Rabu, 23 Desember 2015

Tahun Ini, Penyelundup Manusia di Eropa Untung US$1 Miliar


Tahun Ini, Penyelundup Manusia di Eropa Untung US$1 Miliar 
 Ribuan pengungsi menuju Eropa menggunakan perahu kecil yang dibeli dari para penyelundup manusia. (Reuters/Alkis Konstantinidis)
 
Jakarta, CB -- Lebih dari 1 juta pengungsi membanjiri Eropa, lari dari kecamuk perang. Ribuan tewas tenggelam di laut, negara-negara Eropa pusing memenuhi kebutuhan pengungsi. Dalam peristiwa ini yang paling diuntungkan adalah para penyelundup manusia.

Menurut data terbaru Organisasi Internasional untuk Migrasi, IOM, dikutip Reuters, Rabu (23/12), dari 1 juta pengungsi ke Eropa, 3.700 di antaranya meninggal saat menempuh perjalanan laut dengan perahu seadanya.


Hampir semua pengungsi melintasi Laut Mediterania atau Laut Aegean, setengahnya adalah warga Suriah. Sebanyak 20 persen sisanya adalah Afghanistan, 7 persen warga Irak.

Untuk berlayar mengarungi samudera, mereka membayar para penyelundup manusia. Para pengungsi ini berdesakan di perahu kecil yang tidak aman milik penyelundup dengan membayar uang yang tidak murah.

Kepala IOM William Lacy Swing kepada Reuters mengatakan, para penyelundup manusia ini menarik bayaran mulai dari US$2.000 hingga US$6.000 tergantung seberapa banyak anggota keluarga yang ikut.

Tahun ini, menurut Swing, penyelundup manusia diperkirakan mengantungi keuntungan hingga US$1 miliar atau lebih dari Rp13 triliun.

Sejak tahun 2010 diperkirakan penyelundup manusia di Eropa untung hingga US$10 miliar. "Mereka jelas mendapatkan uang yang banyak dari pekerjaan ini," kata Swing.

Total 2015 per 21 Desember ada 1.005.504 pengungsi yang tiba di Yunani, Bulgaria, Italia, Spanyol, Malta dan Siprus. Lebih dari 800 ribu di antaranya tiba di Yunani melalui laut.

Badan pengungsi PBB, UNHCR, dalam pernyataannya mengatakan pergerakan manusia dalam jumlah besar di Eropa adalah akibat dari gangguan di seluruh dunia. Jumlah pengungsi dan orang yang tersingkir dari rumahnya akibat konflik di seluruh dunia kini mencapai 60 juta.

Swing mengatakan, perang di Suriah hanya satu dari banyak penyebab banyaknya pengungsi. Penyebab lainnya adalah Ebola dan Boko Haram di Afrika Barat, gempa bumi di Nepal, konflik di Libya, Yaman, Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, Afghanistan dan Irak.

Kepala UNHCR Antonio Guterres menyerukan relokasi secepatnya para pengungsi dan membaginya rata dengan negara-negara Eropa lainnya, karena penampungan yang ada mulai kewalahan.

Credit CNN Indonesia