Ilustrasi DK PBB. (Reuters/Mike Segar)
Sebagaimana dilansir Reuters, dengan veto ini, Rusia kembali menggagalkan upaya PBB untuk memperpanjang masa kerja misi yang sudah mengungkap penggunaan gas sarin oleh militer Suriah dalam serangan pada 4 April lalu ini.
Mandat penyelidikan ini digagas oleh PBB dan Organisasi Pencegahan Penggunaan Senjata Kimia (OPCW) di bawah payung Mekanisme Investigasi Gabungan (JIM). Masa kerja JIM habis pada Kamis (16/11).
Agar misi tersebut dapat diperpanjang, resolusi ini harus didukung oleh setidaknya sembilan perwakilan dan tidak boleh diveto oleh lima negara anggota tetap DK PBB, yaitu Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Inggris, dan China.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan bahwa negaranya tidak akan berhenti mendesak penyelidikan atas penggunaan senjata kimia di Suriah.
AS dikenal sangat keras dalam menanggapi penggunaan senjata kimia di negara pimpinan Presiden Bashar al-Assad itu.
Setelah Suriah dituding menggunakan senjata kimia dalam serangan di Khan Sheikhoun pada 4 April lalu, AS langsung menyerang pangkalan militer rezim Assad dengan rudal.
Setelah pemungutan suara rampung, Haley pun berkata, "Kami akan melakukannya lagi jika memang harus."
"Rezim Assad harus benar-benar mengetahui, Amerika Serikat tak menerima penggunaan senjata kimia oleh Suriah," katanya.
Menanggapi pernyataan Haley, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan bahwa draf resolusi yang diajukan AS tak berimbang. Menurutnya, draf itu merupakan upaya Barat untuk merendahkan Rusia.
Rusia sendiri sudah menyusun draf terkait penyelidikan penggunaan senjata kimia ini yang diklaim lebih aman. Menjelang pemungutan suara pada Kamis, Bolivia meminta draf ini juga dipertimbangkan.
Namun, hanya empat anggota yang menyetujui draf itu, sementara tujuh lainnya menolak dan empat abstain.
Dalam kesempatan ini, Nebenzia kembali menekankan bahwa Rusia mendukung pembentukan JIM, tetapi mereka meragukan sejumlah temuan tim itu.
Hingga saat ini, OPCW sudah memverifikasi bahwa dari 27 serangan kimia yang terjadi di Suriah, 25 di antaranya dilakukan oleh pemerintah setempat.
Temuan ini menyulut amarah AS karena Suriah sudah sepakat akan menghancurkan senjata kimia mereka melalui satu kesepakatan bersama Moskow dan Washington.
Namun menurut Rusia sebagai sekutu rezim Presiden Bashar al-Assad, mengatakan bahwa kini sudah hampir tidak ada penggunaan senjata kimia di Suriah.
Credit cnnindonesia.com