutu NATO
lainnya kepada Ankara bahwa membeli sistem rudal Rusia bersama jet
tempur yang diproduksi Lockheed Martin akan mengancam keamanan F-35.
Alasannya, senjata pertahanan Moksow itu bisa mempelajari cara menemukan
dan melacak jet tempur F-35.
Israel, yang juga memiliki hubungan
yang rapuh dengan Turki, saat ini memiliki 14 unit jet tempur F-35 Adir
dan diperkirakan akan menerima total 50 pesawat untuk membuat dua
skuadron penuh pada 2024.
Menurut
sejumlah laporan media asing, Israel telah diam-diam menguji cara untuk
mengalahkan sistem pertahanan udara Rusia yang canggih, termasuk dengan
berpartisipasi dalam beberapa latihan bersama dengan Angkatan Udara
Yunani di pulau Kreta di mana satu sistem pertahanan rudal buatan Rusia
ditempatkan. Latihan itu dilaporkan telah memungkinkan pesawat tempur
Israel untuk mengumpulkan data tentang bagaimana sistem canggih tersebut
dapat dibutakan atau dibodohi.
Tetapi ada kekhawatiran bahwa
radar pada sistem S-400 yang dibeli oleh Turki—yang telah membentuk
semacam aliansi dengan Rusia dan telah bekerja sama erat dengan
Iran—dapat mempelajari titik-titik lemah dalam jet F-35 dan membuatnya
kurang mampu menghindari senjata Rusia di masa depan.
Perwira top
di NATO dan kepala pasukan Amerika di Eropa, Jenderal Curtis
Scaparrotti memperingatkan pada bulan Maret selama rapat dengan Komite
Layanan Angkatan Bersenjata Senat bahwa pembelian S-400 oleh Ankara
menghadirkan masalah tidak hanya untuk F-35 tetapi untuk semua pesawat
Amerika.
"Saran militer terbaik saya adalah agar kita tidak
menindaklanjuti dengan F-35, menerbangkannya atau bekerja dengan sekutu
yang bekerja dengan sistem Rusia, khususnya sistem pertahanan udara,
dengan salah satu kemampuan teknologi kami yang paling canggih,"
Scaparrotti seperti dikutip Defense News.
Dibangun oleh
Lockheed Martin, jet tempur F-35 memiliki sinyal radar yang sangat
rendah yang memungkinkannya beroperasi jauh di dalam wilayah musuh serta
untuk menghindari sistem pertahanan rudal canggih seperti S-300 dan
S-400 buatan Rusia.
Hubungan yang sudah rapuh antara Israel dan
Turki semakin tegang dalam beberapa bulan terakhir ketika Presiden Turki
Tayyip Erdogan—seorang kritikus vokal kebijakan Israel terhadap
Palestina—telah meningkatkan retorikanya.
Para pejabat Israel
telah menyuarakan keprihatinan atas pembelian jet F-35 oleh Turki. Salah
satu pejabat senior pertahanan yang dikutip oleh Haaretz pada bulan
Agustus lalu mengatakan bahwa Israel ingin menjadi satu-satunya negara
di Timur Tengah dengan F-35 untuk menjaga keunggulan kualitatif
militernya. Dia khawatir kemampuan jet tempur itu akan bocor ke
negara-negara musuh jika Turki memilikinya.
Ceng Sagnic dari Moshe Dayan Center di Tel Aviv mengatakan kepada The Jerusalem Post
bahwa untuk sementara Moskow mungkin ragu-ragu untuk berbagi
pengetahuan tentang jet tempur yang mungkin diperoleh dengan S-400.
“Moskow
pasti akan ragu untuk membagikan rahasia militer yang diperolehnya
dengan pihak ketiga. Tetapi jika terjadi perselisihan besar di wilayah
tersebut atau aliansi Moskow-Teheran yang berpotensi diperluas, transfer
pengetahuan tentang sistem senjata AS ke Teheran dapat menjadi topik
diskusi," katanya, yang dilansir Jumat (5/4/2019).
Menurut
Sagnic, tidak mungkin untuk memperkirakan tingkat hubungan antara Ankara
dengan Moskow. "Kehadiran F-35 dan S-400 juga dapat datang dengan hasil
yang sama. Jika Turki membeli F-35 dari AS dan S-400 dari Rusia,
situasinya sebagian akan menyerupai Yunani, di mana kehadiran sistem
S-300 kebetulan diizinkan," ujarnya.
Israel menjadi negara
pertama di luar Amerika Serikat yang mendeklarasikan Kemampuan
Operasional Awal (IOC) jet tempur siluman F-35 pada 2017. Tahun lalu,
kepala Angkatan Udara Israel (IAF) Mayor Jenderal Amikam Norkin
mengumumkan bahwa Israel telah menyerang sasaran di Timur Tengah dengan
jet F-35 Adir sebanyak dua kali.
"Turki
harus secara serius berpikir bahwa Israel mungkin berada di belakang
pembatalan perjanjian F-35 untuk menjaga keunggulan udaranya. Namun,
untuk politik dalam negeri, Ankara membutuhkan 'tersangka biasa' untuk
disalahkan, karena menyalahkan AS tidak cukup untuk menjelaskan gangguan
dalam satu perjanjian senjata terbesar yang telah ditandatangani
Turki," kata Sagnic.
Sebagai mitra Level-3 dalam program
multinasional F-35, Turki menginvestasikan lebih dari USD1 miliar pada
jet tempur itu. Beberapa perusahaan lokal yang memproduksi komponen
untuk pesawat termasuk layar pesawat dan kokpit. Mereka di antaranya,
Alp Aviation, AYESAS, Kale Aviation, Kale Pratt & Whitney dan
Turkish Aerospace Industries.
Perusahaan-perusahaan pertahanan
Turki juga memproduksi rudal kelas SOM-J untuk program Joint Strike
Fighter (JSF) dan Turki adalah pusat pemeliharaan dan perbaikan Eropa
untuk pesawat tempur F-35 yang diproduksi berdasarkan rencana JSF.
Ankara
menerima pengiriman F-35 pertamanya pada bulan Juni di sebuah upacara
di Texas dan negara itu berencana untuk membeli 100 jet siluman itu pada
tahun-tahun mendatang. Pilot-pilot Turki telah belajar menerbangkan jet
itu bersama pilot-pilot AS di Luke Air Force Base, Arizona.
Ankara
berpegang pada harapan bahwa dua jet tempur F-35 lainnya yang
diharapkan diserahkan bulan ini akan benar-benar dikirimkan.