PARIS, CB — Pidato Presiden Joko Widodo di ajang KTT Perubahan Iklim di Le Bourget, Paris, Perancis, mengejutkan komunitas mayarakat adat di Tanah Air.
Pidato Presiden yang disampaikan di hadapan ratusan kepala negara itu, menurut Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Abdon Nababan, sangat mengejutkan.
Sebab, Presiden memasukkan kalimat, "Penanganan perubahan iklim dengan melibatkan masyarakat adat".
"Ini kejutan bagi kita semua, awalnya saya telah baca teks pidato Presiden yang banyak beredar, tak ada kata melibatkan masyarakat, apalagi masyarakat adat. Namun, saat Presiden pidato, kata itu muncul, ini kejutan sekali," kata Abdon di Paris, Senin (30/11/2015).
Menurut Abdon, pernyataan Presiden tersebut amat penting bagi Indonesia. Hal ini mengingat selama ini kontribusi masyarakat dan masyarakat adat sudah signifikan dalam mengurangi emisi karbon.
"Selama ini kontribusi masyarakat adat mengurangi emisi sudah banyak kita tahu hutan dan gambut yang terbakar selama ini paling sedikit di wilayah maayarakat adat. Jika ada, itu sudah milik konsesi perkebunan," ujar dia.
Saat ini, kata dia, terdapat 40 juta hutan berada di wilayah masyarakat adat dari 50 juta hutan yang memiliki tutupan.
"Hutan ini sudah lama dirawat masyarakat adat, tinggal diproteksi saja. Artinya, 29 persen mengurangi emisi itu tidak sulit, masyarakat adat sudah melakukannya," tegas Abdon.
Tugas bersama masyarakat adat dan pemerintah ke depan adalah membereskan administrasi wilayah adat baik pemetaan wilayah adat, serta mengesahkan RUU perlindungan dan pengakuan masyarakat adat.
Pidato Presiden, menurut dia, sudah mencerminkan konsistensi Presiden pada Nawacita.
Credit KOMPAS.com