Rabu, 23 Desember 2015

PBB Sebut Arab Saudi Bertanggung Jawab atas Krisis di Yaman


PBB Sebut Arab Saudi Bertanggung Jawab atas Krisis di Yaman  
Serangan pasukan Arab ke Yaman dianggap tak proporsional. (Reuters/Faisal Al Nasser)
 
Jakarta, CB -- Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menyalahkan Arab Saudi atas banyaknya serangan sipil di Yaman. Pernyataan itu disampaikan Zeid Raad al Hussein, Komisioner Tinggi PBB untuk HAM, kepada Dewan Keamanan PBB saat pertemuan publik pada Selasa (22/12).

Dalam pertemuan pertama yang dilakukan di Yaman sejak sembilan bulan lalu itu, Al Hussein mengatakan bahwa Saudi harus bertanggung jawab atas serangan-serangan sipil di Yaman. Al Hussein mengaku sudah observasi dan sangat prihatin akan apa yang terjadi.

Menurutnya, serangan-serangan Saudi ke Yaman yang penuh warga telah merusak infrastruktur publik seperti rumah sakit dan sekolah.

Al Hussein melanjutkan, seluruh bagian dari konflik itu seharusnya bertanggung jawab. "Meskipun ada jumlah yang tidak proporsional sebagai hasil serangan udara dari pasukan koalisi," ujarnya, menuding pasukan Saudi.


Koalisi Arab yang dipimpin Saudi ikut campur dalam peperangan sipil di Yaman sejak Maret lalu. Mereka mencoba mengembalikan pemerintahan sejak dijatuhkan oleh pasukan Iran Houthi. Namun, banyaknya korban sipil yang jatuh telah mengusik kelompok HAM.

Negara-negara Barat telah secara diam-diam meningkatkan tekanan terhadap Arab Saudi untuk mencari kesepakatan politik dalam upaya mengakhiri konflik. Itu disampaikan diplomat PBB dalam kesempatan yang sama. Pihaknya mengaku menekan semua pihak untuk berdamai.

Maka, pertumparah darah bisa dihindari.

"Saya akan meminta dewan untuk melakukan apa pun dengan kekuatannya untuk membantu mengendalikan penggunaan kekuasaan oleh semua pihak dan untuk mengingatkan semua pihak agar menunggu dengan sabar prinsip dasar hukum kemanusiaan internasional," kata Zeid.

Pihak-pihak yang bertikai di Yaman sepakat melakukan gencatan senjata terbaru selama tujuh hari sejak 15 Desember lalu. Namun, kesepakatan yang berada di bawah naungan PBB itu berulang kali dilanggar oleh mereka.

Menurut data PBB, konflik di Semenanjung Arab telah menewaskan hampir enam ribu orang. Angka itu nyaris setengah dari jumlah warga sipil di Yaman. Zeid menyebut, lebih dari 600 anak tewas dan 900 lainnya luka-luka. Jumlah itu meningkat tajam, lima kali lipat, dibanding tahun lalu. Perdamaian tengah diupayakan.

Tengah Januari mendatang, pihak-pihak yang bertikai akan bertemu untuk membicarakan perdamaian, menurut Duta PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed. Namun, perdamaian susah dicapai karena tak saling percaya.

PBB telah menyebut Yaman sebagai salah satu negara dengan krisis kemanusiaan tertinggi, di samping Sudan, Suriah, dan Irak. PBB mengatakan, lebih dari 21 juta orang di Yaman membutuhkan bantuan. Itu 80 persen populasi.

"Pada gilirannya ini akan memperluas konflik di luar perbatasan Yaman, dan berpotensi menghancurkan stabilitas regional," kata Zeid. Namun di samping tanggung jawab Saudi, kelompok HAM mengkritik AS, Inggris, dan negara yang memasok senjata perang ke sana.

Credit  CNN Indonesia