Teknologi ECVT telah dipakai NASA dan Departemen Energi AS.
Klinik riset kanker Edwar Technology yang dikembangkan Warsito P Taruno
Alasannya, teknologi berbasis medan listrik itu dianggap belum mempunyai bukti ilmiah kuat untuk bisa dipakai sebagai alat diagnosis dan terapi kanker.
Sang penemu, Warsito mengaku dalam melahirkan teknologi yang melahirkan terapi kanker itu melalui sejumlah tantangan. Bagi dia tantangan berat yang dilalui adalah data risetnya hilang saat mulai awal melahirkan teknologi ECVT pada 12 tahun lalu. Hingga dia oun berguman, apakah dia tak mendapatkan tempat di Indonesia untuk mengembangkan risetnya.
Dalam suratnya, Warsito mengatakan meski lahir dengan perjuangan yang berat, ECVT perlahan mulai mendapatkan pengakuan.
"Setahun setelah dilahirkan, tepatnya paten ECVT didaftarkan, dan tiga tahun kemudian paten telah diberikan," tulis Warsito dalam pesan suratnya kepada VIVA.co.id, Selasa 2 Desember 2015.
Warsito mengatakan saat polemik ECVT sedang 'panas-panasnya' pada 2006, nyatanya Badan Antariksa AS (NASA) menggunakan teknologi temuan Warsito itu untuk pengembangan sistem pemindaian di pesawat ulang-alik.
Pada 2007, kata dia, jurnal ECVT di IEEE Sensors Journal. Pemanfaatan teknologi temuan Warsito pun makin meluas dan mendunia. Pada 2008, Departemen Energi AS memakai ECVT sebagai model sistem pemindaian untuk pengembangan 'pembangkit listrik generasi berikutnya'. Departemen tersebut juga memakai ECVT untuk memverifikasi hasil simulasi superkomputer skala penta-eksa.
Ramai dipakai di luar negeri, ECVT juga dipakai di dalam negeri. Warsito mengatakan di Tanah Air, ECVT lebih berkembang untuk aplikasi dalam bidang medis. Aplikasi teknologi itu dalam bidang medis diterapkan dengan melibatkan Fisika Medis UI, Biofisika ITB, Biologi IPB, Litbangkes, Metalurgi Untirta, Kedokteran Unair, Biomedik UIN dan Biomedik ITS. Universitas Kyoto, Jepang juga menggunakan ECVT untuk pengembangan bidang medis.
Penggunaan ECVT untuk medis di Tanah Air kemudian melahirkan teknologi terapi kanker pertama di dunia, yaitu Breast ECVT untuk screening kanker payudara secara 4D dan instan. Selain itu juga lahir Brain ECVT untuk pemindaian aktivitas otak secara 4D dan real time.
Dalam perkembangannya, muncul turunan teknologi ECVT yaitu Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) untuk terapi kanker. Paten ECCT terdaftar paten Indonesia 2012.
"ECCT dan ECVT adalah setara dengan radioterapi untuk terapi dan CT scan untuk pemindai dengan sumber gelombang elektromagnet pengion. Bedanya ECVT dan ECCT memanfaatkan sifat dasar biofisika sel dan jaringan," tulis Warsito.
Namun di tengah pengembangan dan penerapan teknologi temuannya, Balitbang Kemenkes RI menyurati Warsito penghujung November 2015. Isinya, lembaga itu memintanya untuk menghentikan semua kegiatan pengembangan riset saya di Indonesia. Warsito pun mengeluh.
"Haruskah pertanyaan 12 tahun yang lalu perlu diulang: "Tak ada tempat buat saya di Indonesia?," tulis Warsito.
Credit VIVA.co.id