Ilustrasi S-300 (WIkipedia)
Diberitakan Wall Street Journal, WSJ, Minggu (11/10), S-300 termasuk dalam kategori senjata "pertahanan" dan tidak masuk dalam materi sanksi PBB terhadap Iran. Sistem S-300 dilengkapi radar yang mampu mendeteksi serangan hingga radius 290 kilometer dan melacak lebih dari 100 pesawat.
Sistem ini dilengkapi enam unit yang terdiri dari radar pemandu dan lebih dari delapan peluncur yang bisa menampung empat rudal yang mampu melesat hingga jarak 144 kilometer. Setiap unitnya bisa menembak enam target dalam waktu bersamaan atau satu batalion yang terdiri dari 36 pesawat dalam satu waktu.
Berdasarkan laporan Rusia, Iran akan menerima sedikitnya empat batalion S-300.
S-300 tidak akan ampuh membendung serangan dari Amerika Serikat yang memiliki 20 pesawat siluman pengebom, 22 pesawat siluman F-22 dan F-35 yang sulit terdeteksi radar. Selain itu, AS juga memiliki lebih dari 100 pesawat pengacau radar dan rudal yang bisa menembak dari luar jarak tangkapan sinyal S-300.
Bagi Israel yang merupakan musuh bebuyutan Iran, S-300 juga bukan merupakan ancaman. Israel memang tidak memiliki pesawat siluman dan baru akan menerima F-35 AS pada tahun 2017. Namun Israel terkenal piawai dalam perang elektronik dan militer mereka telah mengklaim mampu mengatasi sistem S-300.
Namun menurut WSJ, S-300 Iran bisa jadi ancaman besar bagi negara-negara sekutu Amerika Serikat yang berada di bawah bendera Dewan Kerja Sama Teluk, seperti Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab.
Negara Arab memang hanya memiliki angkatan udara dalam jumlah kecil, namun armada mereka sangat canggih dan efektif dalam menghancurkan target, terbukti dalam berbagai pertempuran di Libya, Irak dan Yaman.
Tapi Arab tidak memiliki pesawat siluman serta tidak pernah melucuti jaringan pertahanan-udara yang modern.
Credit CNN Indonesia