Rabu, 18 Juli 2018

Anggota Pussy Riot: Media Amerika Terlalu Besarkan Putin


Anggota Pussy Riot: Media Amerika Terlalu Besarkan Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin disebut terlalu dibesar-besarkan oleh media Amerika Serikat. (REUTERS/Christian Hartmann)



Jakarta, CB -- Anggota Pussy Riot, Nadya Tolokonnikova, menyebut pemerintahan otoriter Presiden Rusia Vladimir Putin sebenarnya tidak seteratur dan seefektif yang biasanya digambarkan media Amerika Serikat, di tengah Konferensi Tingkat Tinggi dengan Presiden AS Donald Trump.

Tolokonnikova ditahan oleh pemerintah Rusia selama dua tahun bersama seorang anggota band punk sekaligus kelompok pegiat itu sejak 2012, karena memainkan lagu protes anti-Putin berjudul "Punk Prayer" di katedral Moskow.

Mengenakan topeng untuk "alasan artistik sekaligus keamanan," Tolokonnikova mengatakan kepada CNN bahwa pemerintahan Putin sebagian besar dipenuhi kleptokrat yang ingin memperkaya diri sendiri.

"Media Amerika terlalu membesarkan Presiden Putin dan anak buahnya karena Anda menganggap mereka seperti unit terorganisir," ujarnya. "Ya mereka tidak efektif. Malah mereka hanya sekelompok orang yang hanya peduli pada uang sendiri."



Dia kemudian menyoroti pelemahan ekonomi Rusia sebagai bukti inkompetensi pemerintah, dan menyiratkan bahwa seandainya dirinya sempat mencoba mengintervensi pemilihan presiden Amerika, ia akan melakukannya lebih baik daripada badan intelijen Rusia.

"Jika Anda melihat perekonomian Rusia, Anda akan melihatnya tidak efektif," kata dia. "Saya tak bilang mereka tak mengintervensi pemilu Anda. Mereka melakukannya. Mereka melakukannya tak cukup baik."
Melihat kata-kata bersahabat antara Trump dan Putin dalam KTT di Helsinki, aktivis asal Rusia itu tidak terlalu mempercayai pernyataan masing-masing kepala negara.

"Mereka baru bertemu," kata dia. "Mereka mengatakan hal-hal bodoh satu sama lain, dan secara pribadi untuk saya cukup mengganggu mendengar pernyataan Trump pada Putin, bahwa dia benar-benar tak bersalah soal intervensi pemilu AS."

"Jika saya jadi Presiden Trump saya akan mencoba mempertimbangkan apa yang diberikan badan intelijen saya, karena jika tidak dia tak menjalankan pemerintahan, dia hanya jadi seorang idiot."

Pussy Riot kembali jadi sorotan setelah mengaku bertanggung jawab atas protes di gelaran final Piala Dunia di Moskow, mengindikasikan bahwa invasi lapangan itu dilakukan untuk menarik perhatian pada ketidakadilan politis di Rusia.



Credit  cnnindonesia.com