PITSUNDA
- Presiden Vladimir Putin mengunjungi wilayah Abhkhazia, wilayah
Georgia yang dianeksasi atau dicaplok Rusia. Kunjungan pemimpin Kremlin
ini membuat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kesal.
Kunjungan Presiden Putin pada hari Selasa bertepatan dengan peringatan sembilan tahun perang singkat Rusia-Georgia. Ada dua wilayah Georgia yang lepas dan bergabung dengan Rusia usai konflik tersebut.
Kremlin telah menandatangani sebuah kesepakatan yang secara efektif mengintegrasikan Ossetia Selatan dengan Rusia pada tahun 2015. Pada tahun 2014, perjanjian serupa juga dilakukan dengan Abkhazia.
Georgia dan NATO yang tidak mengakui integrasi dua wilayah itu menuduh Moskow melanggar kedaulatan Georgia secara lebih jauh dengan diam-diam memindahkan perbatasan.
Kunjungan Putin kemarin disambut pemimpin Abkhazia, Raul Khadzhimba, di kota resor Pitsunda, Laut Hitam.
Juru bicara NATO, Dylan White, dalam sebuah pernyataan mencela langkah Putin.
”Kunjungan Presiden Putin ke wilayah Abkhazia di Georgia—pada ulang tahun kesembilan konflik bersenjata—merugikan upaya internasional untuk menemukan penyelesaian damai dan negosiasi,” kata White.
“Kami menyesal bahwa kunjungan ini dilakukan tanpa persetujuan dari pihak berwenang Georgia,” lanjut dia.
”NATO dipersatukan dalam dukungan penuh atas kedaulatan dan integritas teritorial Georgia di dalam batas yang diakui secara internasional,” papar White. ”Kami tidak akan mengakui upaya untuk mengubah status Abkhazia dan Ossetia Selatan sebagai wilayah Georgia.”
Pada pertemuan Putin, menteri kesehatan Rusia dan Abkhazia menandatangani sebuah kesepakatan untuk memperpanjang asuransi kesehatan pemerintah Rusia kepada warga negara Rusia yang tinggal di Abkhazia. Secara efektif, semua warga Abkhazia dapat memperoleh kewarganegaraan Rusia.
”Tamu, dari manapun mereka datang, termasuk dari Rusia, harus mengerti dan merasa bahwa mereka berada di bawah perlindungan yang dapat diandalkan,” kata Putin pada pertemuan tersebut, seperti disampaikan Kremlin dalam sebuah pernyataan, yang dilansir Reuters, Rabu (9/8/2017).
Kunjungan Presiden Putin pada hari Selasa bertepatan dengan peringatan sembilan tahun perang singkat Rusia-Georgia. Ada dua wilayah Georgia yang lepas dan bergabung dengan Rusia usai konflik tersebut.
Kremlin telah menandatangani sebuah kesepakatan yang secara efektif mengintegrasikan Ossetia Selatan dengan Rusia pada tahun 2015. Pada tahun 2014, perjanjian serupa juga dilakukan dengan Abkhazia.
Georgia dan NATO yang tidak mengakui integrasi dua wilayah itu menuduh Moskow melanggar kedaulatan Georgia secara lebih jauh dengan diam-diam memindahkan perbatasan.
Kunjungan Putin kemarin disambut pemimpin Abkhazia, Raul Khadzhimba, di kota resor Pitsunda, Laut Hitam.
Juru bicara NATO, Dylan White, dalam sebuah pernyataan mencela langkah Putin.
”Kunjungan Presiden Putin ke wilayah Abkhazia di Georgia—pada ulang tahun kesembilan konflik bersenjata—merugikan upaya internasional untuk menemukan penyelesaian damai dan negosiasi,” kata White.
“Kami menyesal bahwa kunjungan ini dilakukan tanpa persetujuan dari pihak berwenang Georgia,” lanjut dia.
”NATO dipersatukan dalam dukungan penuh atas kedaulatan dan integritas teritorial Georgia di dalam batas yang diakui secara internasional,” papar White. ”Kami tidak akan mengakui upaya untuk mengubah status Abkhazia dan Ossetia Selatan sebagai wilayah Georgia.”
Pada pertemuan Putin, menteri kesehatan Rusia dan Abkhazia menandatangani sebuah kesepakatan untuk memperpanjang asuransi kesehatan pemerintah Rusia kepada warga negara Rusia yang tinggal di Abkhazia. Secara efektif, semua warga Abkhazia dapat memperoleh kewarganegaraan Rusia.
”Tamu, dari manapun mereka datang, termasuk dari Rusia, harus mengerti dan merasa bahwa mereka berada di bawah perlindungan yang dapat diandalkan,” kata Putin pada pertemuan tersebut, seperti disampaikan Kremlin dalam sebuah pernyataan, yang dilansir Reuters, Rabu (9/8/2017).
Credit sindonews.com