Jumat, 17 November 2017

Rusia Luncurkan Pesawat Pembom Supersonik Tu-160 yang Baru Dibikin



Rusia Luncurkan Pesawat Pembom Supersonik Tu-160 yang Baru Dibikin
Prototype pesawat Tu-160M2 terlihat di industri penerbangan di Kazan. Foto/Sputnik/Iskander Asabaev



MOSKOW - Pesawat pembom strategis supersonik Tupolev Tu-160 yang baru dibangun Rusia setelah tahun 1992 diluncurkan dari hanggar. Peluncuran ini sebagai tanda dimulainya produksi pesawat pembom yang oleh NATO dinamai sebagai Blackjack tersebut.

Tu-160 baru, yang dijuluki White Swan di Rusia, muncul di Industri Penerbangan Kazan—sebuah cabang Biro Desain Tupolev yang berbasis di Moskow—pada hari Kamis. Pesawat itu dibangun menggunakan suku cadang yang disimpan sejak era Soviet.

Pesawat pembom terbaru itu akan menjalani uji coba di lapangan, sebelum mengudara secara resmi pada bulan Februari 2018.

Kepala otoritas untuk Penerbangan Jarak Jauh Rusia, Mayor Jenderal Sergey Kobylash, mengatakan bahwa produksi serial Tu-160 yang terhenti sejak 1992  dilanjutkan setelah pesawat tersebut terbukti sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Produksi serial pesawat pembom kemungkinan akan dimulai pada awal 2020-an, di mana Kementerian Pertahanan berencana untuk membeli setidaknya 50 unit pesawat. Pesawat yang akan diproduksi massal tersebut akan mendapatkan mesin baru yang disempurnakan, termasuk dilengkapi peralatan dengan perangkat keras digital.

”Semua pesawat Tu-160 yang saat ini beroperasi dengan Angkatan Udara Rusia akan dimodernisasi sepenuhnya. Dengan mempertimbangkan laju reproduksi dan tingkat teknologi modern, saya berasumsi bahwa itu akan terjadi pada tahun-tahun mendatang,” kata Kobylash, seperti dikutip dari RIA-Novosti, Jumat (17/11/2017).

Blackjack adalah pesawat tempur terbesar di dunia, dengan berat lepas landas maksimum sekitar 275 ton. Pesawat ini bisa menempuh jarak lebih dari 12.000 kilometer tanpa pengisian ulang bahan bakar.

Pesawat ini pernah menempuh penerbangan sejauh 18.000 kilometer dan menghabiskan lebih dari 24 jam di udara. 





Credit  sindonews.com