Ilustrasi Hwasong-12. (KCNA via Reuters)
Jakarta, CB --
Korea Utara akan menyusun rencana untuk meluncurkan empat rudal
jarak menengah ke Guam, wilayah kekuasaan Amerika Serikat di Pasifik,
mulai pertengahan Agustus.
"[Korut akan menyusun rencana] untuk menghalangi gerak pasukan musuh di pangkalan-pangkalan militer besar di Guam sebagai peringatan krusial kepada AS," demikian bunyi pernyataan dalam kantor berita Korut, KCNA.
Melalui pemberitaan tersebut, Korut menyatakan bahwa rencana itu sebenarnya sudah mulai digodok untuk kemudian diserahkan kepada pemimpin tertinggi mereka, Kim Jong-un.
"Rudal Hwasong-12 akan diluncurkan oleh KPA [Tentara Rakyat Korea] dan akan melintasi langit Shimane, Hiroshima, dan Koichi di Jepang. Rudal itu akan melesat sejauh 3.356,7 kilometer selama 1.065 detik dan menghantam perairan sejauh 30 sampai 30 kilometer dari Guam," tulis KCNA.
Sebagaimana dilansir Reuters, Korut tidak pernah mengumumkan agenda perencanaan serangan seperti ini sebelumnya.
Namun, KCNA menyiratkan bahwa Pyongyang sudah gerah dengan ancaman dari Presiden Donald Trump yang mengatakan, Korut akan berhadapan dengan "api dan kemarahan" jika terus mengancam AS.
"Dialog sangat mustahil dilakukan dengan pria yang hilang akal dan hanya serangan absolut yang dapat mengalahkannya," tulis KCNA.
Pernyataan ini menambah panjang saling serang komentar antara AS dan Korut yang sudah mulai memanas sejak awal tahun ini, setelah Kim mengatakan bahwa negaranya akan mengembangkan program rudal balistik antarbenua (ICBM).
Setelah beberapa kali melakukan tes rudal, Korut akhirnya menguji coba ICBM yang diakui intelijen AS dapat mencapai wilayah negaranya.
AS pun mengusulkan resolusi yang akhirnya disepakati Perserikatan Bangsa-Bangsa pada pekan lalu, satu langkah yang memicu amarah Korut.
Melalui resolusi itu, PBB akan memangkas nilai ekspor Korut hingga US$1 miliar atau setara Rp13,3 triliun.
PBB juga melarang seluruh ekspor batu bara, besi dan bijih besi, timah dan bijih timah, serta ikan dan makanan laut dari Korut. Secara keseluruhan, sanksi PBB akan memangkas sepertiga nilai ekspor tahunan Korut.
"[Korut akan menyusun rencana] untuk menghalangi gerak pasukan musuh di pangkalan-pangkalan militer besar di Guam sebagai peringatan krusial kepada AS," demikian bunyi pernyataan dalam kantor berita Korut, KCNA.
Melalui pemberitaan tersebut, Korut menyatakan bahwa rencana itu sebenarnya sudah mulai digodok untuk kemudian diserahkan kepada pemimpin tertinggi mereka, Kim Jong-un.
"Rudal Hwasong-12 akan diluncurkan oleh KPA [Tentara Rakyat Korea] dan akan melintasi langit Shimane, Hiroshima, dan Koichi di Jepang. Rudal itu akan melesat sejauh 3.356,7 kilometer selama 1.065 detik dan menghantam perairan sejauh 30 sampai 30 kilometer dari Guam," tulis KCNA.
Sebagaimana dilansir Reuters, Korut tidak pernah mengumumkan agenda perencanaan serangan seperti ini sebelumnya.
|
Namun, KCNA menyiratkan bahwa Pyongyang sudah gerah dengan ancaman dari Presiden Donald Trump yang mengatakan, Korut akan berhadapan dengan "api dan kemarahan" jika terus mengancam AS.
"Dialog sangat mustahil dilakukan dengan pria yang hilang akal dan hanya serangan absolut yang dapat mengalahkannya," tulis KCNA.
Pernyataan ini menambah panjang saling serang komentar antara AS dan Korut yang sudah mulai memanas sejak awal tahun ini, setelah Kim mengatakan bahwa negaranya akan mengembangkan program rudal balistik antarbenua (ICBM).
Setelah beberapa kali melakukan tes rudal, Korut akhirnya menguji coba ICBM yang diakui intelijen AS dapat mencapai wilayah negaranya.
|
AS pun mengusulkan resolusi yang akhirnya disepakati Perserikatan Bangsa-Bangsa pada pekan lalu, satu langkah yang memicu amarah Korut.
Melalui resolusi itu, PBB akan memangkas nilai ekspor Korut hingga US$1 miliar atau setara Rp13,3 triliun.
PBB juga melarang seluruh ekspor batu bara, besi dan bijih besi, timah dan bijih timah, serta ikan dan makanan laut dari Korut. Secara keseluruhan, sanksi PBB akan memangkas sepertiga nilai ekspor tahunan Korut.
Credit CNN Indonesia