Otoritas Guam menanggapi santai
ancaman bom nuklir dari Korea Utara. (Major Jeff Landis,USMC
(Ret.)/Naval Base Guam/Handout/File Photo via REUTERS)
Jakarta, CB --
Korea Utara merespons Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang
akan membombardir Pyongyang menggunakan “api dan kemarahan”, dengan
ancaman rudal balistik ke arah Guam, wilayah AS di Samudera Pasifik.
Gubernur Guam Eddie Calvo tetap santai kendati wilayahnya dibayangi ancaman serangan rezim Kim Jong-un.
Dalam wawancara televisi pada Rabu (9/8), Calvo menyebut pihaknya “sudah siap menghadapi apapun”.
Calvo menambahkan pemerintahnya terus berkomunikasi intensif dengan Washington guna “memastikan keamanan seluruh wilayah”.
“Saya ingin meyakinkan warga Guam bahwa saat ini tidak ada ancaman apapun terhadap pulau kita maupun Marianas [pulau tetangga],” papar Calvo, dikutip AFP.
“Saya telah berdiskusi dengan Komandan Wilayah Gabungan Marianas Laksamana Muda Shoshana Chatfield yang mengonfirmasi tentang hal ini,” tambahnya.
Guam, yang lokasinya berdekatan dengan Semenanjung Korea dan Laut China Selatan, memiliki 6000 tentara dan dua instalasi militer, yakni Andersen Air Force Base dan Naval Base.
Mantan menteri pertahan era Obama, Ashton Carter, menyebut Guam sebagai “lokasi strategis dan penting bagi militer AS di Pasifik Barat”.
Calvo menyebut terdapat “beberapa level pertahanan” yang ditempatkan secara strategis guna melindungi Guam, termasuk juga dukungan dari Washington yang menyebut “serangan terhadap Guam adalah serangan kepada Amerika Serikat”.
“Pemerintah AS telah menyatakan mereka akan mempertahankan Guam. Guam merupakan bagian dari AS dan terdapat 200 ribu warga AS di Guam dan Marianas, kami bukan hanya pangkalan militer,” kata Calvo.
Meskipun suasana ketegangan di kawasan itu meningkat, warga Guam tetap beraktivitas seperti biasa. Saat ditanya soal ancaman bom nuklir Korut, mereka hanya mengangkat bahu.
“Tidak ada yang bisa kita lakukan juga. Ini adalah pulau kecil, kita tidak bisa lari,” kata salah satu warga, James Cruz.
Di sisi lain, Delegasi Guam di Kongres AS mengatakan kemampuan rudal dan nuklir Korea Utara “sangat mengkhawatirkan”, namun dia percaya pulau tersebut tetap aman.
Gubernur Guam Eddie Calvo tetap santai kendati wilayahnya dibayangi ancaman serangan rezim Kim Jong-un.
Dalam wawancara televisi pada Rabu (9/8), Calvo menyebut pihaknya “sudah siap menghadapi apapun”.
|
Calvo menambahkan pemerintahnya terus berkomunikasi intensif dengan Washington guna “memastikan keamanan seluruh wilayah”.
“Saya ingin meyakinkan warga Guam bahwa saat ini tidak ada ancaman apapun terhadap pulau kita maupun Marianas [pulau tetangga],” papar Calvo, dikutip AFP.
“Saya telah berdiskusi dengan Komandan Wilayah Gabungan Marianas Laksamana Muda Shoshana Chatfield yang mengonfirmasi tentang hal ini,” tambahnya.
Guam, yang lokasinya berdekatan dengan Semenanjung Korea dan Laut China Selatan, memiliki 6000 tentara dan dua instalasi militer, yakni Andersen Air Force Base dan Naval Base.
Mantan menteri pertahan era Obama, Ashton Carter, menyebut Guam sebagai “lokasi strategis dan penting bagi militer AS di Pasifik Barat”.
Calvo menyebut terdapat “beberapa level pertahanan” yang ditempatkan secara strategis guna melindungi Guam, termasuk juga dukungan dari Washington yang menyebut “serangan terhadap Guam adalah serangan kepada Amerika Serikat”.
|
“Pemerintah AS telah menyatakan mereka akan mempertahankan Guam. Guam merupakan bagian dari AS dan terdapat 200 ribu warga AS di Guam dan Marianas, kami bukan hanya pangkalan militer,” kata Calvo.
Meskipun suasana ketegangan di kawasan itu meningkat, warga Guam tetap beraktivitas seperti biasa. Saat ditanya soal ancaman bom nuklir Korut, mereka hanya mengangkat bahu.
“Tidak ada yang bisa kita lakukan juga. Ini adalah pulau kecil, kita tidak bisa lari,” kata salah satu warga, James Cruz.
Di sisi lain, Delegasi Guam di Kongres AS mengatakan kemampuan rudal dan nuklir Korea Utara “sangat mengkhawatirkan”, namun dia percaya pulau tersebut tetap aman.
Credit CNN Indonesia