Mobil listrik GE3 produksi produsen otomotif
Cina, GAC Motors pada pameran International Auto Show di Detroit,
Amerika Serikat, 9 Januari 2017, China Daily News.
Eniya menyatakan pihaknya terus berupaya mengembangkan berbagai purwarupa moda transportasi bertenaga listrik mulai dari motor, trolleyt bus dan mobil listrik. "Intinya kami fokuskan inovasi ini bisa masuk ke industri, agar motor listrik, baterai dan manufaktur lainnya dapat melibatkan industri dalam negeri," kata Eniya dalam keterangan tertulisnya pada Rabu, 3 Agustus 2017.
Eniya menuturkan hal di atas merupakan kunci dalam pengoperasian mobil listrik, terlebih ia melihat mobil listrik memiliki ketergantungan pada daya tahan baterai. Ia menambahkan agar mobil dapat menempuh perjalanan jauh, maka baterai harus mampu menyimpan energi dalam kapasitas besar.
Presiden Joko Widodo menegaskan komitmennya mendukung pengembangan mobil listrik. Komitmen Presiden ini dilatarberlakangi banyak pertimbangan, seperti perubahan global dan dampaknya terhadap iklim dan lingkungan.
Presiden meminta semua persiapan termasuk regulasi dan riset harus disusun mulai sekarang. Ia juga menyatakan BPPT bisa mengambil peran dalam penelitian dan pengembangan mobil listrik tersebut.
Menurut Eniya model plug-in mengisi daya baterai mobil harus disediakan cukup besar. Paling kecil antara 30-50 kilowatt (kW). Dari sisi baterai yang diperlukan adalah yang mampu menyimpan daya listrik berkapasitas besar dan bisa diisi ulang dalam waktu singkat .
Eniya menjelaskan mobil listrik produksi Mitsubishi, Toyota, Nissan, BMW, dan Mercedes-Benz, masih membutuhkan 14 jam untuk mengisi baterai jika tidak disediakan sumber listrik dengan kerapatan arus tinggi. "Untuk itu ketersediaan sumber listrik di tempat umum, sangat penting."
Lebih lanjut, Eniya memberikan rekomendasi agar infrastruktur pendukung seperti tempat untuk pengisian baterai menjadi perhatian."Selain teknologi baterai yang andal tadi, perlu juga diperhatikan adanya infrastruktur penyedia listrik. Istilahnya seperti pom bensin atau SPBU untuk moda transportasi listrik," ucapnya.
Eniya berharap BPPT mendapat dukungan dari semua pihak dalam upaya mewujudkan mobil listrik yang bisa di produksi sendiri oleh Indonesia, lalu juga dengan memperhitungkan bagaimana tahapan pengembangan, inovasi dan industrialisasinya "BPPT siap mewujudkan mobil listrik buatan Indonesia. Tentunya untuk mencapai cita tersebut dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak."
Terkait dengan fenomena pemanasan global, Eniya setuju moda transportasi massal yang menggunakan listrik, penting untuk menurunkan emisi. Langkah lainnya juga dapat diperkuat dengan regulasi mengikat untuk transportasi logistik yang harus memenuhi persyaratan emisi rendah.
Credit TEMPO.CO